Bab 30: Kemenangan

12 1 0
                                    

Sheng Xia merasa agak bingung. Ruangan yang mereka sebut sebagai ruang rias itu sebenarnya hanyalah sebuah ruang kendali yang diubah fungsinya. Hanya ada beberapa meja tulis dan kursi yang ditempatkan di sana, sedangkan ruang ganti diambil dari kamar tidur bekas petugas piket. Jadi, keseluruhan ruang tidaklah terlalu besar, dan kini sudah penuh sesak dengan orang-orang. Meja dan kursi dipenuhi oleh berbagai perlengkapan rias, bahkan gaun-gaun pesta serta rok berlapis-lapis terhampar di lantai, membuat langkah sulit untuk menapak.

Pada dasarnya, Sheng Xia tidaklah pandai berinteraksi dengan orang lain. Sementara itu, Fu Jie masih belum datang. Dihadapkan oleh puluhan pasang mata yang penuh rasa ingin tahu, Sheng Xia pun tertegun sejenak, tak tahu harus memulai percakapan dengan kata apa.

Secara naluriah, ia menoleh ke arah Zhang Shu, tanpa sadar, sorot matanya penuh permintaan tolong.

Zhang Shu hanya bisa menghela napas dalam hati, berpikir bahwa sebaiknya Sheng Xia bercermin, agar berhenti menatap orang-orang dengan tatapan memelas seperti itu, karena siapa pun yang ditatap seperti itu mungkin akan langsung menyerah.

"Tunggu di sebelah sana," kata Zhang Shu sambil menepuk pundak Sheng Xia, mengarahkannya untuk berdiri di samping. Kemudian ia membuka pegangan pintu di belakang Sheng Xia dan berkeliling, mengamati sesuatu di balik pintu. Tiba-tiba, ia berjalan ke salah satu meja tulis dan mulai menggeser benda-benda yang berantakan di atasnya. Di sudut meja, terlihat nomor: 6.

Zhang Shu menoleh dan bertanya kepada semua orang di ruangan itu, "Ini milik siapa?"

Orang-orang saling berpandangan, lalu serentak menggeleng.

Zhang Shu berkata, "Ambil saja, meja ini milik kelas enam."

Dengan posturnya yang tinggi, Zhang Shu hampir menyentuh langit-langit ruangan yang rendah itu. Suaranya dingin, mengesankan sikap angkuh. Ruangan yang tadinya riuh segera sunyi senyap.

Di tengah ketegangan itu, pintu ruang ganti terbuka. Sosok perempuan dengan gaun sifon berwarna krem muncul, anggun seperti peri. Potongan gaunnya tinggi dan ramping, memamerkan lekuk tubuhnya yang indah, dipadukan dengan rambut keriting berwarna cokelat kastanye dan wajah yang bersinar cerah. Penampilannya begitu segar dan menawan.

"Ah Shu? Bagaimana kau bisa ada di sini?" mata Chen Mengyao berbinar saat ia berjalan mendekat dengan anggun, mengangkat sedikit gaunnya.

"Mengantar dewi kami ke sini," jawab Zhang Shu sambil berbalik dan mundur setengah langkah. Ia menunjuk ke meja nomor enam, "Apakah itu barangmu?"

Chen Mengyao memandang ke arah yang ditunjukkan Zhang Shu, lalu mengangguk, "Iya, itu punyaku."

Di saat yang sama, pandangannya beralih ke arah Sheng Xia, seorang gadis yang sering ia perhatikan — siswa pindahan di kelas enam, teman sebangku Zhang Shu, dan gadis yang merebut posisi dewi yang seharusnya milik Zhou Xuanxuan.

Setiap kali gadis ini pergi mengambil air minum dan lewat di depan kelas empat, selalu ada sekelompok anak laki-laki yang berseru, "Hei, itu dia anak kelas enam!" atau "Lihat, lihat!" seolah melihat seekor panda langka.

Sheng Xia yang memeluk kotak di tangannya tampak kaku, entah karena terlalu lama memegang kotak itu, atau karena kata-kata Zhang Shu tadi, "dewi kami..."

Meskipun semua orang biasa memanggilnya begitu, Sheng Xia belum sepenuhnya terbiasa dengan sebutan itu, membuatnya merasa sedikit canggung.

"Kau tak punya meja sendiri?" Zhang Shu melirik meja-meja di sekitar yang juga penuh sesak, lalu tertawa kecil. Sulit untuk menilai apakah itu sindiran atau keputusasaan, karena ia sering kali berbicara dengan nada seenaknya seperti itu. "Tidakkah kau lihat ada jadwal di belakang pintu?"

Summer In Your Name (Yi Ni Wei Ming De Xia Tian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang