Pada saat turun Nur menyuruh kami untuk di depan, sedangkan dia paling belakang. Kami turun sekitar jam 13:00, sampai pukul 15:00 kami tiba di Lembah Kijang
Saya :"piye cah, aman ra?"
Uzi :"aman Yat, wis ra ana pasare, ws koyo lapangan biasa"
Saya :"iki dewek rep sholat ashar kene po nang Pondokan?"
Islah :"Pondokan wae, iseh keburu"
Kami menyebrangi Lembah Kijang dan hutan perbatasan Pondokan. Tapi keanehan kembali terjadi, jadi Nur yang tadinya paling belakang tiba-tiba dia sudah berdiri tapat di perbatasan Pondokan menunggu kami
Nur :"jancok, asu, aku agi uyak banyu malah kon tinggal. Aku ngecamp nang kene dewean. Malah seng bok jeki Afi tok, aku ditinggal"
Saya :"Nur kosek iki dewe ws kesel, wes seki masok sek meng Pondokan"
Uzi :"jal piye ceritane Fi, kok Nur muni ditinggal kan milu dewe munggah. Malah aneh ujug-ujug Nur wes nang ngarep"
Afi :"ko wingi aku mbi Nur kan mbalik bareng to, kuwe kabeh kan weroh"
Saya :"pas neng kali piye?"
Afi :"yo aku bareng, tapi Nur mojok. Yo aku kiro nguyuh, yo wes aku tak tunggu, bar kuwi Nur teko, jok kumpul neh"
Nur :"ora, wong aku yo BAB, malah ditinggal"
Uzi :"berarti seng ngingeti dewe pas nang pasar setan supayane ra ngenyang iku Nur sopo?"
Saya :"wes ngono ae seki, misale ko aku iki udu aku seng asli tulong perlakokno aku koyo aku biasa, dedi sante ae"
Kami istirahat posisi maghrib, tapi tidak buka tenda karena kami menggunakan salah satu pondok di sana. Di sebelah pondok kami juga digunakan pendaki lain. Kami makan, sholat, dan sebagainya. Sampai pagi kami tidak mengalami kejadian apapun.
Paginya kami mencari air untuk perbekalan selanjutnya
Saya :"pokoke seng luru banyu, nek ana balane sek arep ngopo-ngopo, batiren. Ojo koyo wingine"
Nur :"moh maneng aku, genten liyane"
Lehan :"yo wes tak aku sek luru banyu"
Uzi :"yo karo aku tak batiri"
Agak lama, mereka akhirnya kembali
Saya :"suwene"
Uzi :"kuwe Lehan mojok suwe, BAB bokan"
Lehan :"hehehe"
Kami disitu masak dan makan. Sekitar pukul 09:00 kami santai-santai, sampai pukul 09:30 kami turun. Ketika akan keluar dari pondok, Islah yang keluar pertama, tiba-tiba ia mundur dan menabrak kami semua di dalam
Saya :"weh kenopo Slah?"
Islah :"we ra podo weroh, iku Yat seng mbok takono wingi nang duwur. Kethek kabeh kuwi, dewe dikepung iki"
Saya :"la ganggu ra?"
Islah :"ora, tapi sajake podo mangkel kabeh, we do ngadek kabeh"
Saya :"nek ra ganggu, jajalen dewe metu, klamet, diwenehi dalan ra"
Islah :"klamit, kulo serencang badhe mudun, tulong paringen dalan"
Saya :"piye?"
Islah :"weh bukak iki, diwei dalan"
Tapi anehnya ketika Lehan keluar dia kembali masuk lagi
Saya :"ayo Han"
Lehan :"gak, gak iso metu aku"
Saya :"lah kenopo?"
Uzi :"wah iki gawat, iki kabeh seng nang kene do mangkel kabeh karo Lehan. Wes Yat wong deke seng ra biso weroh, deke nang kene batiri Lehan, dewe tak mudun uyak pitulungan"
Saya :"oke, tapi tapi ojo klalen, nek seh ana seng kuat munggah maneh, tulong gawakno bekel"
Mereka turun pukul 10:00. Disitu saya bertanya kepada pendaki sebelah pondok saya, karena keributan tadi mereka keluar
Saya :"mas, opo weroh seng podo nunggu nang ngarep pondokku iki?"
Pendaki :"ora mas, ana apa sih mas asline?"
Saya :"gawat mas, pokoke"
Pendaki :"teros, tak bantu po piye?"
Saya :"gak Popo, mendeng podo milu mudun, nusul bolo-boloku. Timbang malah podo milu kenopo-kenopo"
Karena reputasi Gunung Arjuno waktu itu tentang hal-hal aneh, mereka sudah paham dan selang lima belas menit mereka ikut turun menyusul teman-teman saya.
