[12] Conflict

632 171 33
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hari demi hari berlalu seperti deretan awan kelabu yang tak kunjung pergi.

Di balik jendela kamarmu, sinar matahari pagi menyapa dengan lembut, tapi hangatnya tidak mampu menembus rasa dingin yang mengendap di dalam hatimu.

Sejak ayahmu pulang dari Jerman dengan seorang remaja bernama Michael Kaiser, hidupmu berubah drastis. Kehadirannya begitu tiba-tiba, tidak diundang, dan tidak dirimu diinginkan. Dia adalah bagian dari cerita yang tidak pernah kamu minta. Remaja itu kini berstatus sebagai kakak angkatmu, meskipun seluruh jiwamu menolak gelar tersebut.

Michael masih belum bisa berbahasa Jepang. Setiap kali kamu berbicara, dia hanya menatapmu dengan penuh kebingungan dalam diam karena paham apa yang dirimu ucapkan. Begitu pula dengan percakapan di antara kamu dan ayahmu, semua terdengar seperti gumaman asing di telinganya.

Namun, meskipun tidak paham dengan apa yang kalian ucapkan, remaja bersurai pirang itu tahu, bahkan merasakan secara nyata bahwa pertengkaranmu dengan ayahmu berakar dari kehadirannya. Mata biru indahnya bak permata sapphire selalu menatapmu dengan kesedihan yang sunyi, meski bibirnya tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun.

Setelah membersihkan diri dan siap mengenakan seragam sekolah, kamu turun ke lantai bawah untuk memulai hari melalui sarapan. Sebenarnya kamu tidak sudi untuk sarapan bersama anak adopsi yang mengambil semuanya darimu itu, tapi Anri terus mencoba meyakinkanmu agar turun hanya demi sekadar sarapan.

Ayahmu menyambut dengan senyuman hangat dan sapaan. Sarapan berlangsung secara damai dalam diam meski hatimu penuh gejolak. Di hadapanmu, duduk Michael yang juga ikut sarapan semenjak datang ke mari, dan hal tersebut membuatmu mati-matian menahan ledakan amarah.

Makanan di hadapanmu kini hanya tertinggal setengah, dingin dan tidak menggugah selera. Sudah beberapa kali kamu melempar pandangan ke jendela, berharap udara segar bisa membantu menenangkan gejolak di dalam dirimu, tapi semua sia-sia.

Di sebelahmu, ayahmu duduk dengan tenang sambil mengaduk pelan kopinya.

"Kenapa harus dia?" Suaramu tiba-tiba terdengar, pecah dalam keheningan. Kamu bahkan tidak menyadari kapan dirimu memulai pertanyaan itu.

Suaramu berhasil menghentikan kegiatan Michael yang masih mengunyah makanannya serta ayahmu yang tadi mengaduk kopi.

Lelaki bertato mawar biru tersebut bergantian memandangmu dan ayahmu selama sekilas dengan khawatir karena takut jika akan terjadi pertengkaran lagi ketika sedang sarapan. Dan dialah sumber akar permasalahan itu.

Ayahmu menaruh sendok teh dengan hati-hati seraya memandangmu sejenak sebelum menjawab. Ada sorot kelelahan di matanya, seolah pertanyaanmu bukanlah hal baru baginya. "Apakah kamu tidak bosan membahas hal ini terus menerus ketika kita tengah sarapan?" jawabnya tenang. "Ratusan kali pun kamu melontarkan pertanyaan yang sama, jawabannya juga akan selalu sama."

𝗕𝗟𝗨𝗘 𝗥𝗢𝗦𝗘 || 𝐌𝐢𝐜𝐡𝐚𝐞𝐥 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang