Impian itu nyata adanya, tapi kebanyakan manusia memilih menjadi pemimpi untuk meraihnya
***
Sagara melakukan tembakan tiga angka. Namun, bola orange itu justru menghantam sisi ring. Sagara yang melihat itu merasa kesal. Dia masih merasa teringat dengan perkataan Pak Candra kemarin sore.
"Tua banyak omong!"
"Lo kenapa sih?" tanya Arena. Keduanya kini tengah berada di lapangan basket jalanan. Hampir setiap sabtu pagi Sagara dan Arena akan bermain basket disini, hitung-hitung olahraga pagi.
"Lo udah nembak sepuluh kali cuma masuk dua."
Sagara berdecak sebal sambil memungut bola. "Kemarin-" dia menelan sisa kalimatnya. "Enggak. Lagi kesel aja gue." laki-laki itu duduk dibawah ring basket.
Arena menaikkan satu alisnya. Dalam otaknya dia terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada temannya itu. Sagara merupakan shooting guard yang cukup mahir melakukan tembakan three point, biasanya dari sepuluh tembakan setidaknya dia akan memasukkan setengahnya.
"Cerita aja Sa." Arena duduk disamping Sagara.
Sagara menghela napas lalu membaringkan tubuhnya, menggunakan kedua tangannya sebagai bantal. "Kemarin Pak Candra ngejek kalo sia-sia aja main basket nggak pernah juara juga."
"Tapi dia ngomong gitu juga nggak salah Sa karena faktanya kaya gitu," ucap Arena tertawa kecil.
Sagara menarik rambut panjang Arena kesal. "Ya nggak gitu juga ngomongnya. Udah tua banyak omong lagi, coba dia yang main gue tabrak juga encok tuh pinggang."
Arena kembali tertawa kecil. "Heh, jangan ngomong gitu!"
"Moga-moga aja cepetan ada anggota baru biar bisa mulai latihan." Sagara bangkit berjalan menuju area three point.
Dia memfokuskan diri dan kembali melakukan tembakan, kali ini bola berhasil masuk dengan mulus ke dalam ring.
Arena yang melihat itu tersenyum senang. Gadis itu bersyukur karena Sagara masih bersemangat. Detik selanjutnya, terdengar sebuah notifikasi masuk ke ponsel Arena. Dengan segera, dia mengambil ponselnya dan membaca sebuah pesan disana.
"Sa?!"
"Hmm?"
"Ada anak yang mau gabung!!"
🏀🏀🏀🏀🏀
Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, Arena pasti akan membantu ibunya di toko kue milik keluarganya. Awalnya sang ayahlah yang membantu setiap pagi tetapi karena jarak kantor dan toko yang jauh dan berlawanan arah, Arena lah yang kini membantu. Banyak hal yang gadis itu lakukan mulai dari menghitung uang di kasir, menyapu, dan mengelap kaca. Toko buka mulai jam 8 pagi dan Arena harus bersiap-siap mulai jam setengah 6 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Basketball stories
ActionSMA Saturnus adalah SMA yang banyak menghasilkan prestasi baik di akademi maupun non akademik. Itulah yang membuat SMA ini menjadi incaran siswa dan siswi karena sudah menghasilkan banyak talenta berbakat. Tetapi dibalik itu semua terdapat satu hal...