- Usaha -

209 45 4
                                    

[ Sorry for typo #JustFiction]

=====

Waktu istirahat tiba saat bel yang menjadi tandanya berbunyi nyaring di setiap penjuru sekolah. Disaat yang sama siswa-siswa mulai berhamburan keluar kelas, tapi tidak dengan Yessa. Dia malah meletakkan kepalanya di atas meja dengan posisi menyamping. Olla mengerutkan sebelah alis melihat tingkah teman sebangkunya itu. Tidak biasanya seorang Yessa terlihat tidak bersemangat di jam istirahat.

"Kenapa lu?" tanya seketika terlontar dari bibir Olla. Tidak ada jawaban dari Yessa, ia malah menutup matanya.

"Lu ngga laper, Sa?" Olla kembali bertanya.

Masih sama Yessa seakan enggan menanggapi rentetan tanya Olla. Sejenak pikiran dia menariknya pada kejadian tadi pagi, percakapan yang tidak sengaja dia dengar antara cici keduanya dengan seseorang entah siapa lewat telepon.

Flashback (Yessa POV)

Aku benci menunggu, tapi kenapa tiap hal yang aku benci selalu terjadi padaku. Dan siapa lagi yang selalu memancing kebencianku itu menguar kalo bukan Ci Gre, Dia itu lama plus lemot, udah gitu galaknya sampe ubun-ubun. Tapi galak-galak begitu aku sayang dia. Soalnya kalau nggak sayang aku auto dicoret dari KK, kan bahaya.

"CI GRE BURUAN! UDAH TELAT INI!" teriakku sudah menunggu 5 menit di dekat motornya. Kalau kuncinya aku yang pegang sudah aku larikan ini motor.

"Bisa sabar ngga lu, elu juga ya yang bikin telat," kan dia yang lama tapi ujungnya tetap dia yang ngomel.

"Ini udah mau jam 7 loh? Nanti aku telat," ocehku mengarahkan arloji yang ku kenakan tepat didepan matanya.

"Kalo lu telat, gue apalagi Yessa .... Kan gue ngater elu dulu," Ci Gre mengadu helmnya dengan dengan helmku yang sudah memeluk kepalaku dengan cantik

"Astaga Ci, lama-lama lu bisa bikin gue geger otak," aku menggerutu tiap dia mengeluarkan jurus pamungkas dia, soalnya kalau kesel dia pasti nabok kepala atau jewer telinga. Telingaku sedikit berdengung karena ulahnya.

"Bagus dong, biar otak lu ngga nganggur terus," ucapnya enteng. Ingin sekali ku geplak balik tapi nanti durhaka.

"Udah ih buruan."

Dering ponsel Ci Gre menyapa saat sang empunya tengah mencari kunci motor di dalam tasnya. Ku lirik sekilas layar ponselnya dan terpampang nama -Bu Boss- dilayar ponsel. Ci Gre langsung menjawab panggilan dari boss-nya.

"Halo ...."

‘Halo Gracia,’ suara seorang perempuan yang bisa sedikit kudengar menyapa keluar dari sepiker ponsel cici.

"Iya Bu, Ada apa ibu telepon saya pagi-pagi?" tanya Ci Gre dengan nada lembut. Aku sedikit melongo mendengar ciciku bisa bicara selembut itu dengan orang lain tapi tidak denganku.

‘Cih, pilih kasih,’ cibirku dalam hati.

‘Apa kamu sudah berangkat untuk bekerja?’

"Ehm, ini saya baru mau berangkat Bu. Tapi saya jamin tidak akan telat sampe di tempat kerja," ujar Ci Gre tegas berusaha meyakinkan boss-nya.

‘Tidak perlu Gracia ....’

"Maksud Ibu?" tanya Ci Gre dengan ekspresi bingung.

‘Kamu tidak perlu berangkat kerja mulai hari ini.’

"Memangnya aku diliburkan hari ini, Bu?" Ci Gre kembali bertanya karena masih tidak paham dengan ucapan sang pimpinan.

‘Bukan, mulai sekarang kamu tidak bekerja lagi disini.’

Dia Atau Dia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang