04. terjadi lagi

935 69 7
                                    

Terhitung dua hari setelah kejadian di Sore hari itu, kini hubungan yang terjalin antara Jaemin dan Renjun semakin bertambah canggung. Ya, memang apa yang diharapkan dari interaksi antar mereka. Apalagi setelah keduanya telah melakukan hal yang tidak senonoh. Baik Renjun maupun Jaemin, tentu keduanya tidak ada yang membenarkan kelakuan mereka. Terlebih pada Renjun, rasa bersalah yang sudah ada dihatinya kian bertambah selepas kejadian tersebut.

Sudah dua hari Sang Adik telah tinggal bersama, dan Jeno, tentu dia merasa bingung dengan perubahan sikap Istrinya. Jika di hari-hari biasa Renjun akan menghabiskan waktu selepas makan malam untuk mengobrol santai di ruang keluarga, sekarang tidak lagi. Selama dua hari belakangan, Renjun langsung pergi begitu acara makan malam telah selesai. Bahkan, Jisung yang posisinya masih segar alias belum mengantuk sama sekali, sengaja Renjun bawa ke kamar untuk ia ajak tidur.

Segala kegaduhan di meja makan terlantarkan begitu saja. Biasanya ini kerjaan Renjun, yang membersihkan meja makan, mencuci piring kotor hingga hal lainnya. Namun kali ini, Jenolah yang mengambil alih tugas itu.

Seperti sekarang, Jeno kembali mengambil alih tugas istrinya. Selepas membersihkan meja makan lalu memunguti piring kotor, ia lanjut mencuci piring.

Di sela kegiatannya, Jaemin mendadak lewat, dengan segera Jeno menahan tangan Adiknya itu untuk ia tahan dan ajak bicara.

"Apaan sih lo Jen, tangan gue ngapain lo cekal." protes Jaemin tak terima.

"Gue mau ngomong sama Lo." Jeno sengaja menunda kerjaannya. Ia memilih berbicara serius dengan Jaemin. Karena ia yakin, akar masalahnya ada di Jaemin.

"Ngomong apaan sih? Gue ada banyak tugas ya Jeno, gue gak ada waktu."

"Alah sosoan sibuk lo. Udah sini ikut."

"Eh Eh, Kakak biadab."

Jeno tak memperdulikan gerutuan Jaemin, ia tetap membawa Adiknya itu menuju tempat duduk. Mendudukkan tubuh bongsor adiknya ke Sofa yang saling berhadapan.

"Bilang ke gue, lo sama Renjun ada masalah apa?" ucap Jeno penuh penekanan, sepasang matanya bahkan telah menatap tajam seolah mengintimidasi Sang Adik.

"Gak ada masalah apa-apa. Gue sama Renjun baik-baik aja, lo gak perlu Overthinking dah." Jaemin berucap santai. Tak merasa ada beban, apalagi merasa takut dengan tatapan Jeno. Oh,, jangan salah, Jaemin ini anaknya pemberani dan kuat mental. Jika ada yang memarahi, tentu ia marahi balik. Apalagi ke Jeno, Abangnya itu serasa tak dianggap sebagai Abang sama sekali.

"Jaemin gue serius. Dua harian ini sikap Renjun itu beda, dia gak kaya biasanya. Sejak pertama kali lo kesini sikap dia memang agak berbeda, tapi sekarang tambah parah,"

"Jujur sama gue, lo habis apain Kakak Ipar lo itu?"

Jaemin mendelik. Tatapan ikut menyinis pada Jeno. Lelah, itulah yang Jaemin rasakan selama ia tinggal di mansion ini. Atau lebih tepatnya selama dua hari belakangan. Sikap Kakaknya yang terus menaruh rasa curiga padanya itu membuat Ia terus ditanyai hampir setiap jumpa. Ia merasa kesal, sekaligus merasa risih. Padahal sudah berulang kali dirinya ini berkata jujur, namun tetap saja Kakaknya itu tidak mempercayai.

"Gue gak ngapa-ngapain Renjun. Kalo lo gak percaya tanya aja ke orangnya. Jangan terus tanyain gue, karena jawaban gue tetap sama."

"Renjun juga bilang sama kaya lo, tapi gue gak percaya. Gue udah kenal istri gue lama, Renjun gak mungkin bersikap kaya gini tanpa sebab. Pasti lo ledekin dia kan?"

Mulut Jaemin refleks menganga, "Eh yang bener aja lo Jen. Mana ada gue ledekin Renjun, dipikir gue anak kecil apa!?"

"Gue gak mau tau, ini semua salah lo. Gue kasih waktu lo dua hari untuk perbaiki hubungan lo sama Renjun. Mulai dari besok."

Ipar Adalah Maut [Jaemren ft Noren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang