Bab 2

265 48 6
                                    

"Pagi Bi... " Sapa ku sambil menguap.

Kana tersenyum manis menatapku, ia adalah pengasuh Menma disaat aku kuliah sekaligus yang bertanggung jawab atas urusan perut dan isi rumah. Kana adalah satu-satunya ART yang aku andalkan dalam segala hal.

Sejak pertama kali aku berada di kediaman Naruto dan Menma, Kana lah satu-satunya orang yang tidak memandangku sebelah mata. Mungkin karena umur kami hanya berbeda satu tahun, sehingga ia bisa mengerti aku dengan baik.

Duh, mengingat nya ternyata aku sudah cukup melewati banyak hal menyedihkan. Apalagi cibiran orang-orang yang mengatakan aku pelacur pribadi Naruto dengan iming-iming istri sah.

Padahal mah, boro-boro.

"Non, kayanya saya mau ambil cuti satu minggu, udah izin sama Tuan Naruto tapi katanya tetep harus izin sama Non." Kana bersuara tatkala aku sedang mengambil air putih dari dispenser.

"Kapan Bi?"

"Besok, Non. Maaf ya kalau mendadak, tapi kejadiannya emang ga direncanain." Balasnya.

"Dilamar ya? Kawinan kah?" Cetus ku sambil tertawa.

Mengingat umur kami hanya berbeda satu tahun, aku jelas tau apa yang akan terjadi di kisaran umur muda seperti ini. Kalau bukan melanjutkan studi, menggapai jenjang karir, pasti menikah.

"Aduh, Non. Sebenernya belum saya terima sih, tapi keluarga saya pengen saya buru-buru ketemu atau liat orangnya secara langsung." Balas nya.

"Wihhh mantap. Dijodohin sama siapa tuh, Bi?" Timpa ku, mulai penasaran karena selama yang aku tau Kana bukanlah orang mudah bergaul apalagi dengan pria.

"Saya juga kurang tau, Non. Makanya disuruh pulang dulu buat mastiin cocok atau tidak nya."

"Ya udah deh, aku izinin tapi jangan sampai resign ya, plis banget inimah." Pinta ku.

"Kayanya kalau itu urusan Kana deh." Suara baritone Pak Tua terdengar. Aku bergidik ngeri.

Duh, aku masih sangat canggung karena guyonan ku semalam.

"Apa sih, nimbrung aja." Balasku cepat, lalu segera mengambil piring berisi sandwich buatan Kana untuk sarapan ku.

Ingin segera pergi meninggalkan dapur beserta Naruto. Tapi sialnya, pria tua itu justru mengikuti ku dan ikut duduk disebelahku. Kini aku dan Naruto berada di ruang tengah, didepan televisi.

"Apa sih ngikut-ngikut mulu." Lirik ku dengan sinis. Bagaimana tidak? Aku agak kaget dengan Naruto, hari ini jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi dan biasanya pria itu sudah on the way ke kantor jam delapan pagi.

Tapi hell yaa, kenapa dia masih ada dirumah? Padahal jadwal ku hari ini adalah lenyeh-lenyeh karena Menma masih berada dirumah Ibu kandung nya, dan aku berniat bolos kuliah.

"Mau ngobrol... Tapi abisin dulu aja makanan nya." Jawabnya lalu bersantai di sofa dengan meluruhkan tubuhnya senyaman mungkin sambil memainkan remote -memilih saluran TV yang seru.

"Netflix-an dong, bosen bola mulu." Request ku sambil melahap sandwich buatan Kana.

Aku sudah tau saluran apa yang akan ia pilih. Apalagi kalau bukan bulu tangkis atau pertandingan bola? Oh iya saluran memancing juga jadi top list pencarian Naruto.

"Film apa?"

"Scroll aja dulu."

Naruto menyanggupi, ia menggeser kearah bawah hingga menemukan cover film atau acara yang sesuai.

"Alice in Borderland, mau?"

Aku terdiam beberapa detik, mengingat pembahasan teman-teman satu kampus ku. Dari review mereka, film ini seru sekali dan cocok untuk ditonton bersama keluarga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mrs. NamikazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang