AWAL ✓

363 52 5
                                    

Oekkk Oekkkk

Tangisan bayi terdengar begitu keras
di sebuah gerobak usang, menarik perhatian
seorang pemuda yang sedang mengendarai motor
kesayangan nya. pemuda itu melirik sekitar dan mata
tajamnya terpaku pada sebuah gerobak yang tak jauh dari
tempatnya berada.

"Jo, lo ngapain berhenti? ayo jalan! bentar
lagi mau ujan gede" ucap Elbarack-- sahabat dari
seorang pemuda tampan bernama Jovan Clyden Camero.

Jovan menatap sang sahabat. "denger suara
bayi gak?" tanya nya yang membuat El menggeleng
cepat.

"Enggak, gue gak denger suara bayi. lagian
mana ada bayi di tempat kaya gini si? udah lo gak
usah halusinasi. mendingan kita pulang sekarang!" ajak
El.

Bukannya menurut apa kata sang
sahabat, tangan Jovan malah bergerak
melepas helm. ia turun dari motor tanpa ragu,
berjalan mendekati gerobak guna memastikan apakah
suara bayi yang ia dengar itu benar berasal dari sana atau
bukan.

"Eh? lo mau kemana?"

Jovan tak menggubris pertanyaan El.
ia terus mendekati gerobak itu sampai kedua
matanya dikejutkan oleh sesosok bayi mungil yang
begitu menggemaskan dan manis. tubuh bayi mungil
itu hanya terbungkus kain tipis dan diletakkan ditumpukkan
kardus membuat Jovan tak tega.

El mengernyitkan keningnya menatap
penuh heran apa yang sedang dilakukan
oleh Jovan. "ck, tuh orang lagi ngapain si?" heran
nya.

Jovan menggendong bayi itu dan ajaib
nya saat digendong oleh pemuda itu, bayi
tersebut langsung diam. jari-jari kecilnya menggenggam
erat jari telunjuk besar milik Jovan sehingga Jovan langsung
jatuh hati. perasaan nya menghangat saat bayi itu tenang.

Jovan membalikkan badannya ke
arah El untuk menunjukkan bayi itu pada
sang sahabat. "dugaan gue bener kan. ada bayi
di sini" ucap Jovan masih sibuk menatap wajah imut
bayi itu.

El terkejut bukan main atau bahkan
hampir tidak percaya melihat sang sahabat
benar-benar menemukan bayi di sana.

"Anjir, beneran ada bayi cok!"

•••

[ 5 tahun kemudian ]

Jejak telapak kaki mungil milik seorang
anak berusia lima tahun terlihat begitu jelas
di lantai yang baru saja dibersihkan. telapak kaki
bekas anak itu bermain di lumpur terus meninggalkan
jejak di setiap langkah kecil nya ditambah tumpahan air
dari sebuah gelas yang keluar tatkala anak itu berlarian ke
arah ruang tengah.

Anak itu meletakkan gelas tersebut di
meja, mengelap ingus nya menggunakan
baju yang sedang dia pakai dengan tatapan
berbinar ke arah gelas yang sudah berisikan
kecebong. padahal gelas itu merupakan gelas
favorit sang ayah. tapi anak itu malah meletakkan
hewan hasil tangkapannya ke dalam gelas itu tanpa
menunjukkan raut berdosa sedikit pun.

Perkenalkan, nama anak itu adalah
Heraclio James Camero-- putra dari seorang
pemuda lajang bernama Jovan Clyden Camero.
ia memiliki mata bulat, gigi kelinci di depan, bulu
mata lentik, berpipi chubby serta memiliki bibir yang
begitu imut sehingga dirinya terlihat menggemaskan.

Selain menggemaskan, wajah anak
itu juga terlihat sangat polos. namun tidak
dengan sifat aslinya yang begitu nakal, aktif, cerewet
dan suka tantrum.

"Baby, Papa pulang--" Jovan menatap
tak percaya melihat lantai di rumahnya
begitu kotor, ditambah banyak tumpahan
air dan itu sangat berbahaya kalau tidak segera
dibersihkan.

"Bi, ini kenapa lantai rumah saya kotor ya?"
tanya Jovan menatap sang pembantu. pembantu itu
menundukkan kepalanya.

"Maaf tuan, tadi sudah saya bersihkan.
tapi.. " sang pembantu menatap Lio yang
masih sibuk memperhatikan hewan peliharaan
baru nya. Jovan mengikuti arah pandang pembantu
itu dan dia mengangguk paham.

"Oke, saya paham" setelah mengatakan
itu Jovan mulai menghampiri sang anak. dia
tersenyum menatap sang anak yang sepertinya
masih belum menyadari kehadiran pemuda itu.

"Baby, kamu lagi ngapain? itu ko gelas
nya Papa ada sama kamu? sini, balikin yuk.
gelas itu bahaya loh.. kalau gelas nya pecah kamu
bisa berdarah" ucap Jovan pada sang anak.

Lio tersenyum, menunjuk ke arah
gelas Jovan. "Papa, Papa liat deh hewan
peliharaan baru nya Lio!!" Lio menunjukkan
hewan peliharaan nya pada Jovan membuat Jovan
harus mengelus dada sabar.

"Anjir, gelas kesayangan gue malah di
buat naro kecebong" batin Jovan hanya bisa
mengelus dada. sabar, ia tidak boleh marah. sebagai
Papa muda yang baik, Jovan harus banyak-banyak bersabar
menghadapi tingkah si kecil yang lagi aktif-aktifnya.

Jovan tertawa miris meratapi gelas
nya yang berakhir ngenes di tangan sang
anak. tapi mau bagaimana lagi? Jovan juga tidak
bisa marah pada sang anak. jujur saja, dari dulu sampai
sekarang tak pernah sekalipun Jovan memarahi Lio. setiap
kenakalan kecil yang dibuat sang anak, selalu Jovan hadapi
dengan senyuman.

"Papa, hewan peliharaan Lio lucu kan?"

Jovan mengangguk pasrah. "iya baby,
hewan nya lucu banget" balas Jovan sembari
mengelap ingus sang anak menggunakan sebuah
tisu.

"Ishhh baby ko pilek nya gak sembuh-sembuh
si dari kemarin? baby diem-diem makan es krim
ya di belakang Papa?" tanya Jovan melihat sang anak
tak kunjung sembuh dari pilek nya.

Lio menggelengkan kepalanya ribut,
lalu dia memilih untuk berlarian menjauhi
sang ayah membuat Jovan terheran-heran. "eh,
kamu mau kemana? jangan lari-larian, nanti jatoh"

Lio tak menggubris ucapan pemuda
itu. sedangkan Jovan hanya bisa menghela
napas berat, memijat pelipisnya, melihat sang
anak kembali meninggalkan jejak kecilnya di lantai.

"Sabar Jo, sabar. jangan baby blues"

- 👶🏻🍼 -

Haloo semuanyaaa, selamat datang di
cerita nya baby Lio 💙

Semoga cerita ini banyak yang suka dan
menghibur kalian semua. kalau rame aku bakalan
lanjut (≧▽≦)

Baby Lio ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang