Cara membaca nama nama di book Till the very end oleh Kolonel kesayangan kita, Stanislav Sergeyev dan juga Letnan Dorofey!
"baiklah, tolong jangan salah baca nama negara ku lain kali"
Kyrenor : "Kairenor"
Nytheris : "Nitheris"/"Nitris" (aksen orang Kyrenor)Sekian, terimakasih
kalau masih salah pantat mu kelap-kelip.────────────────────
"In the end, we're all going to die"
"ungh... "wanita bersurai hitam panjang itu terbangun, kulit seputih salju miliknya lengket terkena keringat dan apapun itu. Lelaki Kyrenor memanglah bajingan.
'mereka sudah pergi' batinnya selagi menutupi lekukan tubuhnya dengan kain seadanya. Ia menatap tubuhnya di cermin sembari mengepalkan kedua tangannya dengan kuat.
'suatu hari akan kuhancurkan kyrenor beserta isinya! tapi.. memangnya aku bisa apa?
.
.
.
Angin malam berhembus kencang di perbatasan Fyrathor, menambah suasana tegang di antara kedua pasukan yang berhadapan. Seris mengangkat tangan kanannya, memberi isyarat kepada pasukannya untuk bersiap. manik kuningnya bersinar penuh kebencian, menatap tajam ke arah sang musuh. Stanislav, atau singkatnya Slav, The Grim Reaper of Kyrenor—berdiri dengan tenang berdiri didepan pasukannya. Senyum merendahkan terukir di wajahnya, seolah medan perang ini tak lebih dari sekadar permainan kecil.
"Tak kusangka seorang Stanislav akan mengambil resiko dengan datang melalui perbatasan Fyrathor." katanya dengan nada dingin yang memotong udara malam.
Slav, masih dengan senyumannya menjawab "bukankah sedikit kejutan itu menyenangkan? Lagipula, aku sudah lama menunggu saat ini. Setiap detik yang berlalu membuatku semakin tak sabar untuk menikmati setiap tetes darahmu, my dear Seris~" Suaranya hampir seperti bisikan manis, bisikan manis seorang iblis yang sedang menggoda calon mangsanya.
Seris merinding mendengar panggilan Slav kepadanya. Seris merasakan kepalan tangannya mengeras, namun ia tak bergerak seinci pun. Ia tahu ini adalah taktik permainan Slav... provokasi, perang psikologis, selayaknya seorang puppeteer yang selalu memainkan kelemahan lawannya. Seris... bahkan seluruh pasukan Nytheris tak akan jatuh kedalam jebakan anak kecil ini. Ia sudah sering melihat lawannya jatuh kedalam lubang amarah dan bertindak gegabah di medan perang. Bukan dia, bukan di perbatasan Fyrathor ini, di mana seluruh pasukannya menyaksikan. Yang akan kalah bukanlah Nytheris, tetapi Kyrenor.
Kedua kolonel mengangkat tangan mereka, pertanda untuk siap menyerang. Seluruh pasukan siap dengan sejata mereka masing masing. Garda depan dengan pedang mereka dan garda belakang dengan senapan dan busur mereka. Ketegangan di udara semakin tebal, seolah-olah seluruh alam ikut menahan napas menunggu adu mulut dari kedua kolonel ini.
Berbeda dengan Seris yang terlihat serius Slav tetap di tempatnya—seolah-olah tidak ada yang terjadi. Matanya tetap tertuju pada Seris, manik emeraldnya menyala penuh kesombongan. Ia sudah menunggu hari ini terlalu lama... terlalu lama, dan malam ini, di bawah langit Fyrathor yang, awal dari pertumpahan darah akan dimulai. “Aku harap pasukanmu sudah siap, Seris. Karena setelah malam ini, tidak akan ada lagi yang tersisa dari Nytheris.”
Seris miring. “Kau yakin, Slav? kau meremehkan kami. Tapi, tentu saja, itu sudah menjadi kebiasaanmu, bukan? Menyombongkan diri saat kau bahkan belum bergerak sama sekali."
“Ah, tapi itulah yang membuat hidup menarik.” Slav menjilat bibirnya, matanya berkilat penuh kesenangan. “Kita lihat mayat siapa yang akan terinjak-injak.”
.
.
.
Tanpa aba-aba yang jelas, suasana berubah. Pasukan Slav bergerak maju menerjang pasukan Nytheris bak ombak besar yang menghantam pantai. Barisan terdepan Seris pun bergerak maju. Tameng-tameng berdentang ketika saling bertemu, denting logam dan teriakan perang membahana ke udara. Perang perebutan wilayah kini telah dimulai.
