Pagi ini sedikit tenang bahkan para tuan muda kebanggaan papa Chanyeol juga sudah anteng di meja makan menikmati sarapan pagi ini.Bahkan Chenle dan Jisung juga sudah rapi dengan seragam barunya, kemarin mereka sudah melihat lihat sekolah mereka yang baru sekaligus mengambil seragamnya juga, bahkan Chenle dan Jisung mengambil dua ekstrakurikuler di sekolah tersebut.
"Chenle Jisung, kalian papa yang nganter, sekaligus nanti papa mau bertemu yang punya sekolah, kan kemarin masih belum sempat ketemu" ujar Chanyeol.
"Bareng hyung aja pa, kita udah besar" Chenle terlihat sangat malas apalagi kemarin mereka sudah menjadi pusat perhatian membuat tidak nyaman.
"Emang mau bonceng sama siapa? Kan Jeno hyung nya sama Haechan, lalu Jaemin sama Mark, kalian berdua mau sama siapa, mobil hyung kalian masih di bengkel" Chanyeol menatap kedua putra bungsunya secara bergantian, menatap bagaimana raut wajah mereka berdua yang terlihat lesu.
"Kita berangkat pa ma, nanti mungkin kita bertiga pulang telat mau nongkrong bentar sama yang lain ya gak Jen?" Haechan melirik Jeno yang ada di sampingnya.
"Ya udah gak apa apa, tapi usahakan sebelum makan malam sudah ada di rumah ya" ujar Wendy.
"Mark katanya kelas siang kok ikut berangkat pagi tiba-tiba" Wendy memperhatikan putra sulungnya.
"Ada sesuatu yang harus di kerjain dulu ma, udah ya Mark berangkat entar di tinggal lagi sama mereka" Mark langsung berlari menyusul ketiga adiknya yang sudah keluar.
Hingga kini hanya tersisa Chenle Jisung dan Renjun yang mulai ikut beranjak dengan di gandeng sang papa.
Wendy memeluk putranya dari belakang saat melihat suaminya dan kedua putranya juga ikut berangkat.
"Ma jun kolah ma" Renjun menunduk sembari memilin pakaian yang dia pakai.
"Eehhh" Wendy tentu saja terkejut mendengar ucapan anaknya tersebut.
Dirinya membalik tubuh putranya hingga menghadap nya sekarang dan mengelus pelam pipi gembul tersebut.
"Injun kan sekolah bareng mama nak" dapat Wendy lihat mata anak itu sudah berkaca-kaca.
Renjun menggelengkan kepalanya sedikit mendorong tubuh mamanya.
"Jun kolah hiks Jun, adik hiks yung ma, kolah Jun" dirinya mulai berontak dalam dekapan mamanya.
Memang bahkan kemarin saat melihat sekolah baru putra bungsunya Renjun sangat senang bahkan sesekali anaknya itu akan menunjuk sesuatu yang asing menurutnya, bahkan kemarin sempat gak mau pulang, hingga Chanyeol membelikannya boneka baru agar putranya mau pulang.
"Iya nanti sayang, injun sekolahnya nanti ya nak, sayangnya mama, jangan gini dong sayang" Wendy dengan susah membawa putranya masuk dan langsung menutup pintu tersebut.
"Jun cacat ma hiks jun dak kolah jun cacat ma" lirihnya bahkan Wendy terkejut mendengar hal itu, dari mana putranya mengetahui kata kata seperti itu, padahal selama ini tidak ada yang berbicara seperti itu.
#flasback
Sore harinya saat semuanya tengah sibuk didalam rumah, membuat Renjun yang tengah sendirian karena kedua adiknya masih tidur tidak bisa menemani nya menggambar di ruang tengah.
Sehingga tidak ada yang mengawasi nya, Hendra sendiri tengah pergi menyerahkan berkas yang tertinggal atas perintah Wendy.
Renjun yang mulanya tenang menggambar sedikit tertarik dengan pintu rumah yang tertutup sehingga membuatnya langsung melangkah menghampiri pintu tersebut.
Dan beruntungnya pintu itu tidak terkunci membuat Renjun yang penasaran langsung keluar, biasanya dia selalu bersama keluarganya kalau hendak keluar.
Renjun bersemu senang sesekali mengejar kupu-kupu yang terbang di sekitaran taman, hingga kakinya berhenti di depan gerbang besar.
