Semalam, karena kebablasan mengerjakan latsol, Hera jadi tidur kemalaman, akibatnya pagi ini kepalanya agak pusing karena hanya bisa tidur selama tiga jam saja.
Sehenarnya, Hera masih punya satu jam untuk berleha-leha ditempat tidur, tapi karena suara berisik diluar rumah, mood nya untuk tetap berbaring ditempat tidur dengan cepat hilang.
Masih mengenakan piyama dan rambut yang acak-acakan, Hera menyeret dirinya mendekati jendela kamar, menyikap gorden dan mengintip apa yang sedang terjadi di luar rumahnya sehingga kedengaran begitu berisik.
Diseberang jalan sana, sebuah truk pengangkut barang terlihat. Dan para tukang sedang menurunkan cukup banyak barang berat dan kemudian dibawa masuk ke rumah seberang jalan, tepat berhadapan dengan rumah Hera.
Alis Hera mengernyit. "Ada yang pindahan ya. Kenapa pagi banget mindahin barangnya, sih?" Hera mendengus, berbalik menjauhi jendela.
Sebelum masuk ke kamar mandi untuk mulai bersiap-siap berangkat sekolah, Hera merapikan tempat tidurnya terlebih dahulu. Sudah menjadi kebiasan sejak kecil, apalagi Hera adalah tipe orang yang rapih.
Setelah mandi, mengenakan seragam dan memasukan peralatan belajarnya ke dalam tas, Hera mematut dirinya di depan cermin. Untuk memeriksa penampilannya. Hera tidak mengenakan make up yang berlebihan seperti kebanyakan teman perempuannya. Yang Hera butuhkan hanya kerapihan. Dengan rambut pendek diatas bahu dan kaca mata minus, Hera sudah benar-benar siap berangkat ke sekolah.
"Masih pagi banget" celetuk Ibu Hera saat melihat anak gadisnya datang dengan penampilan yang sudah rapih. "Kamu ada piket hari ini?"
"Nggak kok mah, piketku kan hari kamis. Aku bangunya kepagian aja, meles tidur lagi, nanti malah kebablasan," jawab Hera. Dia mengambil tuperware, kemudian memasukan beberapa cookies yang sempat dibuatnya kemarin. Hera akan membawanya ke sekolah untuk dibagian pada beberapa temannya yang sedari beberapa hari lalu, sudah bm cookies buatannya.
Hera memang pandai membuat cookies atau pun kue. Dia senang berkreasi dengan resep-resep baru yang dia dapatkan secara cuma-cuma dari sosmed. Selain keluarga, kemampuannya ini hanya diketahui oleh beberapa teman dekatnya saja.
"Mah," panggil Hera. Dia duduk di meja makan setelah selesai mengemas cookies ke dalam tuperware. Menunggu nasi goreng buatan sang Mama untuk sarapan.
Mamanya hanya menyahut dengan deheman singkat, masih sibuk dengan masakan.
"Rumahnya tante Rianti emang dijual ya Mah? Kayaknya nggak ada tanda yang biasa ditulis di depan yang ngasih tahu kalo rumahnya didjual deh. Tapi aku liat ada yang pindahan ke sana, tadi pagi berisik banget mindah-mindahin barangnya."
"Memang nggak di jual kok," jawab Mamanya. Membawa dua piring nasi goreng yang telah siap santap dan menyajikannya di atas meja. Satu piring dihadapan Hera.
Sejenak tergiur dengan nasi goreng, Hera kembali menatap sang Mama karena ucapan wanita tersebut. Menyadari kebingungan anak gadisnya, Mamanya melanjutkan ucapannya, "kamu nggak tahu? Tante Rianti sama keluarganya bakal tinggal di sana lagi. Mama bukannya udah ngasi tahu kamu ya? Eh, atau belum?"
Mengabaikan kelinglungan Mama nya. Hera malah tenggelam dalam pikirannya sendiri setelah mendengar apa yang Mama nya katakan. Keluarga Tante Rianti yang tujuh tahun lalu pindah ke Amerika kini sudah kembali ke Indonesia dan menempati rumah lama mereka. Informasi itu membuat Hera jadi teringat pada seseorang.
"Sekeluarga balik semua?" tanya Hera, lagi.
"Setahu Mama, kecuali Nak Juwita yang lagi kuliah, mereka semua balik."
Juwita itu anak kedua Tante Rianti. Selain Kak Juwita, Tante Rianti punya dua anak lagi. Anak pertama itu Ka Juliana yang statusnya sudah bekerja lalu anak bungsu Tante Rianti yang seumuran dengan Hera. Yang dahulu adalah teman main Hera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Shortcake
Подростковая литератураHera dikenal sebagai cewek yang abai terhadap penampilan. Yang dia perdulikan hanyalah belajar dan menjadi nomor satu. Tapi, semuanya berubah saat dia mulai naksir seseorang. Mengikuti saran sahabatnya, Hera perlahan-lahan mengubah penampilannya unt...