Suasana sejuk berhembus beriringan dengan angin yang masuk ke dalam rumah melalui celah-celah kecil. Kini terlihat gadis cantik dengan gaun panjang selutut dipadukan dengan sepatu sneakers nya itu.
"Nak, kamu berangkat sama siapa?" tanya seorang laki-laki yang sudah cukup berumur itu.
Ayudia tampak tersenyum, "Sama teman sekolah Ayudia yang kemarin, Pa."
"Loh tumben ngga sama Papa," sambung wanita yang berada di belakangnya itu.
Gadis itu mengangguk. "Iya Ma, soalnya udah janji sama teman Ayudia."
Ketukan pintu terdengar menampilkan sosok cowok tinggi dengan kemeja biru dan celana hitamnya. "Selamat Pagi Om, Tante dan Ayudia," sapa cowok itu sambil tersenyum.
Ayudia tampak sedikit ragu memperkenalkan cowok yang berada di hadapan mereka. "Perkenalkan ini teman Ayudia, namanya Candi, Ma, Pa."
Candi mengangguk lalu salam kepada kedua orang tua dari gadis itu. "Izin menjemput putrinya ya Om, Tante. Maaf kemarin ngga sempat pamitan, kata Ayudia sudah malam," jelas nya.
Papa dari Ayudia tampak mengangguk. "Yaudah hati-hati bawa putri saya, jangan ngebut."
"Siap Om, pasti di jaga putrinya." Cowok itu memilih untuk kembali salam di ikuti oleh Ayudia yang berada di belakangnya.
"Lo cantik," puji Candi sedikit bergumam. Membuat gadis itu hampir tidak mendengar.
"Ada apa Can?" tanya Ayudia memastikan. Hingga gelengan kecil terlihat oleh cowok itu.
Angin dan suasana Jogja pada pagi hari begitu menyejukkan, terkena terpaan angin sepasang manusia yang sedang duduk diatas motor terasa hening tanpa ada dialog. Menikmati perjalanan tanpa ada topik yang di bahas.
"Baru beberapa hari sekolah udah ada acara aja ya," ujar gadis itu membuka topik pembicaraan.
Candi mengangguk. "Baru beberapa hari gue juga udah ikut sibuk."
Ayudia tampak berpikir tentang apa maksud dari cowok itu, tapi tidak ingin memperpanjang. Mereka berdua tiba di depan gerbang sekolah, gadis itu tidak ingin ada yang melihat bahwa mereka berangkat bersama dan memutuskan untuk turun pada pintu gerbang.
"Terima kasih ya, Can. Maaf merepotkan," tutur gadis itu sambil tersenyum. Rambut nya yang tertiup angin menerpa wajah indahnya itu.
Cowok itu mengangguk lalu melajukan motornya menuju parkiran. Kini ada acara pentas seni besar di sekolah nya. Ayudia dan teman-temannya memilih untuk duduk pada deretan kursi nomor dua agar masih dapat melihat.
YOU ARE READING
Jogja After Losing Him
Подростковая литератураTentang dia seseorang yang ingin di abadikan dalam ribuan kata yang indah yang tersusun oleh beberapa paragraf kemudian menjadi bab dan buku yang ingin selalu ingin di baca walau tau ending nya akan selalu sama, yaitu aku dan kamu tidak akan pernah...