Han Jisung adalah seorang arkeolog muda yang terobsesi dengan peninggalan sejarah. Di saat rekan-rekannya meneliti reruntuhan kuno di berbagai belahan dunia dengan perlahan, Han selalu melangkah lebih jauh. Keingintahuannya yang meluap- luap sering kali membuatnya terlibat dalam masalah, namun dia tak pernah jera. Hari ini adalah salah satu dari hari-hari itu. Ia berdiri di tengah reruntuhan kuno yang baru ditemukan di pedalaman Asia Tengah, hatinya berdebar kencang. Reruntuhan ini belum pernah disentuh oleh tangan manusia modern—usang.
"Ini dia" gumamnya, saat jemarinya menyentuh ukiran aneh pada benda yang ada di sebuah batu besar. Ukiran itu tampak seperti lingkaran dengan simbol-simbol kuno yang tak dikenalnya "pola?" imbuhnya. Tak butuh waktu lama sebelum Han menyadari bahwa ukiran itu adalah bagian dari sebuah mekanisme.
Dengan sedikit dorongan, batu itu bergerak dan terbuka, memperlihatkan sebuah artefak misterius berbentuk lingkaran yang memancarkan cahaya biru samar. Rasa penasaran Han semakin membuncah. Tanpa memikirkan konsekuensinya, ia menjulurkan tangannya untuk menyentuh artefak itu.
.
Sekejap saja, dunia di sekelilingnya berubah. Han merasakan tubuhnya ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat, melintasi ruang dan waktu. Ketika ia membuka matanya, ia tidak lagi berada di reruntuhan itu. Langit di atasnya berwarna kelabu, dan di kejauhan, puing-puing bangunan menjulang tinggi dengan kerusakan yang tidak sedikit. Han panik. "Di mana ini?" ucapnya sembari menelaah kondisi sekitar.
Dia berjalan perlahan, mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Di tengah kota yang rusak, dia melihat seseorang mendekat. Sosok itu tampak familiar, dengan mata tajam dan wajah yang begitu dikenalnya—dirinya sendiri, namun lebih tua, dengan tatapan dingin.
"Akhirnya kau sampai juga," kata sosok itu, suaranya datar namun terdengar letih.
Han tersentak mundur. "Siapa kamu?" tanyanya, meski dia otaknya sudah mengisyaratkan siapa dia.
"Aku adalah kamu. Dari masa depan."
Han tertawa sinis, menolak untuk mempercayainya. "Tidak mungkin. Apa yang sebenarnya terjadi?"
Sosok masa depan Han menatapnya dingin. "Aku tahu kau tak percaya, tapi dengarkan. Dunia yang kau lihat sekarang adalah hasil dari kesalahanku, kesalahanmu. Peninggalan sejarah yang kita cari-cari selama ini ternyata membawa malapetaka. Artefak itu adalah kunci yang membuka portal ini..." ia terdiam sejenak, kemudian sosok masa depan Han menatapnya tajam. "Percayalah, hanya ada satu cara untuk menghentikan kehancuran ini. Kau harus kembali ke waktu asalmu dan hancurkan artefak itu."
Han terdiam. Dia tahu betapa berbahayanya menghancurkan artefak yang tak dikenal, langkah yang salah bisa menyeretnya kedalam masalah yang lebih pelik, lagipula, apakah sosok yang ada didepannya saat ini dapat dipercaya? Selain dari perawakan, tidak ada satu hal pun yang mirip dengannya. Apa yang terjadi pada dirinya di masa depan hingga membuatnya begitu berubah? Apa yang telah ia lihat?
Han akhirnya bertanya. "Apa yang terjadi padamu... padaku?"
Sosok itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Kau tidak akan mengerti, tak akan mengerti hingga kau merasakannya sendiri. Aku telah kehilangan segalanya. Kepercayaan, harapan.... portal ini telah merengut nyawa mereka, para sahabatku, chan hyung, minho hyung..." sambungnya dengan nafas berat.
Han menggelengkan kepala, kebingungan melingkupi pikirannya. Iya tidak bias percaya. Para hyungnya meninggal? Bagaimana mungkin? Sesak. memikirkannya saja membuat han kehilangan oksigen yang membuatnya sulit bernafas. Dapatkah dia benar-benar mempercayai ini semua? Ia larut dalam dialog sunyi yang terjadi dalam otaknya.
Namun waktu tak memberinya banyak pilihan. Bunyi gemuruh di kejauhan mengingatkan mereka bahwa kehancuran semakin dekat.
"Apa yang harus kulakukan?" Han akhirnya bertanya—setengah panik.
Sosok masa depan Han menghela napas. "Kau harus Kembali, hancurkan artefak yang membawamu kesini, hancurkan malapetaka itu."
Han mengangguk, meski tak sepenuhnya yakin pada apa yang akan terjadi. Ia berjalan menuju artefak yang sekarang tampak bersinar lebih terang dari sebelumnya. Saat Han menyentuhnya lagi, perasaan yang sama menghantam tubuhnya—tarikan ke dalam kekosongan, melintasi waktu.
.
Gelap. Ketika Han membuka matanya lagi, dia kembali berada di reruntuhan kuno. Dunia yang rusak dan sosok dirinya dari masa depan sudah menghilang, namun pesannya tetap bergema di pikirannya. Dengan tangan yang gemetar, Han mengambil artefak itu dan menghancurkannya dengan batu besar di dekatnya. Cahaya biru yang keluar darinya makin bersinar, ukiran itu bergerak hingga menyusun kata demi kata.
"Quomodo audeas?"
"Initium tantum est"
"How dare you...?" Han membaca tulisan itu perlahan "It's just the beginning." Seketika ia merinding. Ini peringatan. Artefak itu berbicara. Mendadak reruntuhan itu bergerak, batu-batu berjatuhan disekitar, menjatuhi area reruntuhan tanpa kenal ampun. Han berlari mencari tempat aman dibalik batu besar yang kokoh. Dengan napas terengah-engah, Han terduduk, menatap reruntuhan di sekelilingnya.
Belum bernafas begitu lega, suara gemuruh Kembali terjadi, langit menjadi begitu gelap, cahaya biru pada artefak bersinar begitu terang, gemuruh semakin menjadi.
DUARR—petir menyambar artefak itu. Seolah dipermainkan, alam sekitar berubah begitu cepat, reruntuhan hingga kota yang rusak silih berganti. Han terjebak dalam dimensi waktu. Ketika alam menampilkan kota yang rusak, sosok Han dari masa depan juga muncul disana, tersenyum tipis sembari menatapnya dingin.
Han tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Who are you?" bisiknya pelan, namun tak ada jawaban yang kembali.
-----------END-----------
![](https://img.wattpad.com/cover/377905865-288-k79593.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Giveaway Challenge by Subak GO
AcakHalooo... dalam rangka ulang tahun Han, Felix dan Seungmin Stray Kids bulan September kemarin, Subak GO mengadakan challenge berupa drabble/ficlet yang ditulis oleh member group (Warga Subak). Karena banyak permintaan untuk baca tulisan masing-masi...