bab 1 : marven baskara

5 1 0
                                    

terdengar riuh ricuh di pagi hari ini, lelaki yang kita kenal sebagai marven itu masih betah menyelami alam mimpinya. tetapi, sepertinya para penghuni kos pa haji ini tidak bisa membiarkannya tidur dengan tenang.

"marven!" Suara berat dan serak itu menyusup dengan tidak sopannya ke rungu milik marven.

dengan segala keterpaksaan yang ada, marven memaksakan dirinya bangun lebih awal di hari minggu ini karna suara para penghuni kos seperti sedang demo di depan kamar kos miliknya.

"iya! sebentar!" Sahut marven.

rambut yang acak acakan, mata setengah tertutup, dan baju nya yang berantakan membuatnya kentara sekali baru terbangun dari alam mimpi.

"Marven! sudah berapa kali saya bilang, itu si mimu dikandangin jangan dilepasin! kamu lihat? lorong kos berantakan gara gara mimu, paji gak mau tau pokoknya siang ini kos harus udah bersih dan paji gak mau lihat si mimu berkeliaran lagi diluar!"
sentak pa haji.

sesaat setelah marven membuka pintu kosnya, terlihat pa haji dengan tubuh tinggi tegap, baju koko warna coklat dan sarung serta peci yang melekat di kepalanya. Pa haji bukan tipikal bapak bapak gemuk, gendut, buncit dan berkumis. Justru, pa haji terlihat awet muda di umur nya yang sudah menginjak usia 52 tahun ini.

"Sstt... waduh, si mimu berulah lagi paji? maaf ya paji, aa belum beli kandang si mimu, kandang dia rusak. nanti aa pastiin si mimu gaakan bikin rusuh kayak gini lagi deh paji, maaf ya." jawabnya dengan perasaan bersalah.

"yaudah, tapi paji gamau tau nanti siang harus sudah selesai!" Tepat setelah mengatakan hal itu pa haji langsung membawa langkahnya menuju lantai bawah untuk kembali kerumah milik pa haji.

menghela napas adalah salah satu cara meredakan amarah menurut marven, mimu si kucing putih milik marven memang sudah sejak awal sangat tantrum, tidak sekali dua kali mimu menyebabkan kekacauan seperti ini.

"mimu mimu.. kalau ga sayang udah gua buang lu monyet!" omel marven.

miaaww

terlihat mimu sedang menduselkan kepalanya ke kaki marven, mimu itu kucing yang tidak sengaja marven temukan di pinggir jalan dan ia bawa, alasannya klasik, kasihan.

"jam 7 ya.. gua hari ini harus ke resto jam 8 terus lanjut ngajar di rumah anaya sama magen.." selagi merapihkan kosan ia sembari mengingat jadwalnya di hari minggu.

karena dia hidup sendiri dan tidak ada yang menanggung biaya hidupnya, mau tidak mau hari libur pun ia korbankan demi selembar rupiah.

jika tau hidupnya akan seperti ini, ia akan tetap memilih untuk hidup. bahkan penderitaan seperti ini pun masih bisa kita nikmati dengan baik.

tidak ada waktu untuk bersedih karena hanya tersisa waktu 30 menit lagi sebelum marven berangkat ke resto.

"mimu, awas aja lu kalau bikin masalah lagi gua buang ke tong sampah!" Ucap marven kepada mimu yang berada di gendongannya.

miaaww

"dasar kucing."

setelah itu marven pun segera beranjak untuk bersiap siap.

setelah itu marven pun segera beranjak untuk bersiap siap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kamu ga ngerjain latihan yang apen kasih kemarin ya?"

"hehe magen kemaren ke asikan main ps sama papa," Ucap si anak laki laki berkulit putih itu.

"ya kalau gini kakak paling ngajarin kamu lagi deh dari awal, magen perhatiin ya? biar magen bisa lebih cepet ngertinya, oke?"

"siap apen!" Seru magen.

lucu sekali, pikirnya. Magen adalah salah satu anak yang diajar bahasa inggris dan matematika olehnya. Sudah berjalan 6 bulan sejak hari pertamanya mengajar anak itu.

awal pertemuan marven dengan ayah dan ibu magen membawa kebahagiaan untuk marven, sebab saat itu marven sedang putus asa akibat tidak mempunyai uang untuk membayar tunggakan kost dan di saat saat itu lah marven dipertemukan dengan kedua orang tua magen yang menawarkan dirinya untuk menjadi guru les magen karna kepintarannya.

"magen, hari ini udah habis ya waktu les sama apen. magen belajar lagi, jangan lupa tugas dari apen juga dikerjain." ucap marven.

"oke!" setelah meng-iya kan nasihat marven, bocah berkulit putih itu pun langsung berlari ke kamarnya.

"eh marven! jangan pulang dulu nak, ini tadi nda masak banyak. Kita tunggu ayah dateng dulu ya? Makan malem disini aja.." ucap bu tamara, bunda magen.

"siap nda!" seru marven.

sejak awal tamara memang selalu menekankan kepada marven bahwa keluarga magen merupakan keluarganya juga, marven pun perlahan lahan mulai merasa diterima dan menjadi lebih dekat dengan keluarga magen.

hanya disini marven merasa diterima.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

aliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang