08

38 20 13
                                        

“Kau banyak menciptakan momen dan karakter untuk jatuh cinta. Kau pasti paham, template cinta selalu sama dan tidak akan pernah berubah dalam membuat seseorang bahagia.” Jae Sung mengalihkan pandangannya ke arah danau.

“Bukan cinta, tapi justru mereka yang menyangkal dan menarik diri hingga cinta benar-benar hilang dari hatinya, iya kan?” pungkasnya.

Lucy hanya menatap Jae Sung. Pernyataan pria itu berhasil membuatnya terdiam dan sedikit terpengaruh. Namun, tidak benar-benar menyentuh hatinya.

Wanita itu memilih kembali fokus pada catatannya. Jae Sung juga langsung diam dan memilih merentangkan tangan di atas meja sebagai tumpuan kepalanya bersandar.

Dua jam kemudian, Lucy meregangkan tubuhnya lalu menutup catatannya. Wajahnya sedikit tenang dan tampak senyum kecil di sana.

Pandangannya beralih melihat pria yang tertidur sambil bersandar di meja. Lucy mengikuti cara pria itu bersandar dan membuat keduanya saling menatap wajah masing-masing jika pria itu membuka matanya.

Lucy memperhatikan wajah pria itu. Tanpa disangka, bibirnya melengkung membuat senyuman yang begitu manis. Tidak ada yang pernah melihatnya. Jae Sung adalah orang pertama jika saja dia tidak tertidur.

“Kamu benar-benar gila.” Satu kalimat itu yang langsung terpikir oleh Lucy ketika melihat wajah Jae Sung.

“Tidak hanya percaya, kau bahkan berani mengakui perasaan mu pada orang yang baru kau kenal. Apa kau siap menanggung konsekuensinya semudah apa yang kau katakan hari ini?” gumam Lucy.

“Tentu aku siap.” Jae Sung membuka mata membuat Lucy membulatkan matanya.

“Karena aku serius mengatakannya,” lanjutnya menggenggam tangan Lucy.

“Dasar gila!” Lucy langsung melepaskan tangannya lalu membereskan catatannya.

“Mau kemana?” tanya Jae Sung meregangkan tubuhnya.

“Pulang!” jawab Lucy sibuk merapikan tasnya.

“Menginap saja,” ucap Jae Sung pelan tapi masih bisa terdengar.

Lucy seketika menatap tajam, sedangkan Jae Sung tersenyum menaik turunkan alisnya.

“GAK MAU!” jawab Lucy menekankan setiap huruf dan langsung beranjak dari tempat duduknya.

Sesampainya di depan mobil, Lucy berhenti dan melirik ke arah pepohonan di pinggir danau sambil memicingkan mata.

“Ada apa?” tanya Jae Sung mengekor di belakangnya.

“Mana kunci mobilnya?” Lucy menoleh dan menengadahkan tangan kanannya.

“Untuk apa?” Jae Sung berhenti di hadapannya.

“Aku yang akan menyetir,” jawab Lucy singkat.

“Gak perlu. Kamu duduk manis aja biar aku yang nyetir, um!” Memegang puncak kepala Lucy.

“Aku memaksa. Cepat berikan!”

“Baiklah, tapi minta yang benar.”

Dengan wajah cuek, Lucy menengadahkan tangan kanannya lagi. Tapi Jae Sung cepat menggelengkan kepala dan tersenyum nakal.

Oppa, aku ingin menyetir. Tolong berikan kuncinya!” ucap Jae Sung bertingkah manja.

“Coba katakan, aku ingin mendengarnya!” lanjutnya.

Lucy langsung mengangkat tinju yang membuat pria itu mengangkat tangan melindungi kepalanya. Namun wajahnya justru merasa gemas karena berhasil menggoda Lucy.

Oppa merupakan panggilan kakak dalam bahasa Korea. Panggilan ini diucapkan oleh seorang wanita pada kakak laki-lakinya atau kenalan yang usianya lebih tua. Namun, beberapa juga digunakan wanita untuk panggilan sayang pada kekasihnya.

Lucy-Renne [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang