Chapter 2

23 2 0
                                    

"UnAdmitted Villain" Chapter 2
###

Lihatlah siapa yang dipantulkan cermin didepanku. Rambut bergelombang dengan perpaduan warna periwinkle dan iris, mata yang tajam berwarna emas, kaki jenjang dan badan yang sedikit kurus. Siapa dia? Siapa yang cermin ini pantulkan?

Aku meraba diriku sepenglihatan netraku mengikuti pantulan cermin yang juga mengangkat tangan. Sudah jelas ini pantulan diriku. "Aku seperti Avyanna...," gumamku terus meraba wajah berharap ini hanya halusinasi karena perutku yang kosong sejak pulang sekolah.

"Nona Avyanna anda tidak apa apa? Saat bangun anda terlihat kebingungan dan langsung pergi melihat cermin," ujar seorang pelayan. "Aster? Itukah namamu?" tanyaku takut-takut. Saat Avyanna mendapat cemoohan karena tidak memiliki kekuatan, hanya Asteria, pelayan setia yang selalu berada disisi Avyanna Re Elgrads. Bahkan hingga kematiannya di umur ke-18 tahun oleh ayahnya sendiri. Kecemburuan, alasan dibalik kematian seorang Avyanna Re Elgrads akibat niat membunuh Meira karena seorang pangeran. Jika aku memang Avyanna seharusnya pelayan itu memang Aster. Dia mengangguk.

Pikiranku mulai berjalan normal. Aku masuk ke novel Cinta Sejati Penyihir Cahaya. Jika aku masuk ke novel ini, harusnya aku akan bertemu Meira di kemudian hari seperti jalan cerita aslinya. Lalu di mana dia? Bagaimana dengan Meira yang ada di kamarku? Berapa usiaku sekarang?

Aku menghela nafas frustasi, Aster terlihat sangat khawatir. "Nona Avyanna, apakah Anda baik baik saja?" tanya nya. Aku hanya mengangguk lemas. "Aster ambilkan aku minum dan sarapan," suruhku. Kepergiannya beberapa saat memudahkanku untuk berpikir.

Ada berbagai pertanyaan berkecabang dipikiranku sekarang. Bagaimana keadaan Ayah dan Ibu di sana? Juga William. Apa mereka tau aku ada di sini? Lalu Meira di kamarku ada dimana? Apakah ini salah satu sihirnya yang berhasil diperbaiki? Atau bagaimana? Tidak ada gunanya, aku tidak tahu cara kembali. Aku terbayang saat-saat kedua orang tuaku berubah, begitu pula William yang selama ini sangat perhatian padauk. Namun, semuanya berubah hanya karena Meira. Kualihkan pandanganku menuju jendela, melihat kearah bawah. Hutan. Sudah jelas ini kamar terbuang milik Avyanna Re Elgrads, ada di ujung, paling belakang dengan pemandangan hutan.

Aster kembali dengan nampan berisi gelas dan piring makanan, membawakanku sarapan. "Aster, siapa namaku?" tanya ku memastikan ulang, takut kalau aku hanya berhalusinasi. Aster bingung akan sikapku yang tiba-tiba menanyakan nama sendiri. "No-Nona bernama Avyanna Re Elgrads."

"Nona, apakah anda baik-baik saja? Apa perlu saya memanggilkan tabib Kerajaan?" tanya Aster khawatir karena aku terdiam beberapa menit. Aku menggelengkan kepala tanda menolak. Tidak perlu memanggil tabib, toh aku tidak sakit dan tidak akan ada tabib yang datang meski dalam keadaan sekarat sekalipun.

"Apa nona mau berjalan-jalan ke lorong Kerajaan hari ini?" tanya Aster lagi. Aku menatapnya bingung. Berjalan di lorong? Untuk apa?

"Anu nona, biasanya nona akan menuju lorong utama Kerajaan untuk bertemu Raja, meski ... meski raja tidak pernah-" perkataan Aster semakin mengecil diakhir. Aku tahu maksudnya, Avyanna adalah anak terbuang, tidak pernah diperhatikan. Gadis ini akan selalu menarik perhatian sang raja namun selalu dihiraukan. Malang sekali, sangat berbeda dengan aku yang selalu mendapatkan kasih sayang, ah aku lupa, semuanya telah berubah, tak ada lagi yang sayang kepadaku. Takdirku mulai sama seperti Avyanna Re Elgrads.

