"Kau akan di daftarkan sebagai murid departemen pahlawan." Nezu, kepala sekolah UA itu dengan tenang berbicara kepada pemuda dihadapannya ini.
"Huh? Kau bercanda? Seorang villain kau biarkan untuk sekolah di departemen pahlawan?" ujar Hali membalas perkataan Nezu, itu sedikit diluar dugaannya.
"Ya, kau masih memiliki masa depan yang cerah. Aku akan merekomendasikan mu." ucap Nezu.
"Oke, aku setuju untuk masuk UA. Tapi aku akan masuk lewat ujian biasa." ucap Hali yang setelah itu keluar dari ruangan kepala sekolah tanpa menunggu jawaban Nezu.
Hari ujian telah tiba. Hali, dengan memakai pakaian santai padahal peserta lain memakai seragam sekolah menatap peserta ujian lain di kaca jendela UA. Dia melipat kedua tangannya di dada sambil melihat peserta lain yang memasuki gedung UA.
"Sungguh, apa semua anak memang harus bermimpi menjadi pahlawan?" gumam Hali bertanya entah kepada diapa, dia melihat banyaknya peserta ujian.
"Dan anak itu, sifatnya seperti villain." lanjut Hali bergumam menatap anak laki-laki berambut seperti durian dengan mata bewarna merah.
"Hali! Ayo ke ruang ujian bersamaku." Present Mic mendatangi Hali dan mengajaknya untuk segera ke ruang ujian biasa. Hali mengangguk lalu mengikuti kemana Present Mic pergi.
Ujian pertama adalah ujian pada umumnya, menjawab soal. Hali sedikit kesulitan sebenarnya, karena dia tidak tahu banyak tentang pahlawan.
Sampai di ruang ujian praktek, Hali menuju tempat duduk peserta sedangkan Present Mic berjalan menuju kehadapan para peserta.
Present Mic menjelaskan tentang robot dan poin yang dapat di ambil ketika mengalahkan robot tersebut, dan ada satu robot paling besar yang memiliki poin nol, jadi sebaiknya hindari robot nol itu.
Hali di tempatkan pada lapangan ujian yang sama dengan peserta pemarah, Bakugo Katsuki.
(Dibawah bukan hasil sei, pengumuman lolos ujian juga dibedakan)
Hali menatap arena ujian dengan wajah datar, sementara peserta lain bersemangat mempersiapkan diri. Ia mengenakan pakaian santai, berbeda dari peserta lain yang rata-rata mengenakan seragam sekolah. Tidak ada yang tahu siapa dia sebenarnya, bahkan Bakugo Katsuki yang berdiri beberapa meter di sampingnya. Bagi mereka, Hali hanyalah salah satu dari banyak peserta ujian yang berambisi menjadi pahlawan.
Bakugo, dengan percaya diri yang tinggi, berjongkok dan menatap robot-robot yang sedang disiapkan di arena. "Heh, ini pasti akan mudah," gumamnya, seolah berbicara kepada dirinya sendiri. Hali mendengarnya, tetapi tidak memberikan perhatian lebih.
"Ujian pertama adalah menghancurkan robot. Kalian akan mendapatkan poin berdasarkan berapa banyak robot yang kalian hancurkan. Robot dengan poin nol, sebaiknya kalian hindari!" Present Mic menjelaskan dengan suara keras, membuat suasana di lapangan semakin tegang.
Sirene berbunyi, menandakan ujian dimulai. Para peserta langsung bergerak cepat, termasuk Bakugo yang langsung menyerang robot-robot terdekat dengan ledakan di tangannya. Sementara itu, Hali berjalan santai, memandang sekeliling dengan mata yang tenang. Dia tidak ingin menarik perhatian terlalu cepat.
Dia melihat robot kecil mendekat dan mengulurkan tangannya. Dengan satu gerakan cepat, petir keluar dari ujung jarinya, menghancurkan robot tersebut. Hali menatap hasil serangannya sejenak, lalu melanjutkan langkah tanpa ekspresi, menghindari kerumunan peserta yang sibuk bertarung.
Bakugo, di sisi lain, melompat dan menghancurkan beberapa robot sekaligus dengan ledakannya. "Hah, aku akan menghabisi semuanya!" katanya penuh percaya diri. Dia tidak menyadari bahwa Hali juga telah menghancurkan beberapa robot, tetapi dengan cara yang lebih tenang dan efisien.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERO OR VILLAIN? [BNHA]
FanfictionBNHA × BoBoiBoy Halilintar Memangnya, semua anak harus bermimpi menjadi hero, ya? Dengan kekuatan dan sifat Halilintar yang seperti itu, dia lebih cocok menjadi pembunuh. Mereka semua memandang Halilintar seperti memandang seorang Villain, dan Hali...