Dua hari sudah berlalu sejak kejadian di mana Renjun yang ngambek dan orang yang mengatakan Renjun cacat juga sudah di datangi secara pribadi oleh Chanyeol, yang ternyata rumahnya tidak jauh dari mension miliknya.
Mereka juga sudah konsul dengan dokter Donghae dan kini anak itu sepertinya sudah melupakan keinginan nya untuk bersekolah.
Sekarang yang menjaga Renjun adalah Jeno dan Haechan karena mereka berdua sedang free, Wendy seperti biasa, jika sudah ada yang menjaga putranya maka dia akan sibuk di dapur atau melihat pekerjaannya yang sudah dikirim oleh asistennya dan kini wanita itu sedang melihat hitungan akhir bulan semua bisnisnya.
Di ruang tengah terlihat berantakan, siapa lagi pelakunya kalau bukan Renjun yang sedang belajar dan bermain mungkin.
Kini Jeno dan Haechan sedang menemani Renjun menyusun puzzle huruf dan angka.
"Salah injun, coba itu hurus D bukan B, ayo cari lagi" sedari tadi hanya Haechan yang berkomentar sedangkan Jeno memilih memperhatikan saja keduanya, takut ajaran Haechan sesat nantinya.
"Ngajarin yang bener napa" ujar Jeno sembari menggeplak lengan Haechan.
"Anaknya udah bener itu huruf D cuma kebalik aja, mangkanya gak masuk" dirinya menyingkirkan tubuh Haechan.
"Kita belajar membaca aja ya" jeno mengambil buku panduan membaca yang tergeletak di sampingnya.
"Jun ini" dirinya menyingkirkan buku tersebut dan terus fokus pada puzzle nya.
Akhirnya Jeno membiarkan saja, kalau dirinya memaksa yang ada Renjun mengamuk lagi entar.
"Panas banget, padahal AC nyala loh" Haechan menggunakan buku milil Renjun untuk menjadi kipas dadakannya.
"Banyak dosa kali, iya gak Jun" Jeno tersenyum senang saat melihat Renjun yang mengangguk.
"Chan nakal, dosa" lirihnya membuat Jeno semakin tertawa karena kejujuran Renjun.
"Renjun gak mungkin bohong Chan" tawa Jeno semakin menggelegar membuat Haechan semakin cemberut melihat itu.
Haechan berpikir sejenak sebelum mulai bangkit.
"Ada yang mau ice cream gak?" Tanyanya membuat Renjun langsung menatapnya dengan berbinar.
"Jun Chan" tangannya terangkat memberi tau kalau dia ingin ice cream.
"Panggil Echan ganteng" dirinya mendekat sedikit melirik Jeno yang menampakkan ekspresi jijik dengan kalimat nya.
"Echan ganteng coba" ujarnya yang tidak mau menyerah.
"Echan danteng udah" Renjun cemberut dan kembali menatap puzzle nya.
"Pinter nya" dirinya mengusak pelan rambut Renjun sebelum pergi ke dapur mengambil tiga ice cream dan juga mencari cemilan yang pas untuk suasana yang terasa panas ini.
"Eno" Renjun menunjukkan puzzle yang berhasil dia susun membuat Jeno menatap tidak percaya.
Renjun memang semakin pintar, dia sudah sedikit lancar membaca walaupun harus di tuntun dulu dan di ajari pelan pelan, walaupun ada beberapa huruf yang sering ketuker dan penyebutan nya masih salah tapi Jeno sangat kagum, dengan Renjun yang sangat mudah menangkap apa yang ada di sekitarnya atau menyimpan apa yang orang sekitar katakan.
"Wahh hebat, sekarang puzzle angka ya" Jeno mengambil puzzle hurus tadi dan menyerah puzzle angka yang sudah dia bongkar tadi.
Renjun mengangguk dengan semangat dan langsung mengambil puzzle itu dari tangan Jeno.
"Ada apa" ujar Haechan yang baru kembali dengan nampan di tangannya.
"Tuh liat" Jeno menunjuk puzzle huruf yang sudah berhasil di susun oleh Renjun.
"Injun ini ice cream nya, belajarnya di lanjut nanti oke" Haechan menyerahkan satu cup kecil ice cream karena Renjun dua hari yang lalu juga sempat demam, dia tidak ingin mengambil resiko.
"Hei, kalian murid baru itu kan? Katanya kembar kok beda banget" seorang remaja menghampiri chenle dah Jisung di tempat duduk mereka, saat ini sedang jam kos karena guru sedang rapat tapi mereka sudah di beri tugas.
Awalnya Chenle dan Jisung sedang mengerjakan tugas bersama sebelum ada yang datang.
"Kenalin Alan, gue ketua kelas di sini" dirinya menyodorkan tangannya.
Chenle dan Jisung hanya melirik satu sama lain sebelum menerima uluran tangan dari Alan.
"Gue liat beberapa hari ini kalian sering berdua aja, gak ada interaksi dengan yang lain juga" gumamnya hingga membuat Jisung yang tengah menulis jawaban pun langsung berhenti.
"Apakah ada peraturan wajib yang mengharuskan berinteraksi dengan sesama murid" ujar Jisung dengan tenang, Chenle sempat menoleh ke arahnya.
"Tidak ada, tapi setidaknya kalian berdua lebih mengenal dekat teman sekelas, aku sebagai ketua kelas ingin semuanya rukun saja, jujur saja ada beberapa yang mengatakan padaku, mereka sedikit takut untuk mendekati kalian" tentu hal itu membuat mereka berdua mengernyit bingung dan langsung menatap sekitarnya melihat semua yang ada di kelas sibuk dengan sendirinya.
"Kita gak makan orang, ngapain takut" ujar Chenel.
"Bukan itu maksudnya Alan" remaja yang duduk di depan mereka langsung membalikkan badannya dan tersenyum.
"Sikap kalian membuat mereka segan, lebih rileks lagi aja kalau di kelas, senyum, sapa teman lainnya jangan hanya diam, atau kalau kalian tidak nyaman, bilang aja sama gue atau Alan, bagaimanapun kita juga ingin membuat kalian merasa nyaman di sini, oiya gue Dian" ujarnya membuat Chenle dan Jisung terdiam.
"Maaf sebelumnya tapi kita memang dari dulu sulit untuk berinteraksi apalagi di lingkungan baru sangat sulit beradaptasi juga, jadi kalau sikap kita membuat kalian tersinggung kami minta maaf" Chenle menutup bukunya membuat Jisung heran dengan hyungnya itu.
"Bukannya kami tidak mau berteman tapi kami belum ingin saja" ujarnya.
"Kalau begitu sebagai langkah awal, kalian berdua berteman aja dengan kita berdua, ngomong ngomong kalian masuk ekstrakurikuler apa" Alan semakin mendekatkan kursinya ke bangku Chenle dan Jisung.
"Aku basket dan padus" ujar Chenle lalu melirik ke arah Jisung yang hanya diam.
"Jisung?" Dian menatap Jisung yang masih terdiam.
"Basket dan dance" lirihnya membuat Dian langsung tersenyum lebar.
"Bagus aku juga milih dance, akhirnya aku mempunyai teman satu kelas" ujarnya sedangkan Alan masih memperhatikan mereka berdua.
"Ngomong ngomong yang adik siapa yang kakak siapa sih di antara kalian, gue kok bingung ya" Alan mendekat kan wajahnya bahkan sampai Jisung terus menghindar.
"Gue hyungnya atau kakaknya kalau di sini, dan Jisung adiknya" penjelasan Chenel membuat mereka mengerti.
"Tapi tinggian adiknya ya" Ujar Dian tidak tau saja kalau Chenle sudah menatapnya tajam.
Tak terasa mereka terus mengobrol walau hanya Chenle yang menanggapi mereka berdua sedangkan Jisung lebih banyak diam saja.
Hingga seorang gadis menghampiri Alan dan membisikkan sesuatu membuat remaja itu menggelengkan kepalanya.
"Tadi itu salsa dia sekretaris di kelas ini dan dia bilang jadwal piket kelas kalian hari ini, dari kemarin dia takut bilang sedangkan kalian berdua pasti belum tau kalau nama kalian sudah ada di daftar piket kelas" sontak Chenle dan Jisung langsung melihat ke belakang tepatnya pada daftar piket kelas di belakang kelas.
"Ehh alamat kalian di mana, kapan kapan kita main bareng, biar enak jemputnya tapi kita bisanya hari Minggu" ujar Alan.
"Kenapa harus Minggu, sabtu kan bisa?" Jisung menatap bingung ke arah Alan.
"Eemm gimana ya" ujarnya sambil melirik ke arah Dian yang mengangguk.
"Kalau hari sabtu gue nemenin Dian ke RSJ, jengukin adiknya yang di rawat di sana"
Ayo jangan lupa vote sama komen oke
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars Behind the Darkness
Fanfictiontidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pusat kota.... 15 tahun terkurung di tempat yang gelap tanpa ada yang tau bagaimana keadaannya, sebu...