Penjaga gerbang yang menyadari ada anak majikannya yang keluar langsung menghampiri nya.
"Den injun mau kemana? Kok gak sama mama aden" ujarnya namun Renjun yang terlihat bingung hanya mengerti kata mama sehingga dia menoleh ke belakang dan menggelengkan kepalanya.
Namun matanya menatap sesuatu yang baunya sangat lezat, Renjun menunjuk gerobak bakso yang sedang berhenti karena di kerumuni ibu ibu yang sedang beli bahkan ada anak kecil juga.
"Aden mau, ayo bapak belikan, setelah itu bapak antar aden masuk lagi ya, bahaya di luar" satpam sendiri bingung kemana orang yang biasanya menjaga tuan muda manisnya ini.
Satpam tersebut menggandeng tangan Renjun mendekati gerobak bakso tersebut.
"Mang baksonya bungkus ya, gak usah di kasih saos atau kecap bening aja" ujarnya sesekali menatap anak majikannya yang terlihat berbinar.
Dengan pelan pak satpam tersebut menusukkan satu bokso kecil dan memberikannya pada Renjun.
"Tiup dulu den, panas itu" dirinya senang melihat Renjun yang sangat menikmati bakso tersebut.
"Eehh itu anaknya tuan Park yang hilang itu kan? Baru liat aku, ganteng manis sih, tapi kok kayak anak cacat gitu sih"
"Iya kayak anak kecil baru di ajak main, cacat beneran kah"
"Jangan jangan dia produk gagalnya lagi"
"Malu sih, saudaranya yang lain pintar eh dia cacat gitu, kadang liat istrinya tuan Park yang nemenin dia nganter saudaranya sekolah biasanya, aduh amit amit deh"
"Hei kamu cacat ya" seorang ibu ibu menyenggol lengan Renjun yang tengah duduk tenang, sedangkan pak satpam masih sibuk dengan baksonya dan tidak menyadari semua itu.
"Jun" lirihnya.
"Kamu cacat, gak sekolah ya" ujar nya walaupun Renjun tidak begitu faham dengan kata cacat.
"Nunggu lama ya den, maaf ya, ayo pulang, mari bu" ujar pak satpam menggandeng tangan Renjun.
"Jun cacat gak kolah?" Lirihnya menatap satpam yang tengah menggandeng tangannya.
Satpam sendiri cukup terkejut mendengar itu.
Namun baru saja hendak menjawab suara klakson motor membuat tersadar, ternyata tuan muda yang lainnya sudah pulang.
Mark turun dari motor Jaemin saat melihat Renjun yang justru bersama satpam penjaga rumahnya.
"Kok Renjun bisa ada di sini pak?" Mark sedikit bingung.
"Anu maaf den saya juga gak tau, tiba-tiba sampe sini lalu liat gerobak bakso ya saya belikan, ini mau saya antar" jelasnya membuat Mark mengangguk mengerti.
"Ya udah makasih ya pak, Renjun biar sama saya aja, dan ini uang ganti baksonya, ayo injun" sebelum pak satpam protes karena tidak mau di ganti Mark langsung buru buru menarik tangan adiknya agar ikut dengannya.
#flasbackoff
Wendy membiarkan putranya sampe tertidur di pelukannya, yang sekarang dia pikirkan adalah dari mana anaknya tau kata cacat tersebut, dan sepertinya dia harus berbicara dengan suaminya nanti.
"Badannya anget lagi nak" gumamnya pelan sembari mengusap dahi putranya yang berkeringat.
"Hendra tolong bawa ke kamar nya ya, saya mau ambil plester demam dulu" pantas Renjun mulai rewel karena merasa kurang nyaman.
Hendra sendiri dengan hati hati membawa tubuh tuan mudanya tersebut ke dalam kamarnya.
"Lagian ada ada aja, udah tau gue punya yayasan yang gak kalah bagus, malah masukin anakmu ke sekolah lain"
Chanyeol hanya melirik temannya itu dengan malas sembari menyandarkan tubuhnya pada sofa.
"Namanya juga lupa, yaudah, aku titip anak anak aja deh" ujarnya sebelum pamit pada pemilik yayasan yang merupakan temannya dulu saat kuliah.
Ayo jangan lupa vote sama komen oke
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars Behind the Darkness
Fanfictiontidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pusat kota.... 15 tahun terkurung di tempat yang gelap tanpa ada yang tau bagaimana keadaannya, sebu...