chapter 02 | Sebuah Saran

2 1 0
                                    

Sebelum Hera memberitahu tiga temannya tentang Julian dan rasa bimbangnya saat ini, bel pertanda jam pelajaran pertama akan segera dimulai, telah berdenting sesaentro sekolah dan tidak lama kemudian, Bu Emily -Wali kelas 2 Mipa 2 sudah datang.

Hera, Bella, Chika dan Adel segera berlalu menuju tempat duduk mereka masing-masing.

"Anak-anak, kelas kita kedatangan murid baru. Ayo nak, perkenalan diri kamu pada semuanya." Bu Emily memberitahu dengan ramah, suara keibuannya yang kental membuat anak-anak 2Mipa 2 merasa sangat nyaman dengan beliau. Si anak baru, tampaknya juga telah terpengaruh.

Hera menatap murid baru yang berdiri di sebelah Bu Emily dan mulai memperkenalkan nama serta menyapa teman-teman barunya.

"Hai, nama aku Nayara Leony, panggil aja Yara. Salam kenal dan mohon bantuannya."

"Hai, Yara! kenalin gue Wildan, cowok paling keren di kelas ini." Wildan yang duduk dikursi paling belakang dekat jendela, menyahut dèngan penuh lagak.

"Hoaks. Dia tuh jametnya kelas ini," celetuk Adel, langsung mendapat lemparan kertas dari Wildan. Tapi Adel segera menghindar lalu memeletkan lida mengejek ke arah Wildan.

"Adel, Wildan, udah," relai bu Emily, masih terlihat begitu sabar menegur. "Padahal nak Yara lagi perkenalan, kalian malah berantem. Nggak boleh gitu. Sama itu, Wildan, jangan buang sampah sembarangan. Pungut lagi kertasnya terus buang ke tempat sampah," nasihat Bu Emily.

Anak-anak kelas hanya bisa tertawa melihat Wildan yang ciut dan langsung bergerak cepat memungut kembali kertas yang mendarat di dekat meja Adel.

Sementara seluruh atensi teman-teman terfokus pada Wildan, Hera justru hanya diam saja. Mood nya terlanjur jatuh setelah mengetahui bahwa anak baru yang masuk ke kelas mereka, bukan Julian tapi orang lain. Itu artinya, jika Julian beneran pindah ke sekolah ini, maka, kemungkinan besar, cowok itu akan di tempatkan di kelas lain.

Bu Emily tampak menelik ruang kelas dan menghela napas berat menemukan dua bangku kosong di barisan paling belakang. Kemudian, wanita itu beralih pada anak baru kelasnya, kembali tersenyum. "Yara, kamu bisa duduk di kursi kosong di belakang dulu ya. Nanti kalau kamu mau duduk di bangku depan, bisa koordinasi sama teman yang mau tukaran tempat duduk," kata Bu Emily dengan ramah.

"Baik Ibu, terima kasih," kata Yara, kemudian dengan sopan pergi ke tempat duduk kosong di barisan paling belakang.

"Hera, nanti minta ke pak Anto buat tambahin meja kursi di kelas kita ya," kata Bu Emily pada Hera, selaku ketua kelas.

"Baik, Bu." Hera menanggapi dengan ramah. Berusaha tersenyum sebiasa mungkin, meski perasaanya sedang kecewa.

Tidak lama kemudian, Guru yang mengajar pelajaran pertama datang, bergantian dengan Bu Emily yang hanya datang untuk memperkenalkan murid baru. Dan pelajaran pertama pada pagi itu akhirnya di mulai.

🍰🍰🍰🍰

Jam istirahat pertama, Hera habiskan bersama tiga temannya di kantin sekolah.

Sudah beberapas menit empat cewek itu duduk di sana. Tiga piring yang tadinya diisi nasi goreng, sudah kosong. Sekarang hanya tinggal tuperware berisi cookies yang sedang jadi camilan mereka.

"Jadi, tuh cowok temen masa kecil lo?" tanggap Bella, setelah mendengar seluruh cerita Hera mengenai Julian dan perasaanya terhadap cowok tersebut.

Hera mengulum bibir dan mengangguk. "Dia pindah lagi ke rumah lamanya, tepat di seberang jalan depan rumah gue. Baru aja tadi pagi."

Strawberry ShortcakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang