"Hin... Kiba nanyain tuh."
Aku menghela nafas kasar. Bukan benci pada Kiba, aku sudah mulai risih saja dengan keberadaannya yang akhir-akhir ini muncul terus menerus disekeliling ku. Oh ayolah, Kiba adalah salah satu incaran wanita wanita di K.U dan aku sangat malas berteman dengan orang populer dikalangan wanita.
Hidupku sudah terasa cukup adem ayem dengan cukup tertutup walau teman ku ada dimana-mana. Aku merasa akhir-akhir ini energi social ku mudah sekali terkuras.
"Astaga Tenten... Ingat aku sudah menikah. Apa cincin di jari manis ku ini kurang mencolok ya? Kurang besar? Butuh segede apasi?!" Seru ku.
"Ish, lagian kan Tuan Naruto gak tau tuh kamu di kampus kayak gimana." Ketus nya.
Tuan ga tuh? Aku memutar bola mata malas mendengarnya.
Memang benar yang Tenten katakan barusan. Lagipula di Kampus ini siapa sih yang memperhatikan gerak gerik ku sampai mau merepotkan diri untuk melaporkan nya pada Naruto?
Ya pengecualian kalau Naruto bayar mata-mata sih.
Bug
"Duh!" Aku memekik sambil memegangi salah satu kaki ku.
Sial.
Karena pikiran ku kemana-mana alhasil kaki ku membentur sudut rak buku perpustakaan dan ini sangat menyakitkan.
Ku dengar ada suara langkah kaki yang mendekat, dan dari wangi nya saja aku bisa menebak siapa yang datang menghampiriku dan Tenten. Aroma wood dengan perpaduan cokelat yang manis.
Berbanding terbalik dengan aroma semerbak yang sering aku cium setiap berdekatan dengan Naruto. Pria tua itu biasanya menggunakan wangi citrus dengan nuansa dewasa dan maskulin.
"Hin, lain kali hati-hati dong." Kiba bersuara.
Tangan nya melayang hendak merangkulku namun aku menjauhi tubuh dengan beberapa langkah kaki ke belakang hingga hampir menubruk tubuh Tenten.
"Aku gak apa-apa." Jawab ku seadanya dengan senyuman yang sangat ramah tamah.
Walau batinku menjerit-jerit sakit sekali kaki ku ini.
Kiba tampak melirik Tenten yang berada di belakang ku, ia memainkan bola mata nya seperti memberikan suatu isyarat.
"O-Ohhh hahahaha, kayanya aku harus ke WC dulu nih, sebentar ya!" Tenten pergi berlari terbirit-birit.
Dan ya... Kini hanya aku bersama dengan Kiba, berdua. Di perpustakaan yang besar ini.
"Beneran gapapa kan, Hin? Perlu ke UKS ga?" Tanya nya dan aku balas gelengan, karena memang kaki ku sudah dirasa cukup membaik.
"Ada apa? Akhir-akhir ini aku sering melihatmu, kau mengikutiku ya?" Canda ku sambil tertawa kecil -walau sebenarnya aku udah tau sih.
Ia membalas dengan tawa yang sangat manis, huft melihat lelaki ini tertawa aku jadi teringat Om-Om dirumah.
Iya, Om Naruto. Entah aku harus memanggilnya seperti apa. Terkadang hanya memanggil namanya saja atau, Ayahnya Menma, Om, bahkan Pak Tua. Katakan saja aku wanita tak tau diuntung karena dipungut lelaki tajir melintir tapi bersikap seenaknya.
Ups maksudku Gadis tak diuntung.
"Kau ternyata memperhatikan ku ya..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Namikaze
Fanfic:[Alternate Universe] :[Naruto Belong Masasshi Kishimoto] :[Warning: Bahasa Non-Baku] :[Cover by NHI_Telegram / AphroditeHyuga] Aku Namikaze Hinata, yang masih menjalani aktifitas seperti remaja pada umumnya. Pergi ke kampus, nongkrong di cafe, dan...