Saya akhirnya bersama Lehan di dalam pondok. Saya bertanya tentang apa yang sebenarnya dia lakukan
Saya :"jal seki cerito opo seng ws dee lakoni"
Lehan :"aku gak ngapa-ngapain"
Saya :"ra mungkin, kabeh seng ngenani dewe nang kene mesti ana sebabe, nek kowe ra cerito mesti makhluk kae gen tetep neng kene. Seng genah opo seng wes kowe lakoni"
Lehan :"dedi ngene, pas aku lagi luru banyu, aku mojok, jok nglocok (masturbasi)"
Saya :"pancen bejingan kowe, asu, goblok, bar kebeh aneh-aneh seng bok dewe oleh, kon gen kepikiran nglocok. Ws kene wae, tak metu. Tolong mugo dirungu, aku makili koncoku jalok bangete sepuro. Kabeh seng bok lakoni kancaku iki, aku janji ra bakal gowo kancaku mrene maneng. Tulong jaluk sepuro. Ws pige Han, do lungo ra?"
Lehan :"ora Yat malah tambah mangkel"
Setelah itu hujan badai petir terjadi kira- kira pukul 13:00. Suasana menjadi gelap walaupun siang hari, bahkan saking kencangnya angin, air hujan seperti bergerak horizontal. Atap pondok tidak mampu menahan air, menyebabkan air masuk. Air dari arah hutan juga masuk ke pondok, karena pondok tersebut tidak memiliki pintu. Sepatu basah, baju ganti basah dan kami berdua sudah mulai kedinginan. Sampai akhirnya pukul 20:00 senter dari teman-teman terlihat. Teman yang kembali naik adalah Islah, Uzi, dan Sadam
Uzi :"Yat, Yat, monitor?"
Saya :"yo"
Uzi :"aman?"
Saya :"mboh, deleng dewe rene"
Uzi :"piye aman?
Saya :"ora dewe ngelih, anyis"
Uzi :"wes iki ana panganan, dang panganen"
Kami berada di pondok dalam keadaan sambil jongkok. Tiba-tiba Lehan seketika meluruskan kaki dan langsung mencekik lehernya sendiri. Kami panik karena dia benar-benar mencekik lehernya dengan sangat erat
Saya :"Han tangi Han, seng genah Han"
Kami sekuat tenaga mencoba menarik tangan Lehan, tetapi setelah kurang lebih satu menit Lehan melepaskan cekikan dan terkapar. Karena Islah memiliki dasar-dasar pengetahuan survival, dia memeriksa nadi, nafas, sampai pupil mata Lehan
Islah :"innalilahi, wes ra ana Lehan"
Kami bercampur aduk antara takut dan sedih, jadi kami cuma melihat Lehan dalam keadaan kebingungan
Uzi :"wes-wes iki iseh gede udane, dewe kudu nyelametna awake dewek set, resikone dewe nek ra diganggu koyo Lehan, ana hipotermia"
Islah :"piye jok, iki dewe yo ra biso nerobos udan?"
Uzi :"oke, dewe ngiup neng kene. Lehan gletakno tengah, dewe gawe kegiatan"
Ketika orang terancam hipotermia dengan kondisi dingin ekstrim, dia gak boleh diam. Jadi kami melakukan kegiatan yang di tengahnya ada mayat. Ingatkah kalian bentuk pondok adalah enam kali delapan persegi empat dengan atap limas
Uzi :"dadi dewe ngadek amben pojokan, amben telong puluh detek aku nepok kowe Yat, bar kuwe kowe nepok Islah, bare Islah nepok Sadam, teros muter. Dedi nk kasi luweh Seko sepuluh detik ra ana sek nepok, celuken"
Kegiatan itu berjalan terus hingga hujan reda, kemudian kami melihat gerakan senter Ranger
Ranger :"monitor-monitor?"
Uzi :"ya pak, kami disini"
Sampai akhirnya Lehan dibungkus kantong jenazah, diangkat, dan disana kami hanya bisa melihat. Kami juga dibawakan baju ganti. Posisi saat itu jam 02:00 kami sudah dievakuasi. Karena rombongan semakin besar, sambil membawa mayat Lehan, kami berjalan lambat. Kami sampai Kop-Kopan pukul 04:30 disana kami sudah ditunggu jeep. Kami turun naik jeep dan sampai di pos awal pukul 05:30.
Jeep yang pertama sampai adalah jeep kami berempat, kemudian disusul oleh jeep yang membawa mayat Lehan. Disitu kami disambut oleh warga
Warga :"piye mas, piye?. Wes ngumbe teh anget sek, ngumbe jahe set"
Semua membantu evakuasi dan Lehan diletakkan di dalam base satu. Kami bertemu Nur dan Afi yang mengajak kami kerumah warga, yang ternyata mereka ditampung disana sebelumnya. Disitu kami istirahat dan warga yang masuk juga dibatasi
Pemilik Rumah :"dadi sebenere apa seng terjadi?"
