04. Lo cewek kan?

313 32 8
                                        

Happy reading
.
Vote and comment.


Di sebuah ruangan yang penuh dengan rak-rak yang berjejeran rapi dan menjulang tinggi, dengan berbagai macam buku yang diletakkan di rak-rak tersebut. Suasana sunyi dan senyap menyelimuti ruangan perpustakaan. Hanya ada satu penjaga yang saat ini sedang sibuk dengan kegiatannya. Tidak lama kedatangan sosok pemuda manis di perpustakaan tersebut mengalihkan perhatian sang penjaga perpustakaan.

"Kenza?"

Yang dimaksud menoleh menatap sang penjaga perpustakaan. Namanya Arsyila, siswa-siswi di sana memanggilnya "Kak Syila." Karena itu merupakan permintaan dari sang empunya nama.

Kenza mengangguk sedikit sebagai tanggapan dari panggilan Syila. "Kenza mau baca buku, Kak." Ucapnya dengan suara yang terbilang cukup kecil dan halus.

Arsyila mengangguk. "Yaudah, jangan lupa isi buku kunjungannya ya."

Kenza kembali mengangguk kecil dan berbalik menuju deretan rak buku yang berisi buku fiksi. Kenza mulai mencari buku yang hendak ia baca. Setelah menemukannya, ia lalu berjalan menuju meja paling pojok dan mendudukkan dirinya di kursi.

Baru saja ingin membuka halaman pertama. Tubuh Kenza tiba-tiba membeku dengan ingatan yang cukup memalukan untuk diingat. Semburat merah muda terlihat jelas dikulit wajahnya yang seputih susu. Bukan apa-apa, Kenza hanya sangat mudah untuk tersipu malu seperti ini.

"Bodoh sekali ... kenapa aku melakukan hal memalukan seperti tadi?" Gumamnya putus asa. Berpikir bahwa tindakannya saat mencegah salah satu siswa kelas sebelah untuk masuk ke dalam kelas itu benar-benar konyol. Bahkan dia hanya diam dengan kata-kata yang seolah tersangkut di tenggorokannya. Berdiri cukup dekat dengan siswa paling populer di sekolahnya. Pemuda yang paling diincar oleh siswi-siswi di sekolah ini.

Bahkan tidak heran jika ada guru muda yang masih belum berkeluarga, tertarik dengan pesona Alga. Kenza sedikit merinding memikirkannya.

Brak!

Kenza hampir melemparkan buku di tangannya karena kaget saat mendengar suara dobrakan pintu yang begitu keras. Tak lama ia mendengar suara kak Arsyila yang mengomel memarahi sang pelaku.

"Kamu! Bisa gak sih pelan-pelan aja buka pintunya?! Kamu kira perpustakaan ini punya keluarga kamu, Alen??"

"Berisik banget sih kak, namanya juga gak sangaja."

"Kamu tau?! Kamu engga bisa selalu gunain alasan yang sama, Alen!! Masa hampir tiap hari sih kamu gitunya, hah?!"

"Udah deh kak, pintunya gak rusak kan? Jadi stop ngomelnya, gue ngantuk."

"ALENN!!! TIDUR DI RUMAH KAMU SANA JANGAN DI SINI!!"

Kenza dapat mendengar percakapan mereka, sampai kak Arsyila berteriak memekakkan telinga.

Hening.

Kenza tidak mendengar suara siapapun lagi. Memilih sibuk dengan kegiatannya sendiri, Kenza mulai membaca halaman pertama dari novel tersebut.

Saat Kenza begitu fokus dengan novel di tangannya, sampai-sampai tidak menyadari keberadaan mahkluk tak diundang sedang duduk tepat di hadapannya. Memerhatikan dirinya dengan begitu intens.

"Lo nyamar ya?"

Kenza spontan mengalihkan atensinya yang semula tertuju pada buku di tangannya, kini menatap sosok yang entah sejak kapan berada di depannya.

"Ha?" Tanyanya tak mengerti.

"Lo cewek kan?"

Lagi-lagi Kenza tidak mengerti. "Aku cowok." Bantahnya.

Pemuda di depannya memundurkan tubuhnya hingga punggungnya menyentuh sandaran kursi. Alisnya terangkat sebelah, menilai penampilan Kenza.

Kenza mulai merasa tidak nyaman. Tapi ia tetap memilih mengabaikannya.

"Suara lo halus, terkesan lembut kek cewek, muka lo juga imut, cowok mana yang mukanya imut kek lo? ngaku aja, lo nyamar kan?" Alen. Pemuda itu tetap kekeuh menuduh Kenza sebagai perempuan.

Ucapannya sontak membuat Kenza melebarkan matanya tak percaya. Apa-apaan?! Tidakkah pemuda itu sadar diri?! Bahwa dia juga memiliki wajah yang imut dan bahkan terkesan sedikit cantik! Walaupun ketampanannya masih ada.

"Eum ... sebelum itu, apa kamu butuh cermin?" Tanya Kenza hati-hati.

Alis Alen mengerut. "Cermin? Untuk apa?" Tanyanya heran.

"Be-berkaca?"

Brak!

"Hah! Buat apa gue harus ngaca?!" Alen berdiri dan mengebrak meja di depannya. Setelahnya dia kembali duduk dan bersedekap dada.

Kenza sedikit meringis membayangkan telapak tangan Alen yang pastinya sangat sakit saat ini.

"Hahh...." Helaan nafas Kenza sebelum berkata, "Aku cowok, tulen. Jangan pikir karena wajahku yang katamu imut atau suaraku yang halus ini, kamu jadi nuduh aku cewek yang nyamar sebagai cowok di sini!" Jelas Kenza sedikit menahan kekesalannya.

Kedua netra milik Alen menyipit, 'apa iya dia beneran cowok?' batinnya.

"Lagian kalau aku cewek, kamu mau ngapain?" Tanya Kenza.

Yang disambut dengan Alen yang mengangkat kedua bahunya. "Gue pacarin, mungkin?" Jawabnya sedikit bercanda.

Tanpa Alen sadari bahwa candaannya sontak membuat bulu kuduk seseorang di seberang meja berdiri akibat merinding.

"Omong kosong apa yang kamu bicarakan?! Kamu gila ya??"

Alen tersentak kaget saat Kenza sedikit meninggikan suaranya. "Gue becanda anjing!"

"Aku manusia!" Kenza melotot garang, tidak terima dengan perkataan Alen yang menyebutnya anjing.

"Argh! Bukan itu--ah sudahlah." Alen pasrah. Lagi pula apa yang sebenarnya ia lakukan saat ini? Bukannya niatnya ke perpus itu numpang bolos sekalian tidur ya? Kenapa malah nyamperin pemuda di depannya coba?!

"Sorry."

Kenza hanya melihat sekilas dan kemudian bangkit dari kursinya. Moodnya untuk membaca seketika menghilang. Ia berniat untuk kembali ke kelas saja.

Alen terus menatap punggung pemuda itu sampai menghilang dari pandangannya. Kemudian ia memilih untuk memejamkan mata dan tidur seperti rencananya diawal.





[ TBC ]







ALGALEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang