Terjebak dalam sebuah kisah klise bukan impian Hwang Hyunjin. Dalam hidup yang sudah dipastikan tidak akan sampai dua ratus tahun, dia hanya ingin sebuah kisah sederhana, bangun siang setelah semalaman menyelesaikan lukisan dengan belaian lembut sang istri misalnya.
"Hwang Hyunjin!"
Apa menurut Tuhan impiannya terlalu berlebihan?
"Yak! berapa kali aku bilang, rapikan paletmu sebelum tidur! astaga kamarmu mirip kandang." Suara itu milik Park Ahjung, wanita berambut sepinggang yang digelung asal itu salah satu kisah klise yang menempel di hidup Hyunjin tanpa disadari. Hyunjin belum tidur, dia baru saja naik ke ranjang sepuluh menit sebelum Ahjung menerobos kamarnya. Sejak dia pindah ke Incheon saat kelas satu SMP, Hyunjin tanpa sadar terjebak dalam kisah cinta sepihak yang sialan.
Pemuda dua puluh empat tahun itu merespon dengan lenguhan kecil lantas menutupi separuh wajahnya dengan selimut, telinganya menangkap suara kelontang kecil, suara lap yang menyaruki sisarautan pensil di meja dan skenario berikutnya sudah Hyunjin hapal di luar kepala.
Ahjung menarik ujung selimut Hyunjin hingga melorot, karenanya pemuda berambut gondrong itu tidak pernah berani tidur dalam kondisi polos. Hyunjin yang tinggal sendirian sejak orang tuanya memutuskan kembali tinggal di Jeju, dia hampir tidak bisa menahan diri setiap Ahjung datang, karena bagaimapunHyunjin itu laki-laki. Desah napas lolos bersama dengan suara parau yang masih enggan berpisah dengan bantalnya.
"Aku belum tidur sama sekali, loh!" ucapan Hyunjin menghentikan gerakan Ahjung yang tengah melipatselimut, iris mata cokelat gadis itu menguliti Hyunjin dengan tatapan tidak percaya dengan responHyunjin.
Pertengahan musim panas di Seokchon selalu diisi suara tonggeret yang bersarang di pohon-pohon oak besar, udara panas yang memperpendek napas juga lembab. Kemarin siang hujan mengguyur lebih daridua jam, dan tidak seperti biasanya, Ahjung yang selalu cuek dengan rambut lepeknya kini mulai terlihat centil lagi dengan buru-buru mengeringkannya selama berteduh dan memoles bibirnya dengan warna merah muda. Sialnya Hyunjin kembali mendapatinya menjadi semanis dulu. Maka kemarin dia memutuskan untuk kabur dan menghindari Ahjung, hatinya sudah meletup-letup nyaris tidak bisa dia bendung.
'Bagaimana jika kita bertemu lebih awal lagi, apa kisah klise ini akan berakhir seperti novel- novel romansa yang kamu baca diam-diam sejak kelas satu SMP?'
Hyunjin pada akhirnya mendesah pasrah, rambutnya yang baru dikeriting menempel di pipi pucatnya.
"Emangnya aku harus ikut ya?" Hyunjin mengikat asal rambut gondrongnya selagi memerhatikan Ahjung merapikan kamar.
"Kamu sendiri kan yang nawarin?" gadis berparas cerah itu membuka jendela, dari ekor matanya dia mendapati Hyunjin masih menggaruk tengkuk, duduk di atas ranjangnya.
"Yak, Hwang Hyunjin!" bersamaan dengan kalimat yang penuh penekaan itu, sandal rumah yang tadinya dikenakan Ahjung kini mendarat apik ke kepala Hyunjin. "Kalau nggak mau ikut, aku bisa berangkat bareng Seungmin sejak tadi tahu!"
Mata Hyunjin berpaling dari memerhatikan sandal rumah yang baru saja medarat di kepalanya dan tertumbuk tatapan kesal Park Ahjung. Siapa yang peduli dia sempat tidur atau tidak? mendengar nama Kim Seungmin yang selalu dikagumi Ahjung sejak baru masuk kuliah adalah kisah horor bagi telinga Hyunjin. Bagaimana tidak? tahun lalu, Ahjung memuji Seungmin habis-habisan karena permainan gitar dan suara di panggung festival univesitas. Karenanya Hyunjin belajar memetik gitar habis-habisan hingga tangannya kapalan.
Sangat menyedihkan sekaligus lucu bgaimana pada akhirnya Hyunjin mendapati dirinya mengekori Ahjung seharian penuh. Mungkin jika hanya berdua, kantung mata Hyunjin tidak akan terlihat setebal sekarang. Suara ombak dan angin pantai yang menampar-nampar rambutnya terasa begitu mengejek. Kim Seungmin dan Ahjung tergabung dalam project film pendek untuk Universitas mereka. Hyunjin harusnya tidak terlibat dalam survei lokasi hari ini, namun pemuda berhidung bangir itu dengan sadar mengajukan diri untuk mencari lokasi, semata-mata karena cemburu yang membakar habis hatinya.
Ahjung dan Seungmin telanjang kaki dari arah pantai, pemuda cepak dengan kaos putih polos dan kemeja biru sebagai outer itu menenteng sepatu milik Ahjung, sok gentleman sekali di mata Hyunjin. Sekilas si pemilik marga Hwang kepikiran, apa harus cepak juga ya?
