Hari pertama di UA tiba. Kelas 1-A sudah mulai dipenuhi oleh para siswa yang lolos ujian masuk. Mereka duduk di kursi masing-masing, beberapa saling berkenalan, sementara yang lain masih terdiam dengan perasaan campur aduk. Di depan kelas, papan tulis besar berdiri di atas panggung kecil, namun belum ada tanda-tanda kedatangan guru.
Hali masuk ke kelas dengan langkah tenang, mengenakan pakaian kasual seperti biasanya. Tidak ada satu pun dari siswa yang menyadari bahwa dia adalah mantan villain, bahkan sebagian besar tidak terlalu memperhatikannya. Mereka terlalu sibuk dengan percakapan mereka sendiri atau terlalu sibuk mengagumi Bakugo, yang sudah menjadi pusat perhatian sejak awal.
Bakugo sendiri duduk dengan ekspresi angkuh di kursinya, menatap semua orang dengan tatapan tajam, seolah-olah menantang siapa saja yang berani mendekatinya. Namun, dia melirik sekilas ke arah Hali saat pemuda itu mengambil tempat di barisan belakang. Meskipun tidak mengenali Hali, Bakugo tetap merasa ada sesuatu yang berbeda dari dia. Entah kenapa, tatapan Hali membuatnya merasa gelisah, meski dia tidak mau mengakuinya.
Beberapa menit kemudian, suara keras pintu kelas dibuka. Sosok yang ditunggu-tunggu akhirnya masuk. Aizawa Shouta, yang lebih dikenal sebagai Eraser Head, berjalan masuk dengan rambut berantakan dan kantong tidur di tangannya. Dia tidak berbasa-basi dan langsung berdiri di depan kelas, menatap semua siswa dengan wajah lelah namun penuh otoritas.
"Selamat datang di UA," kata Aizawa dengan suara monoton. "Ini mungkin hari pertama kalian, tapi jangan harap kalian akan bersantai di sini. Jika kalian tidak cukup baik, kalian akan dikeluarkan."
Ucapan itu membuat suasana kelas seketika tegang. Beberapa siswa terkejut mendengar peringatan langsung tersebut, terutama Midoriya yang duduk di barisan tengah, merasa cemas apakah dia bisa bertahan dengan kekuatan yang dia miliki.
Hali, di sisi lain, tetap tenang. Ucapan Aizawa tidak terlalu mengejutkannya. Dia sudah terbiasa dengan tekanan yang jauh lebih berat di masa lalunya.
“Kita akan mulai dengan tes Quirk,” lanjut Aizawa sambil melemparkan kantong tidurnya ke sudut kelas. “Aku ingin tahu sejauh mana kemampuan kalian. Ikuti aku ke lapangan.”
Semua siswa berdiri dan mengikuti Aizawa menuju lapangan luar. Di sana, berbagai alat sudah dipersiapkan untuk mengukur kemampuan fisik dan Quirk masing-masing siswa. Hali berdiri di belakang, memperhatikan saat Aizawa memberikan instruksi dengan tenang.
Satu per satu, para siswa menunjukkan kemampuan mereka. Bakugo menggunakan ledakannya untuk melempar bola jauh melampaui batas normal. Midoriya, meski ragu, akhirnya bisa menggunakan kekuatannya dengan hati-hati. Sementara itu, siswa-siswa lain juga menunjukkan Quirk mereka dengan cara yang mengesankan.
Saat giliran Hali tiba, dia berjalan maju dengan langkah yang tenang. Mata semua orang tertuju padanya, terutama Bakugo yang penasaran ingin melihat seberapa kuat siswa yang terlihat pendiam ini.
"Namamu?" tanya Aizawa tanpa ekspresi.
“Hali,” jawabnya singkat.
Aizawa mengangguk, lalu menyerahkan bola kepada Hali. “Lempar bola ini sekuat yang kau bisa menggunakan Quirk-mu.”
Hali menatap bola di tangannya. Semua mata tertuju padanya, tetapi dia tidak peduli. Perlahan, petir mulai melingkari tangannya. Dengan gerakan cepat dan tidak berlebihan, Hali melempar bola itu. Kilatan petir mengiringi bola tersebut, terbang dengan kecepatan luar biasa. Bola itu hilang dari pandangan sebelum akhirnya terdengar suara ledakan di kejauhan saat bola itu menyentuh tanah.
Mata para siswa terbelalak, termasuk Bakugo yang tidak menyangka hasilnya akan sekuat itu. Midoriya dan beberapa siswa lain hanya bisa menatap takjub. Aizawa memeriksa hasilnya dan memberikan angka tanpa bereaksi berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERO OR VILLAIN? [BNHA]
FanfictionBNHA × BoBoiBoy Halilintar Memangnya, semua anak harus bermimpi menjadi hero, ya? Dengan kekuatan dan sifat Halilintar yang seperti itu, dia lebih cocok menjadi pembunuh. Mereka semua memandang Halilintar seperti memandang seorang Villain, dan Hali...