Berdasarkan novel, Avyanna merupakan satu-satunya anggota Kerajaan yang tidak memiliki kekuatan dibanding ke-5 keturunan raja lainnya ataupun satu garis keturunan dari saudara Raja yang lain. Avyanna bertahan hanya karena bukti mata emas yang dimilikinya, berwarna Kerajaan. Ia putri terbuang, putri yang tidak pernah dianggap oleh keluarganya sendiri meski dengan jelas ia merupakan seorang keturunan raja. Dalam cerita 'Cinta Sejati Penyihir Cahaya' ia disebut Unadmitted Princess kadang ada yang menyebutnya Unadmitted Villain.

Baiklah Evi sudah cukup basa-basinya. Gadis ini malang sekali, tidak pernah merasakan bahagia. Jadi, aku akan membuatkannya merasakan kebahagiaan tersebut sampai nanti aku kembali ke tempat asalku. "Aster aku berubah pikiran hari ini, ayo pergi ke taman belakang," ujarku pada Aster yang kutahu dia sedikit terkejut.

###

Matahari pagi, suasana taman belakang yang tenang ditemani secangkir teh buatan Aster yang kuakui sangat enak. Akan lebih baik kalau dia membuat cafe shop, aku yakin akan ramai pengunjung, akan kuingatkan itu nanti kepadanya. "Aster, raja itu seperti apa?" tanyaku pada Aster yang duduk didepanku, menemani menikmati teh.

"Yang Mulia adalah sosok bijaksana disini nona, semua orang mengagumi kekuatannya," jelas Aster. Sangat sesuai dengan deskripsi novel, raja bijaksana dan dikagumi oleh rakyatnya.

"Tapi kenapa dia membuang anaknya ini?"

Aster terdiam. "Maafkan aku nona," cicitnya. "Bukan salahmu Aster. Aku sudah memikirkannya, aku akan lebih fokus kepada diriku mulai hari ini. Aku merasa lelah terus-terusan mencari perhatian orang lain, aku lupa orang-orang yang terus ada disisiku saat aku dalam keadaan tidak baik. Aku ingin lebih fokus pada orang-orang yang menyayangiku. Aku mohon agar selalu bersamaku Aster, dan mendukung setiap keputusan yang aku buat."

Trang...

Cangkir teh milik Aster terjatuh meninggalkan tumpahan teh panas ditangannya. "Aster!" kejutku. Tangannya terbakar oleh air panas teh. Aku segera mengambil sapu tangan dan mengusapkannya ke tangan Aster. Eh? Seperti ada yang menangis. Tatapanku naik menuju wajah Aster. Dia menangis?

"Nona, saya akan terus mendukung nona. Saya akan selalu berada disisi nona, saya akan selalu menjadi pelayan anda," isaknya. Aku terharu, dengan tangan yang masih mengompres tangan milik Aster. "Terima kasih Aster."

Zziingg.

Bunyi berdengung terdengar dari arah bawah. "Nona," Aster bergumam melihat kearah tangannya yang kupegang. Cahaya emas menghiasi tanganku, bersamaan dengan luka bakar milik Aster yang kian lama membaik.

"Nona, kekuatan nona... kekuatan nona telah muncul," seru Aster bahagia melihat tangannya yang sembuh. Aku menatap tanganku heran. Kekuatanku? Bukankah Avyanna tidak memiliki kekuatan?

"Saya tahu nona benar-benar keturunan Raja, nona benar-benar keturunan mereka, bahkan kekuatan nona melebihi saudara-saudara nona. Nona memiliki kekuatan penyembuh!" seru Aster histeris seolah-olah ini adalah kemenangan berarti. Tapi bagaimana bisa? Bagaimana aku bisa memiliki kekuatan?

Aku menatap kedua tanganku bingung. Apakah aku berhalusinasi lagi? Apakah ini tanda bahwa aku akan kembali menuju tempat asalku setelah menemukan kekuatan miliki Avyanna Re Elgrads?

"Avyanna," seseorang memanggilku dari arah belakang. Rambut emas dengan warna bola mata emas. Badannya tegap penuh kebijaksanaan dan wibawa. Hidungnya mancung, bibirnya terpahat manis, kupastikan jika dia tersenyum muncul lesung pipi. Dengan kulit kuning langsat, mudah tertebak, dia raja Kerajaan ini. Raja Kerajaan Halsion dan ayahku.

###

To be continued
-thewindyshore🍈

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnAdmitted VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang