Sore harinya, Renjun masih terlihat murung bahkan anak itu tidak menghiraukan kehadiran mamanya yang berusaha membujuknya, bukannya apa tapi Renjun sudah melewatkan makan siang dan dia tidak memakan cemilan apapun sebagai pengganti.Wendy hanya bisa memperhatikan putranya yang sudah di balut dengan jaket tebal karena tubuhnya yang sedikit hangat namun terus mengeluh dingin.
Lihatlah Renjun sedari asik dengan buku gambarnya dan juga boneka besar yang menjadi teman anaknya itu.
Dirinya sudah menghubungi suaminya tapi sepertinya Chanyeol masih banyak kerjaan jadi tidak bisa pulang siang tadi.
"Sayang makan yuk nak" Wendy mencoba menghampiri putranya kembali namun lagi lagi hanya gelengan yang dia terima.
Hingga tak lama pintu kamar tersebut terbuka.
"Gak ada yang mau nyambut papa nih" Chanyeol melirik istrinya lalu kembali melihat putranya yang tidak merasa terganggu sedikitpun.
Namun lagi lagi putranya itu hanya diam, sehingga Chanyeol lebih memilih menghampiri istrinya yang masih setia memegang piring berisi makanan untuk putranya tersebut.
"Gak ada yang bisa ngebujuk nya, bahkan Mark Chenle dan Jisung juga tidak berhasil, dia belum makan siang dan tubuhnya mulai hangat" Wendy menatap suaminya dengan mencoba menahan isak tangis.
"Kita biarkan Renjun tenang dan merasa lebih baik hm, kita ke kamar ya, kita bicarakan ini di sana, makanannya taro aja lagi di dapur" Chanyeol merangkul istrinya walaupun sesekali Wendy tetap menoleh pada anaknya yang fokus dengan buki gambarnya.
Disinilah mereka sekarang, setelah Chanyeol membersihkan diri dan berganti pakaian dengan yang lebih santai, Wendy menceritakan semuanya hingga yang menjadi pikirannya adalah dari mana dia tau kata cacat.
Chanyeol terdiam dirinya berusaha mengingat ingat sesuatu hingga dia mulai sadar.
"Aku pernah membacakan buku dongen dan kalau tidak salah di situ menceritakan seorang putri raja yang terbuang karena cacat, aku tidak tau jika Renjun akan benar benar menangkap cerita tersebut" ujarnya membuat Wendy langsung menatapnya.
"Udah di bilang, jangan aneh aneh, Renjun itu sudah mulai bisa menangkap apapun yang ada di sekitarnya Chan" dirinya hanya bisa menghela nafas mendengar itu semua.
"Mungkin memang Renjun menangkap apa isi cerita itu bahkan aku secara tidak sengaja menjelaskan juga tapi bagaimana bisa dia menyimpulkan dirinya cacat karena tidak sekolah, itu yang menjadi masalahnya di sini Wen, bahkan malam itu saat tiba-tiba Renjun menunjuk dirinya sendiri aku menjelaskan dengan hati hati, kalau dia tidak cacat berbeda dengan di cerita, pasti ada yang mengatakan hal itu sehingga Renjun mengatakan seperti itu, kita harus mencari taunya, jangan khawatir oke" Chanyeol berusaha menenangkan istrinya.
"Tapi putraku tidak cacat Chan, Renjun normal, dia akan sembuh" ujarnya sedangkan Chanyeol hanya mengangguk saja.
"Iya, putra kita tidak cacat, kita akan cari tau semuanya, sudah cek cctv siapa tau ada yang aneh kan" ujarnya hingga Wendy baru teringat.
"Belum? Udah gak apa apa, aku liat Renjun sebentar nanti kita tanyakan anak anak juga kalau mereka sudah berkumpul hm" Chanyeol mengelus rambut istrinya pelan sebelum pergi meninggalkan istrinya.
"Onim, ini injun, ini kolah, ini onim" ujarnya tanpa sadar ada Chanyeol yang memperhatikan semuanya dari pintu.
"Ini malk su susah" Renjun mengembung kan pipinya saat berusaha mengeja nama hyung pertamanya itu yang terlihat susah.
"Ini Eno, ini Echan, ini Nana, ini lele, ini jie, jun ini" walaupun masih terlihat asal asalan tapi anak itu sangat fokus menggambar semua saudaranya di dekat gambar rumah yang dia anggap sekolah tersebut.
"Jun ini emm m main yeee" dirinya tersenyum senang berhasil mengingat dan mengeja kata kata yang selama ini dia pelari.
"Belajar sendiri ya sayang" Chanyeol menghampiri putranya sembari tersenyum hangat namun Renjun justru membalikkan tubuhnya enggan menatap mata papanya
"Eh anak papa udah pinter ngambek ya sekarang" Chanyeol masih berusaha mengambil perhatian putranya walaupun sedari tadi putranya tersebut terus menolak.
