9. Adjudicate

145 31 2
                                    




UNSPOKEN

==================================================

.

.

kkkk...

seorang dokter tengah mengulum bibirnya gugup tatkala wanita yang berada di gendongannya menyembulkan kepala, terkikik dan menatapnya dengan pandangan yang sedikit menyebalkan, —menggodanya. wanita itu memainkan kerah sang dokter yang masih saja bungkam dengan pertanyaannya

"ehm.. kakak.. ayo, jawab dong—"

"..." kale tak ingin menanggapi, masih berjalan sembari mengangkat tubuh ringan milik sang jaksa, yang sebelumnya hampir pingsan di ruang autopsi

"apa yang kudengar barusan itu fakta?"

"kau mengigau"

"kakak beneran pernah menyukaiku?" séna terus saja mencecar pertanyaan yang sama, hal ini disebabkan karena dirinya masih sadar dan mendengar dengan jelas obrolan singkat antara kale dan eunwoo di depan meja resepsionis. hanya saja, dirinya berpura-pura pingsan—

"tidak"

"benarkah? tapi aku mendengarnya dengan jelas dari mulut eunwoo"

"otakmu bermasalah"

ughh.. séna merengut, sedikit gemas dengan raut datar yang masih saja ditampakkan oleh kale. namun, ini kesempatan séna setelah 8 tahun dirinya tidak melakukan apapun untuk mendekati seseorang yang pernah ia sukai. apalagi didukung dengan bukti konkrit yang telah ia dengar. sebagai jaksa.. tentu saja, dirinya harus mempercayai ucapan saksi bukan? hehe..

séna memainkan jemarinya membentuk lingkaran di atas dada kale yang masih saja tidak terusik, dokter itu masih tetap menggendong séna yang terus mencecarnya dengan berbagai pertanyaan tak logis

sebagai wanita yang sudah berpengalaman, séna tidak akan berbasa-basi dan akan langsung menghujamkan apa yang dapat memuaskan dirinya. dengan berani, séna mengangkat tangannya, sedikit berusaha untuk meraih tengkuk leher kale dan melingkarkannya disana. hal itu cukup membuat sang dokter tersentak

"apa yang kau lakukan? berhentilah" kale menatap sinis séna yang malah menyeringai padanya

séna mendekatkan hidungnya pada leher sang dokter, mengendusnya yang membuat sang dokter merinding geli "kakak wangi deh.." hal itu membuat kale melotot tajam. tapi kekehan séna terdengar, membuat dokter itu kembali berjalan dan berusaha mengabaikan segala kelakuan aneh sang jaksa. kale akan menganggap séna mabuk anestesi

séna semakin berani karena kale tidak melarangnya, jemarinya ia mainkan pada rahang tegas milik sang dokter, mengelusnya pelan. ia merasakan rambut-rambut halus yang diyakini sebagai jenggot yang baru saja dicukur oleh pemiliknya

"kakak ganteng deh, kalau aku menyukai kakak gimana?"

cukup! jisoo sudah tidak tahan dengan berbagai godaan dari setan mungil di gendongannya. ia menatap tajam manik-manik milik sang jaksa yang masih menatapnya dengan pancaran mata yang berkilauan, seakan siap menerkam dirinya jika lengah sedikit saja—

"kakak mau aku cium gak?" goda séna dengan cengiran menyebalkan

"jangan gila" tandasnya dingin, berusaha tidak tergoda bujuk rayu setan

"bilang dulu kalau kakak menyukaiku, aku akan berhenti menggoda kakak"

"dalam mimpimu séna.."

jawaban ketus kale yang sedikit gelisah membuat jiwa iseng séna menguar, tentu saja ia berani melakukan ini karena tahu kale tidak akan menananggapinya. menurut séna, sensasi mengusili kale ternyata— menyenangkan dan menyebalkan di waktu yang sama. jadi apa salahnya mencoba bermain lebih jauh?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNSPOKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang