Ramalan

7 2 0
                                    

"Mona, apa kau tidak tertarik mencari cinta?" Celetuk seorang gadis berambut pirang pendek.

"Cinta? Itu konyol, untuk apa mencarinya? Lebih baik mencari buku dan benda nujum." Balas gadis yang tengah mengelap bola kristal.

"Kan siapa tahu, bagaimana kalau coba meramal takdir cintamu?"

"Umm..entahlah-"

"Ayo cobalah! Aku juga penasaran." Sela gadis berambut pirang antusias.

"Baiklah, aku akan mencobanya." Setuju gadis berambut ungu mulai berfokus pada bola kristalnya.

"M-mona?" Gugupnya setelah melihat takdir cinta sahabatnya dari bola kristal yang memancarkan cahaya.

Gadis bermanik emas itu memeluk sahabatnya yang juga syok melihat simbol perempuan terhubung pada simbol laki-laki yang terhubung lagi pada simbol laki-laki membentuk segitiga sebagai gambaran singkat takdir cintanya.

***

Pintu dibuka menampilkan bagian dalam ruangan yang gelap gulita dan hanya terdapat sebuah lilin menyala di atas meja berbentuk persegi panjang ditengah ruangan itu. Pelaku yang membuka pintu segera memasuki ruangan yang misterius nan dipenuhi aura magis dan menutup pintunya kembali membuat cahaya yang sempat masuk dari bingkai pintu terputus dan menjadikan cahaya lilin satu-satunya itu sumber cahaya.

Meski tak dapat terlihat jika tidak teliti saking menyatunya dengan sekitar, terdapat seseorang diseberang meja lesehan berbentuk persegi panjang itu.

"Hei,kau dukun yang bisa mengabulkan apapun permintaan kliennya kan?" Tanya seorang pria berambut ungu gelap yang mungkin akan menjadi klien dari 'dukun' yang dimaksudnya.

"Tergantung-"

"Aku ingin kau memberiku ramuan, mantra atau semacamnya yang ampuh untuk menaklukkan orang lain,dalam konteks cinta." Potong pria itu saat si 'dukun' yang sepertinya seorang wanita hendak menjawab pertanyaannya.

Wanita dukun itu mendecakkan lidah hingga suaranya terdengar keras, mungkin karena dia mendapat klien merepotkan lainnya lagi. Tapi wanita di seberang meja itu masih bersabar agar kliennya tidak kabur dan dia mendapat mora untuk bertahan hidup.

"Yah tentu aku punya. Kepada siapa kau akan memakainya?" Jawab dukun itu masih belum menunjukkan wujudnya.

"Untuk apa kau tahu? Aku hanya ingin kau menjual hal itu kepadaku dan menunjukkan cara pakainya, aku akan menggunakannya sendiri." Jelas si klien final dan angkuh. Membuat lawan bicaranya mendecakkan lidah sekali lagi.

"Tidak bisa, aku tidak ingin keahlianku disalah gunakan sekalipun kau klien yang membayar!" Si wanita dukun mulai meninggikan suara menandakan kesabarannya mulai menipis.

"Berisik dukun sialan! Berikan saja yang ku mau dan aku akan memberimu Mora sebanyak apapun yang kau minta" seru pria itu mulai tersulut juga.

"Tetap aku- tunggu Mora sebanyak apapun?" Wanita itu masih kukuh menolak,namun urung saat kata-kata kliennya terputar ulang didalam ingatannya.

"Sungguh??" Dukun itu menggebrak meja dihadapannya dan bangkit setengah dari duduknya membuat bagian atasnya yang condong ke depan dapat terlihat oleh kliennya lebih jelas sekarang. Wanit- gadis muda dengan rambut ungu yang lebih cerah dari milik si klien yang dikuncir dua dan iris mata biru gelap yang memantulkan bayangan lilin dan wujud klien.

"Tentu,aku akan memberimu lebih jika itu mujarab." Tantang si klien dengan seringai dibibirnya tanpa nada kesal lagi. Dan tanpa terlihat terkejut sedikitpun kala melihat sosok asli dari siluet di seberang meja.

"Kalau begitu-"

***

"'phuahh',bir setelah hari yang melelahkan memang yang terbaik, terlebih aku tidak perlu pusing memikirkan tagihan." Ucap gadis  bernama Mona itu ber-euphoria di salah satu bar dekat tempat praktik yang sekaligus rumahnya ditemani klien yang bersedia membayar sesuai permintaannya.

Takdir cinta (scaramona)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang