Seperti yang sudah tertera dari judul di atas, bahwa aku disini ingin berbagi kisah tentang cinta dan persahabatan. Bagi sebagian di antara kalian pasti pernah mengalaminya bukan?. Dimana kalian di hadapkan oleh dua pilihan, memilih cinta atau sahabat. Jika itu benar pernah terjadi kepada kalian, maka aku ingin sedikit berbagi kisah ini dengan kalian.
Aku memiliki sahabat yang sangat amat ku percayai, bagiku dulu tidak ada sahabat terbaik seperti dirinya. Dia dalam hidupku juga sangat berarti, aku juga selalu menginginkan dia bahagia bersamaku. Tetapi itu jauh dari semua ekspetasi ku tentang dirinya. Serpihan kebahagiaan yang ku susun rapi demi tetap bersamanya perlahan melebur hingga membuatku harus menanggung sakit sampai sekarang entah bagaimana caranya untuk bisa kembali pulih seperti sedia kala.
Panggil saja ia dengan nama Aisha agar lebih memudahkan bercerita. Aku dan Aisha sudah berteman sejak SMP, kami sangat akrab tentunya. Sampai pada akhirnya di saat bangku SMP aku mulai menyukai seorang laki laki, ia teman seangkatan dan juga teman sekelas ku dan Aisha.
Pada mulanya Aisha tidak menyukai laki laki yang ku sukai, tetapi semua itu salah pada akhirnya Aisha juga menyukainya. Memang pada permulaan itu aku mengatakan padanya dan menyakinkan pada diri sendiri "aku tidak apa apa", tapi setelah semua berjalan semua rasa itu berubah menjadi rasa cemburu yang menguasai diriku.
Aku masih bisa menahan karena tidak ingin merusak persahabatanku dengannya lagipula waktu itu hubunganku dengan laki laki itu hanya sebatas teman satu angkatan, jikapun Aisha menyukainya aku tidak memiliki hak untuk melarang. Terkadang kala itu aku merasa bahwa aku harus berhenti melangkah dan segera menyudahi rasa sukaku pada lelaki itu karena sebaik apapun aku mengatakan aku baik baik saja tetapi ada rasa sakit bila orang kita cintai juga di cintai oleh sahabat sendiri.
Semuanya telah berlalu aku dan Aisha telah melewati tiga tahun masa SMP kami. Aku merasa sudah melupakan orang yang menjadi cinta pertama saat masa putih biruku saat itu, sebab belum sempat 1 tahun ia berada di sekolah itu, ia di kabarkan telah pindah sekolah. Aku juga sudah tak pernah lagi mendengar kabarnya meskipun dulu kami sempat saling komunikasi lewat Instagram hanya saja itu sudah lalu.
Akhirnya aku dan Aisha terpisah juga, kami memiliki tujuan berbeda untuk melanjutkan pendidikan. Aku pikir yang dahulu pernah terjadi tak akan pernah terulang kembali. Aku bertemu dengan seorang laki laki, kami berhubungan secara virtual. Tidak ada hubungan lebih, saat itu kita hanya sebatas teman. Lama kelamaan rasa yang dulu pernah aku rasakan pada masa putih biru kembali terulang.
Namun berbeda dari yang dahulu, jika dulu aku mengakui perasaanku secara terang-terangan pada Aisha tentang orang yang aku sukai, maka yang ini aku terus menyembunyikan. Sebab orang yang aku cintai menginginkan sahabatku begitupun sebaliknya sahabatku menginginkannya.
Mungkin biar lebih mudah kita sebut saja laki laki itu dengan nama Issachar. Semakin lama hubungan kami sangat dekat, aku tidak tahu sebenarnya apa yang di inginkan Issachar dariku. Dia mencintai sahabatku tetapi juga memperlakukan aku layaknya gadis yang ia sukai. Memberi harapan tetapi juga selalu menceritakan sahabatku padaku. Terkadang aku juga merasa lelah, sakit, dan merasa menipu diri sendiri.
Berpura pura baik baik saja seolah-olah tidak mencintainya, membantu mereka untuk semakin dekat namun juga selalu mengabaikan perasaan sendiri. Meskipun aku tidak menginginkan Issachar merasakan apa yang kurasakan tetapi setidaknya ia dapat membedakan perlakuannya padaku dan sahabatku.
Aku juga manusia dan perempuan yang hatinya mudah untuk tersentuh, banyak yang aku lakukan pada Issachar tetapi yang terlihat tetap saja Aisha, banyak sakit yang kurasakan karena ulahnya tetapi yang terlihat tetap saja Aisha. Kala itu rasanya aku menjelaskan pun percuma, bahkan beribu kata maaf yang aku lihat darinya seperti angin lalu. Banyak kebohongan yang ku terima tapi tetap ku maafkan, banyak sakit yang ku terima masih ku maafkan, banyak perhatian yang ku berikan tapi di matanya itu tak ada harganya pun aku masih mengatakan "tidak apa apa".
Bodoh? iya mungkin akan ku sematkan dalam diriku. Mempertahankan seseorang yang jelas hanya mempermainkan ku saja. Benci? tentu perasaan itulah yang hanya ada padaku sekarang.
Suatu hari aku masih teringat dengan jelas pada hari itu, aku dan Aisha bertengkar hebat, aku merasakan rasa lelah begitupun mungkin juga dia sama. Aku merasa tidak adil berada di posisi ini, berulangkali aku mencoba pergi berulangkali juga aku kembali karena Issachar selalu punya cara menarikku kembali dalam hubungan yang jelas itu toxic.
Hari itu juga aku mendengar pengakuan dari sahabatku yang sampai sekarang ini menjadi hal yang tak kan pernah aku lupakan. Bagaimana ia mengatakan bahwa selama ini, laki laki yang aku sukai sewaktu SMP seseorang yang sering aku hubungi lewat Instagram itu dirinya bukan laki laki yang aku sukai. Dia diam diam menyamar menjadi laki laki yang ku sukai dengan dalih "hanya bercanda" katanya waktu itu.
Rasa kecewa yang tak bisa di deskripsikan membuatku hanya bisa diam, orang yang paling ku percaya, orang yang ingin bahagia nya paling ku usahakan, orang yang paling aku jaga dari orang orang jahat malah dirinya yang menusukkan pisau itu pada diriku.
Pengakuan itu membuatku kecewa sekaligus tidak percaya lagi dengan persahabatan manapun. Dan Issachar membuatku tidak percaya dengan adanya cinta lagi.
Memang benar sekarang ini sedekat apapun kita dengan orang lain tidak akan membuat kita bisa tahu yang ada di dalam hatinya sebaik apapun kita mengenal seseorang kita tidak akan semudah itu untuk mengetahui karakter seseorang yang sebenarnya.
Setiap manusia pintar dalam memanipulasi seseorang, karena aku juga termasuk terkategori di hal tersebut. Sebaik baik diri manusia pasti semua pernah melakukan hal itu.
Aku hanya ingin kalian jangan terlalu menaruh rasa percaya pada seseorang terlalu dalam, karena taruhan percaya dengan manusia adalah rasa kecewa.
Sahabat sejati dari kita adalah hanya diri sendiri, yang tahu baik buruknya dan luar dalamnya diri kita sendiri. Dari pengalamanku juga jangan terlalu mencintai seorang laki laki karena kita tidak tahu apa yang ia simpan.
Tetapi juga terlalu membencinya, semua harus seimbang agar tidak menjadi Boomerang untuk kita suatu hari nantinya.
Tinggalkan lelaki yang memang sudah dari awal dirinya tidak pernah menghargaimu sebab sakit hatinya tak akan jadi pengusik hatinya.
Di akhir cerita ini takdir telah menentukan bahwa aku kehilangan keduanya, cinta dan juga sahabatku. Dulu aku memang memihak dan memilih sahabat, tetapi ternyata pilihan itu juga membuatku jauh lebih sakit. Jadi aku melepaskan keduanya untuk kedamaian hati. Melepaskan bukan berarti sudah benar benar ikhlas, pada dasarnya jauh dari hatiku, aku tidak menginginkan ini. Tapi yang terjadi jauh dari kata lebih baik untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAYUNG TEDUH
Nouvellesjangan menjadikan kesedihan sebagai penopang hidup, tetapi cobalah jadikan kesedihan sebagai ajang untuk berjuang membawa diri mencapai titik bahagia