"Gi pha" ujarnya namun Chanyeol tetap mengganggu putranya itu.
"Belajar dari siapa sih ngambekan kayak gini hm, anak papa" dirinya membalikkan tubuh putranya dan langsung menangkup pipi bulat putranya tersebut.
"Belajar dari siapa ya?" Ujarnya walaupun Renjun terus memberontak.
"Gi pha hiks gi" Chanyeol langsung mendekap tubuh putranya saat melihat putranya yang menangis.
"Eh papa minta maaf ya, udah udah" Chanyeol berusaha menenangkan putranya.
"Injun mau apa nak bilang sama papa hm, mau apa, kita main ya, keluar mau? Kita beli boneka lagi untuk injun nanti beli ice cream juga" bujuknya tapi kali ini semua itu tidak berhasil.
Renjun menggelengkan kepalanya dalam dekapan papanya, bukan itu yang dia mau.
Saat ini Jeno dan Haechan sedang berada di sebuah cafe bersama teman temannya yang lain.
"Lu berdua harus sering sering ikut nongkrong kayak gini deh"
"Sorry nih ya bukannya kita gak mau ikut tapi lu tau sendiri rumah kita tuh yang paling jauh dari lulu pada, dan kita tuh pasti punya pekerjaan lain Rafi yang terhormat, gak kayak elu yang sibuk rebahan tugas terbengkalai" Haechan hanya bisa terkekeh pelan, walaupun mereka belum lama kenal tapi dirinya sudah tau sifat masing masing dari mereka satu persatu.
"Sok sibuk lu berdua ah gak seru, sibuk apaan sih" ujarnya menatap dua anak kembar tersebut.
"Tau, kalau saudara lu satunya, siapa sih Jaemin Jaemin itu, maklum dia sibuk jarang ada waktu namanya juga mahasiswa kedokteran tuh" Fatih ikut menimpali, pemuda berkaca mata itu meletakkan buku novel yang tadi dia pinjam dari teman perempuannya.
"Gak semuanya harus di kasih tau, lagian kalau memang ada waktu kita berdua pasti ikut kumpul kok, tenang aja" ujar Jeno dengan santai namun kemudian dirinya mendapat notif dari hyungnya agar jangan terlalu malam karena ada hal penting.
Makan malam ini terasa berbeda apa lagi hanya ada mereka berlima, sedangkan Jeno Haechan dan Jaemin belum kembali dan Renjun masih mengurung diri di dalam kamarnya.
"Pa ma, kayaknya kita harus mengumpulkan semua pekerja deh untuk mencari tau, takutnya ada yang sengaja mengatakan hal itu" Mark sudah tau apa penyebab adiknya itu tiba-tiba ngambek bahkan ke semua keluarganya.
"Nanti ya, setelah makan malam, papa juga mau ngecek cctv beberapa hari kemarin, sembari menunggu saudara kalian yang lain pulang" ujarnya sedangkan mereka hanya mengiyakan saja apa yang di katakan papanya.
Tepat pukul 8 malam Jeno Haechan dan Jaemin baru saja pulang dan langsung di sambut pemandangan yang membuat mereka bingung.
Bagaimana tidak bingung kalau saat masuk rumah melihat semua pekerja di kumpulkan.
Mereka bertiga memilih langsung bergabung di sebelah Jisung.
Chanyeol sendiri masih fokus melihat rekaman cctv di laptopnya, sedari tadi tidak ada yang tau siapa yang mengatakan hal tersebut, hingga dia mulai memperhatikan remakan kemarin sore saat tiba-tiba Renjun keluar tanpa pengawasan dan bertemu dengan pak satpam.
Chanyeol menatap istrinya yang mengangguk setuju bahkan Mark langsung mengingat kejadian tersebut.
"Kalian boleh pergi, kecuali pak haryo" ujarnya membuat mereka mulai membubarkan diri.
"Pak haryo ada yang bisa di jelaskan?" Ujar Chanyeol.
"Setelah ini kita harus memperketat penjagaan untuk Renjun dan jangan biarkan dia keluar dari rumah tanpa ada pendamping, aku akan mencarikan bodyguard lagi atau pengasuh nanti" Chanyeol menyandarkan tubuhnya, kepalanya mendadak pusing, biar saja nanti dia pikirkan tentang putranya yang merengek ingin sekolah, bukan karena apa, tapi ketertinggalan Renjun itu yang sulit untuk dia sekolah normal seperti saudaranya apalagi kembarannya yang lain sudah kuliah, beruntung sekarang putranya itu sudah semakin pandai membaca dan mengingat kata.
Ayo jangan lupa vote sama komen oke
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars Behind the Darkness
Fanfictiontidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pusat kota.... 15 tahun terkurung di tempat yang gelap tanpa ada yang tau bagaimana keadaannya, sebu...