Saya :"dados ngoten, rencang kulo niko..."
Pemilik Rumah :"ohhh ya ya"
Saya ceritakan secara detail kejadian tersebut, tapi tanggapan mereka seolah hal tersebut seperti hal biasa
Tetua Adat :" dadi legenda seng ana neng Gunung Arjuno iki kesuciane kudu dijaga, mula para petapa isih akeh seng tapa neng kene. Naliko gunung iki dilarani utowo kesuciane diregeti, mangka murkone kongene. Misale bolone sampean mudun jok urip, bolene sampean mesti dadi wong seng ra waras"
Saya :"nggeh pak"
Tetua Adat :"alhamdulilah sampean biso mudun"
Kami istirahat sekitar satu jam sampai Lehan dibersihkan dan kami diantar pulang. Kami pamit kerumah Lehan meminta maaf dan pulang ke rumah masing-masing.
Sampai tujuh harinya Lehan kami memutuskan untuk ikut tahlil, karena hari sebelumnya kami merasa lelah fisik dan mental. Sempat sebelum tujuh hari tahlil Lehan kami mencetak foto dan memang foto Nur dari basecamp sampai pondokan ada, tapi setelah pondokan sampai puncak tidak ada sama sekali foto Nur. Hal itu mempertegas bahwa memang Nur yang selama itu, bukan Nur yang asli. Setelah selesai tahlilan tujuh hari itu Afi ternyata membawa buku komik
Afi :"dadi seng awak dewe ngenani wingi, koyo isi komik iki"
Jadi komik itu adalah komik Kindaichi, tapi entah volume berapa dan disitu ada kisah tentang kegiatan yang kami lakukan di pondok.
Apakah kalian menemukan kejanggalan? (Ilustrasi lihat IG). Jadi contohnya Uzi nepok saya kemudian Uzi berdiri dititik saya, saya nepok Islah kemudian saya berdiri dititik Islah, Islah nepok Sadam kemudian Islah berdiri dititik Sadam, dan Sadam nepok saya. Tapi seharusnya titik Uzi kosong, karena Uzi berdiri dititik saya. Janggalnya kegiatan tersebut terus berlanjut dan Sadam terus berhasil nepuk Uzi dititik yang seharusnya kosong. Disitu ada spot yang terus terisi dan kami berpikir mungkin itu pertolongan dari Lehan untuk terakhir kalinya.
Tentang Lehan, dia bukanlah anak satu-satunya tapi lelaki satu-satunya. Jadi orang tuanya sangat terpukul dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi, kamipun menceritakannya secara detail juga
Ortu Lehan :"ya sudah Lehan laki-laki, dia sudah dewasa, ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya"
Kamipun saat tahlilan juga disambut dengan baik dan pulang juga diantar dengan baik. Lehan disemayamkan selama sehari dan kemudian dimakamkan. Setelah selesai pemakaman Afi seolah mendapatkan bisikan entah dari Lehan katanya menyampaikan
Afi :"matur suwun yo bolo-bolo"
Setelah tahlilan tujuh hari, keesokanya ada kabar dari komunitas pendaki. Berita itu tentang berita kami yang jadi ramai dan berita ada petapa yang meninggal di Gunung Arjuno itu. Kami berenam memutuskan kembali kesana dan ternyata petapa tersebut adalah pertapa yang mengisyaratkan kami untuk berhenti, sehingga kami terhindar dari timpaan pohon. Disitu kami disambut oleh tetua adat yang kemarin kami jumpai dan diajak kerumah warga tempat kami singgah sebelumnya dan langsung ditanya
TA :"sampean kabeh kenal ra karo bapak iki?"
Saya :"nggeh, niki bapak sek ngengken supados mandek, ngantia kulo serencang niki boten kerubuhan kayu, amergi kulo sedoyo sombong"
Uzi :"dados beliau niki gerah punopo sampun sepuh?"
TA :"dedi ngene, hukum alam iku, nek ana seng ngusik, mangka bakal keno akibate. Bapak iki nulong sampean iku ngelawan hukum alam alas kuwe. Seng kudune sampean bakal gigalan kayu, ditulong bapak iki, malah diganti bapak iki"
Disitu kami langsung menangis, kami tidak kenal dengan bapak itu. Tapi kenapa dia mau menolong kami. Bapak petapa itu dimakamkan di gunung.Sekian dan pelajarannya "JANGAN SOMBONG TETAP RENDAH HATI"
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNUNG ARJUNO "LALI JIWO"
HorrorAktor : Dayat. Sadam. Islah. Nur. Lehan. Afi. Uzi (Leader). Genre : Horor Bahasa : Indonesia dan Jawa SINOPSIS : Gunung Arjuno terkenal dengan urban legend berupa Alas Lali Jiwo, Ada satu tempat yang diyakini sebagai alas lali jiwo atau hutan...