"Aku nggak pernah raguin rekomendasimu deh, pantainya cocok banget untuk set." Ucapan Ahjung menarik Hyunjin dari lamunan tidak pentingnya, dia tersipu meski dilipat rapi dalam ekspresi datar.
"Terimakasih Hyunjin-ssi, kalau kamu nggak ikut, aku dan Ahjung pasti sudah kesasar." Seungmin menimpali dengan suara kalem, dia membungkuk, meletakkan sepatu Ahjung lantas mengusap pungung kaki Ahjung yang dipenuhi pasir. "Celanaku cukup kotor, aku ganti sebentar, ya!" Alih-alih menyahut, Hyunjin melengos, memilih buang muka.
Jejak langkah Seungmin menjauh, dan saat itu Ahjung meloncat kegirangan, memeluk leher Hyunjin hingga keduanya jatuh terduduk di halusnya pasir pantai musim panas.
"Kau senang?"
Tanpa pikir panjang, Ahjung mengangguk, manik mata cokelatnya memandang laut lepas, menikmati oranye yang menyembul-nyembul dari balik awan, sebentar lagi, matahari akan lengser. "Lihat kan gimana dia memperlakukanku tadi?" Ahjung menoleh, tatapannya dan Hyunjin bersiborok, sangat dekat hingga Hyunjin dalan merasakan embusan napas sahabatnya ini.
"Kayaknya dia suka aku, deh!"
"Ahjung-ah, gimana kalau aku yang suka kamu?" Hyunjin tidak tahan lagi, Ahjung yang tiba-tiba bersikap manis itu, tidak akan pernah dia relakan untuk orang lain.
"Nggak usah bercanda!" Ahjung menjawab kaku, senyum yang tadinya naik maksimal mendadak digantikan tawa kering, kikuk sekali. Saat Ahjung hendak menghindari tatapan penuh kesungguhan Hyunjin, pemuda gondrong itu menahan leher Ahjung agar wajahnya tetap bisa diarangkum di kedua matanya. "Ini mulai nggak lucu loh, serius!"
Hyunjin membuang napas frustrasi, dia menunduk mengumpulkan keberaniannya yang selalu berceceran seperti pasir di bawah kakinya, lantas ketika kembali menatapi Ahjung dia menggeleng dua kali "Apa aku kelihatan bercanda? aku menahan diri selama ini, aku menahan diri sampai semua kesempatanku hilang!"
"Nggak bener kan?" Hyunjin belum selesai bicara, dan kali ini dia tidak ingin disela, semua perasaannya sudah meluap, telapak tangan besar Hyunjin membekap bibir Ahjung ringan.
"Karena kamu suka seseorang seperti Seungmin, aku belajar gitar juga sampai tanganku kapalan. Karena kamu suka pantai, aku berkeliling mencari pantai yang bagus untuk projectmu. Aku, aku bias membersihkan kakimu dari pasir juga!" jeda tercipta di antara napas Hyunjin yang makin memburu.
"Kamu terlalu cantik untuk jadi teman, Sorry but ... " telapak tangan Hyunjin turun, menyusuri rahang Ahjung yang kehabisan kata-kata, "... I Love you."
Satu entakan ringan, Hyunjin memangkas jarak hingga kedua bibir mereka bertemu, dalam kalut dan emosi, kecupan Hyunjin yang cukup dalam berakhir saat dia hampir kehabisan napas. Hyunjin tidak berani menatap Ahjung setelahnya, dia bangkit dengan serampanagan, membawa jejak pasir di kaos dan celana pendek hitamnya. Meninggalkan Ahjung yang masih membatu, berusaha memproses kejadian agak tidak masuk akal yang baru saja dia alami.
Dari arah lain, Seungmin menyimpan senyum getir, semua kejadian tadi terekam jelas dari manik mata sekelam jelaga miliknya. tapi, pemuda itu memilih menunggu, sebagai penulis naskah film pendek, dia cukup tahu, kali ini bukan dia yang berhak memiliki kisah. Seungmin mendekat setelah Hyunjin pergi, ditepuknya ringan bahu Ahjung hingga gadis itu terkesiap.
"Nggak kamu kejar?"
"Eh?"
"Aku nggak yakin, tapi sepertinya Hyunjin-ssi akan minum-minum sekarang."
Ahjung menatap Seungmin, alis tebal pemuda itu naik, dia mengangguk singkat, dan Ahjung mendapatkan kembali kesadarannya, selama ini dia memang mengagumi Seungmin, tapi selama bertahun-tahun, Hyunjin sudah ada di kehidupannya, dia terbiasa, dan dia tidak ingin laki-laki gondrong itu bersandar pada orang selain dirinya.
"Wah anak gila itu, wah dia pikir bisa kabur? Hwang Hyunjin, tanggung jawab hey, mati kau kalau nggak pacaran denganku setelah ini!"
Seungmin tertawa, dari awal ternyata tidak pernah benar-benar ada celah di antara kisah klise ini, Hwang Hyunjin pada akhirnya tetap menjadi pemiliknya, pemilik dari kisah klise yang tidak berlebihan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Giveaway Challenge by Subak GO
De TodoHalooo... dalam rangka ulang tahun Han, Felix dan Seungmin Stray Kids bulan September kemarin, Subak GO mengadakan challenge berupa drabble/ficlet yang ditulis oleh member group (Warga Subak). Karena banyak permintaan untuk baca tulisan masing-masi...