Seris menggeram, langsung mengincar iblis menyebalkan itu, mengarahkan pedangnya ke Slav. “Aku bersumpah akan membunuhmu, Stanislav! Nytheris tidak akan jatuh ketangan Kyrenor!! "
Slav, masih dengan senyum liciknya, menyambut tantangan itu. Dengan gerakan luwes, dia mengangkat pedangnya, siap menyambut serangan Seris. “Bagus! tunjukkan kesaktian mu, Dewa Perang Nytheris!! Berikan hiburan yang menarik! "
Benturan pertama antara kedua pimpinan perang serasa mengguncang bumi di bawah mereka. Pedang mereka saling beradu, memercikkan bunga api di udara. Seris menggeram , menyerang tanpa ampun, setiap tebasannya penuh dengan kebencian dan amarah. Sebaliknya, Slav menghindar dengan anggun, setiap gerakannya penari di atas panggung. Senyum sinis di wajahnya tidak pernah hilang. Pasukan di sekitar mereka bertarung habis-habisan, dentang senjata, suara tembakan secara terus menerus, dan perintah yang diteriakkan membaur menjadi satu. Namun, perhatian semua orang tertuju pada pertunjukan utama—Seris dan Slav, kedua naga Nytheris dan Kyrenor.
Seris semakin brutal, serangan demi serangan diluncurkannya dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa. Slag tetap saja tak terpengaruh, gerakannya hampir seperti angin yang menyapu melewati Seris. Pada satu momen, Slav berputar cepat, dan dengan satu gerakan licin, dia berhasil melumpuhkan serangan Seris, pedangnya hanya berjarak beberapa inci dari leher lawannya. Seris menepis pedang Slav dengan pedangnya, melempar pedang Slav jauh dari jangkauan dirinya.
"Menyerahlah, Slav. Bawa pasukan mu mundur"
Seris menancapkan pedangnya tepat disamping wajah Slav."
Slav mendongak, senyum di wajahnya belum pudar. Meski berada dibawah kungkungan Sertis, ia tetap terlihat tenang, seolah menikmati ketegangan yang terus meningkat."Menyerah?" Slav tertawa kecil, suara rendahnya nyaris tertelan oleh hiruk-pikuk medan perang di sekitar mereka. "Seris, kau selalu menghiburku dengan kebodohanmu itu~"
Slav melirik pedang yang tertancap disebelahnya, tatapannya kembali bertemu dengan Seris. "Kau sepertinya belum mengenal benar siapa lawanmu, tuan Kolonel."
Seris menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan gejolak amarah yang siap meledak. "Ini bukan permainan, Slav. Kau kalah. Pasukanmu... Kyrenor... semuanya akan runtuh."
Tawa Slav semakin menjadi-jadi, tatapannya seperti api yang membara. "Kalah? Kau terlalu percaya diri, Seris. Kemenangan tidak selalu soal siapa yang menghunus pedang lebih dulu." Dengan gerakan tiba-tiba, Slav memutar tubuhnya, meraih pedang yang tertancap disebelahnya, dalam satu gerakan cepat, dia menebaskan pedang itu ke arah kaki Seris yang mana berhasil menggoresnya.
Slav kembali berdiri, dan kini Seris yang terpojok tanpa senjata. Pedangnya sudah direbut oleh Slav dan entah ada dimana pedang milik bajingan itu.
Tiba tiba saja, Slav sudah berada dibelakang Seris dengan pedangnya yang hanya berjarak beberapa centimeter dari leher sang lawan. "Sekarang, Seris," bisik Slav, "kau yang harus menyerah."
Seris terdiam, napasnya menderu. Dia tidak bisa bergerak, pedang Slav terlalu dekat dengan lehernya, sedikit gerakan dan lehernya akan bertemu dengan logam tajam itu.
"Aku tidak akan pernah menyerah pada iblis sepertimu!" desis Seris, matanya menatap tajam ke arah Slav, penuh kebencian dan amarah.
Slav menghela napas pelan, seolah kecewa. "Sungguh disayangkan," katanya dengan nada sedih yang di dramatisasi. "Tapi, seperti yang kubilang sebelumnya, kemenangan bukan tentang siapa yang kuat. Ini tentang siapa yang bisa mengubah keadaan dengan satu gerakan."
Dan dengan itu, Slav tanpa peringatan menusukkan pedangnya ke perut Seris. Tapi tidak terlalu dalam, setidaknya itu cukup untuk membuatnya kehilangan cukup banyak darah.
Seorang pasukan yang melihat itu segera berseru,
"Kolonel!! "
tbc...
***
double up dalam sehari.
KAMU SEDANG MEMBACA
[OR] Till the Very End
Tiểu thuyết Lịch sửNegara yang berperang sengit memperebutkan wilayah. Tak ada lagi yang namanya ketenangan, tiada hari tanpa pertumpahan darah. Tiada lagi kemanusiaan, semuanya hanya ingin bertahan hidup. Seberkas cahaya kehidupan itu telah musnah. Original story. S...