6. A Cup of Coffee

156 37 5
                                    


UNSPOKEN

==================================================

.

.

suasana gaduh mengelilingi kawasan apartment mewah di daerah Hannam. awak media berbondong mengerubuti tempat kejadian penemuan mayat di salah satu hunian. tampaknya, tersangka yang merupakan aktor dan ahli waris dari konglomerat menjadi pusat seluruh berita. kedatangan rosénna bersama jimin mengundang ricuh yang semakin riuh saat keduanya menyerobot masuk garis kuning polisi

"stop! stop, stopp!!" seorang detektif menghentikan langkah wanita yang terlihat anggun, kacamata hitamnya bertengger indah pada hidung lancip yang dimiliki wanita tersebut

séna terkejut saat tidak diperbolehkan melakukan penyelidikannya, keningnya mengernyit heran memandang jimin yang mengangkat kedua bahunya, tidak tahu mengapa

"anda tidak lihat ini area terlarang nona?" rio menunjuk garis kuning di sekeliling, bermaksud mengusir séna yang membuka kacamata hitamnya "anda dari stasiun TV mana?" pertanyaan sinis rio sekaligus mendorong punggung séna agar keluar "pergilah"

jimin yang menyaksikan kejadian tersebut terkikik geli karena terlihat lucu, saat ingin tertawa ia berdehem kecil dan menggeplak kepala rio, sang detektif

dugh

"dia jaksa bodoh!"

rio mengaga lalu menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, melihat penampilan séna dari atas ke bawah, diulang-ulang. memastikan wanita anggun itu merupakan jaksa. karena biasanya rio tidak pernah melihat jaksa yang begitu.. er.. cantik?

rio berdiri tegak memberi hormat "ah maafkan saya nona, saya rio. dektektif yang bertanggungjawab di wilayah ini, maaf karena tidak mengenalimu"

séna mengangguk, ia menatap tubuh rio sebelum berbicara "kukira semua polisi di bagian tindak kekerasan berbadan kekar?" rio yang menyengir membuat séna terkekeh "kamu.. cukup berbeda" séna menggelengkan kepalanya dan berjalan memasuki tempat di mana mayat berada "oh iya, wajar kamu tidak mengenaliku. aku baru di tugaskan di wilayah ini satu bulan lalu, sebelumnya aku ditugaskan di wilayah berbeda"

sang detektif mengangguk mendengar penjelasan jaksa cantik yang baru ia temui. rio tersenyum gembira, bahkan mengepalkan tangan ke udara. ia senang, sekarang pria tua menyebalkan yang sebelumnya menjadi jaksa sudah tidak lagi mengganggunya, dan tergantikan oleh jaksa muda yang menyegarkan

"nama korban nayeon, ART yang baru masuk setelah cuti menemukannya pagi ini. sebelumnya, kepolisian setempat sering mendapat pengaduan soal pertengkaran pasangan ini" rio menjelaskan pada séna kejadian runtut penemuan mayat

"pertengkaran kekasih?" séna bertanya sembari melangkah mendekati mayat nayeon, ia berjongkok. sejenak ia memejamkan mata, séna meringis menyaksikan kematian wanita muda yang cukup tragis. jejak darah masih menggenang di beberapa bagian tubuh nayeon yang telungkup kaku

rio berdiri di belakang séna "beberapa saksi mengatakan kekasihnya sering meninggalkan apartment ini pagi-pagi buta menuju hotel. dia merupakan tersangka utama" rio berjongkok, berbisik pada séna "polisi sudah mendapat 5 laporan soal perselisihan mereka"

séna mengangguk mendengar penjelasan sang detektif, ia bangkit dan memperhatikan keadaan sekitar. matanya menyusuri semua sudut ruang, melihat jejak-jejak kemungkinan kekerasan yang dilakukan oleh tersangka pada korban. mata séna tertuju pada stand holder yang berisi beragam jenis stick golf. matanya memicing melihat ada satu type yang ujungnya sedikit membengkok. séna berasumsi nayeon mendapat kekerasan dari kekasihnya dan dipukuli menggunakan stick golf tersebut

UNSPOKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang