Prolog

97 30 47
                                    

Katanya, di setiap prolog itu merupakan awal dari cerita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Katanya, di setiap prolog itu merupakan awal dari cerita. Padahal, pertemuan merupakan awal dari cerita. Karena pertemuan lah yang berhasil membuat seseorang untuk menulis dan mengabadikan agar tidak hilang.

Nyatanya, dia abadi dan memiliki ruang tersendiri di hati seorang penulis. Namun, penulis itu ingin menulis, agar seseorang itu tidak hanya abadi di hatinya. Melainkan, juga abadi di hati setiap pembaca.

Menulis itu mudah, yang susah adalah membuat tulisan kita di cintai dan di hargai. Mendapatkan begitu banyak pembaca dan vote. Dan juga, agar tulisan kita di kenang dan abadi di hati setiap pembaca. Tentang dia dan kota Jogja, semoga hal-hal baik menyertai.

📖📖

Jogja di waktu senja selalu punya caranya sendiri untuk menenangkan hati. Langitnya yang perlahan berubah jingga, suara-suara becak yang melintas di kejauhan, dan aroma khas jalan Malioboro yang tak pernah hilang—semuanya selalu mengingatkan gadis itu pada kenyamanan yang pernah ia rasakan saat pertama kali menginjakkan kaki di kota ini.

Namun, ada satu hal yang membuat senja di Jogja terasa berbeda sekarang. Ada seseorang yang membuat langit itu terasa terlalu hampa. Sudah tidak ada lagi sosok yang mengenalkan Jogja dan melihat kota itu dengan sudut pandang yang berbeda. Salah satu penduduknya sudah pergi meninggalkan kota kelahirannya itu.

Cowok asli Jogja dengan senyum santai dan sikap yang seolah tak pernah ambil pusing tentang dunia, pernah mengisi hari-hari gadis itu sejak ia pindah dari Bandung. Awalnya, Jogja hanya tempat baru bagi gadis itu, sekadar kota dimana tempat ia harus menyesuaikan diri karena urusan pekerjaan orang tuanya.

Ia tak pernah menyangka bahwa di kota ini ia akan menemukan sosok yang begitu sulit ia pahami namun tak bisa ia lupakan. Mereka bertemu di SMA, saat gadis itu masih mencoba beradaptasi dengan kehidupan barunya.

Cowok itu memiliki tipe yang mudah disukai, bukan karena usahanya, tapi karena kesederhanaannya. Dia punya daya tarik yang membuat semua terasa mudah di dekatnya. Mereka tak pernah benar-benar resmi menjadi pasangan.

Sejak awal, mereka sama-sama tahu bahwa apa yang mereka miliki hanyalah sebuah hubungan HTS—hubungan tanpa status. Tanpa komitmen yang jelas, mereka berbagi waktu, tawa, dan percakapan panjang di sudut-sudut kota Jogja.

Semua terasa ringan, seolah dunia remaja mereka cukup dengan kebersamaan yang tak perlu diberi label. Namun, semakin lama, kedekatan itu mulai terasa aneh. Ada sesuatu yang berubah dari cara cowok itu berbicara, dari cara dia menatap, dan dari caranya merespons setiap pesan gadis itu.

Entah sejak kapan, cowok itu mulai menarik diri. Keakraban yang dulu membuat gadis yang merasa aman perlahan tergantikan dengan jarak yang tak kasat mata. Hingga puncaknya cowok itu meninggalkan Jogja dengan gadis itu di dalamnya.

"Jogja tidak akan pernah sama setelah kehilangan salah satu penduduknya."
- Ayudia Prameswari -

Jangan lupa vote dan komen ya🤍
Follow akun penulis juga

Instagram @wp_candyyy
Tiktok @wp_candyy

Instagram @wp_candyyyTiktok @wp_candyy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jogja After Losing HimWhere stories live. Discover now