Dayana Greesa Wijaya merupakan putri pertama dari dua bersaudara keluarga Wijaya, banyak orang diluaran sana menganggap Dayana atau yang biasa disapa Anna menjadi gadis paling beruntung, gimana tidak Anna dilahirkan dari keluarga yang cukup terpandang di Jakarta, papanya seorang pemilik perusahaan yang bergerak dibidang properti, sedangkan Mamanya merupakan penulis cerita anak-anak yang cukup terkenal karya-karyanya, dari sudut pandang manapun kehidupan Anna bisa dibilang sempurna. Namun berbanding terbalik bagi Anna, rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang seakan berubah menjadi tempat yang sangat amat Anna hindari.
Kadang kita lupa bahwa apa yang terlihat bagus diluar belum tentu bagus juga didalam, banyak orang-orang menilai sesuatu dari luarnya tanpa mau tau apa yang ada didalamnya. Rumah yang kelihatan megah diluar belum tentu akan terasa hangat untuk penghuninya. Meja makan yang penuh akan makanan setiap jam makan tiba pun akan terasa biasa saja bagi Anna, semua yang ada dirumah beserta penghuninya seakan hambar dimata Anna.
Seperti saat ini entah itu bisa diartikan sebagai pelarian atau memang kewajiban yang membuat Anna meninggalkan Jakarta dan menetap di Bandung untuk waktu yang mungkin Anna sendiri tidak tau, banyak pertimbangan yang membuat ia harus memilih Bandung menjadi tempat untuk ia bisa memahami semua yang telah ditakdirkan untuknya.
"Mba lo yakin gak mau ikut pulang bareng gue?" pertanyaan Ali membuat Anna menoleh.
"Tugas kuliah gue seabrek kalo lo mau tau" jawaban yang diberikan Anna sebenernya cukup untuk menjawab bahwa gadis itu enggan untuk menerima tawaran adiknya.
Seakan belum puas akan jawaban kakaknya, Ali mendekati Anna yang sibuk dengan aktivitasnya "Tapi mba, mbah akung sama mbah uti tu bakal ke Jakarta. Masa lo gak mau nemuin mereka si mba" Anna yang merasa jengah dengan ulah sang adik langsung membawa Ali keluar dari tempat ia bekerja.
"Bilang aja nanti sama mbah, mba lagi persiapan buat lomba dan bilang juga sama Mama, mba minggu depan juga gak bisa pulang"ucapnya setelah mereka berada diluar toko tempat Anna bekerja.
"tapi mba pa...." belum sempat Ali menyelesaikan ucapannya ponsel Ali berbunyi membuat bocah itu mengeluarkan benda pipih yang ada di dalam saku celananya, tertera Papa pada layar awal ponsel Ali
"buru angkat bapak lo nelfon" ucap Anna. "kalau lo lupa dia juga bapak lo mba"respon yang Ali berikan cukup membuat Anna tersenyum.
"halo pa"
.........
"bisa gak pa kita gak ngeributin kek ginian di telfon, tiga jam cukup kan buat Ali sampe Jakarta. kalo papa pengen tau keadaan mba sekarang" pandangan Ali langsung mengarah ke Anna. "Alhamdulillah mba sehat wal afiat, udah ya Ali tutup".
Anna yang melihat itu hanya mendengarkan satu arah saja, tapi kurang lebihnya Anna paham apa yang Papanya bicarakan dengan sang adik, pembahasan yang selalu Anna hindaari sampe sekarang. "lo disuruh pulang?" yang ditannya hanya menghela nafas.
"Mama nitip pesan buat lo mba, buat sering angkat telfon mama kalo mama nelfon. Jangan sok-sokan sibuk" lihat betapa menggemaskan sosok jangkung yang kini seakan berubah menjadi ibu-ibu yang sedang mengomeli anak gadisnya.
"dan papa bilang uang bulanan lo udah papa transfer, baik-baik disini mba. Jangan lama-lama ya, gue nunggu lo dirumah". Setidaknya masih ada satu manusia di Dunia ini yang selalu menyambut Anna Ketika pulang kerumah.
Jarak usia Anna dengan Ali bisa dibilang cukup dekat.Waktu itu dua bulan sebelum ulang tahun ketiga Anna, Ali lahir dengan membawa kebahagian untuk keluarga Anna terkhusus untuk keluarga Papanya. Keluarga besar Wijaya sangat selektif untuk urusan keturunan mereka. Apalagi untuk papa Anna yang merupakan anak pertama dari keluarga Wijaya, banyak orang berharap penerus garis keturunan mereka merupakan anak laki-laki namun sayang seakan tuhan punya rencana lain menghadirkan Anna terlebih dulu dari pada Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNA
RandomPerihal memahami antar manusia dan hubungan seorang ayah dan anak perempuannya