Seseorang yang terlihat tertawa sepanjang hari, diam-diam mengusap air matanya ketika sendiri.
***
Motor Yudha melaju dengan kecepatan pelan ketika memasuki garasi rumah besar. Begitu motornya berhenti dengan sempurna laki-laki setinggi 178 cm itu melompat turun. Dia melihat arloji yang melingkar di tangannya yang menunjukkan pukul delapan malam.
Entah dari mana laki-laki itu pergi. Baju seragamnya terlihat basah karena menerjang hujan yang deras serta raut wajahnya terlihat begitu tidak suka ketika memasuki area rumahnya.
Begitu menginjakkan satu kakinya di teras rumah pandangannya langsung tertuju pada seorang gadis yang berusia dua tahun lebih muda darinya tengah berdiri didepan pintu, seolah sedang menunggunya pulang. Aeris Klarenza Dirgantara. Adik Yudha.
Yudha hanya memutar bola matanya malas kemudian berjalan melewati Aeris. Namun, langkah laki-laki itu terhenti saat gadis itu mencekal lengannya. "Kakak habis dari mana?" tanya gadis itu khawatir.
Yudha menepis tangan Aeris dengan kasar. "Bukan urusan lo!"
Aeris tersentak, melihat pakaian sang kakak yang basah kuyup gadis itu menyodorkan handuk kepada Yudha. "Keringin badan lo dulu kak. Nanti ayah marah!"
Laki-laki itu mengambil handuk itu dan melemparnya dengan asal. "Udah biasa. Nggak usah sok peduli. Kehadiran lo itu nggak lebih dari masalah!"
🏀🏀🏀🏀🏀
Yudha menuruni tangga rumahnya menuju ruang makan. Penampilan laki-laki itu terlihat sudah rapi dengan mengenakan seragam sekolahnya. Dia berjalan menuju meja makan yang berada di dapur. Dia sana sudah terdapat David dan Kiara. Ayah dan ibu yudha. Serta Aeris yang lebuh dulu makan. Yudha dengan ekspresi wajah datar menarik kursi dan duduk disamping Aeris.
"Ayah bangga banget sama kamu Aeris. Selamat ya buat kemenangan kamu udah juara lomba matematika. Kamu memang anak terbaik keluarga," puji David. Pandangannya kini beralih kepada Yudha. Bukan pandangan yang kasih sayang layaknya seorang ayah dan anak tapi tatapan yang sinis bahkan cenderung tidak suka.
"Coba kamu lihat adik kamu Yudha! Dia anak yang berprestasi dan membanggakan. Sementara kamu? Kamu cuma bisa buat masalah, nggak ada hal yang bisa dibanggakan. Harusnya kamu seperti Aeris-"
"Berangkat." Yudha memotong perkataan David. Nafsu makannya seketika hilang. Laki-laki itu langsung beranjak dari tempat duduknya menuju depan rumah menghiraukan sang ayah yang terus memanggilnya.
Yudha tidak pernah merasa betah berada dirumah karena hanya terasa seperti luka yang terus membesar. Dirinya dan Aeris memang terlahir dari darah daging yang sama tetapi diperlakukan dengan sangat berbeda. Sang ayah selalu saja memuji Aeris dan tidak pernah meliriknya bahkan tak jarang selalu mengucapkan perkataan yang kasar.
🏀🏀🏀🏀🏀
"Turun lo!" Perintah Yudha membuat Aeris yang berada dibelakang duduk di jok motornya turun.
Aeris sebenarnya tidak ingin seperti ini. Gadis itu sangat ingin menjalin hubungan yang normal layaknya kakak dan adik. Namun, kenyataannya tidak seperti itu, Yudha sama sekali tidak menyukainya.
Mereka tidak pernah mengobrol, tepatnya setiap kali Aeris ingin mendekati Yudha laki-laki itu selalu menghindar. Bahkan sekarang ini karena masuk ke sekolah yang sama, Yudha meminta agar keduanya tidak saling mengenal.
Bagi laki-laki itu, Aeris hanyalah seorang pengacau di hidupnya.
"Maafin gue kak," lirih Aeris lantaran merasa bersalah.
Yudha yang hendak menyalakan motornya mengalihkan pandangannya pada Aeris. Laki-laki itu membuka helm full face nya.
Yudha menghela napas. "Nggak usah caper sama gue!""Bentar kak!" Ketika dia hendak pergi Aeris kemudian mengeluarkan sekotak bekal dan menyodorkannya pada laki-laki itu. "Buat lo kak jangan sampe nggak makan."
Yudha memandang Aeris sejenak sebelum akhirnya menepis kotak bekal itu hingga jatuh ke tanah, membuat isinya berserakan kemana-mana. "GUE UDAH BILANG NGGAK USAH CAPER APA LO BUDEK?!"
"Gue cuma mau ngebantu lo kak," bibir Aeris bergetar, matanya berkaca-kaca.
"NGEBANTU? DENGAN NGAMBIL SEMUA KASIH SAYANG AYAH SAMA MAMA? LO UDAH CUKUP NGEBANTU," bentak Yudha meluapkan semua amarahnya. Laki-laki itu menyalakan motornya dan meninggalkan Aeris sendirian.
Aeris memandang Yudha yang semakin menjauh. Sebisa mungkin menguatkan hatinya supaya tetap tegar. Namun, semua perkataan sang kakak begitu menyayat hatinya. Tanpa sadar, cairan bening mulai membasahi pipinya.
Aeris menangis.
Gadis itu hanya ingin tertawa dan bercerita bersama layaknya keluarga. Aeris mungkin berprestasi tapi seolah ada yang hilang di jiwanya.
🏀🏀🏀🏀🏀
"Kamu ini nggak ada capek-capeknya ?! Setiap hari selalu aja bikin ulah. Kemarin ngerokok dibelakang sekolah, lusanya bolos, tiga hari lalu berantem, sekarang terlambat setengah jam. Capek saya ngurusin kamu!"
"Ya jangan ngurusin saya pak. Kan Pak Steven bukan bapak saya," jawab yudha enteng.
Pak Steven melotot. "Ngomong terus kamu! Sekarang kamu hormat ke bendera merah putih sampai saya suruh berhenti!"
Yudha memutar bola matanya malas lalu melakukan hormat sesuai perintah guru yang selalu menghukumnya tersebut, dia membiarkan kulitnya terbakar sinar matahari yang panas. Yudha memiliki sifat yang berbanding terbalik ketika dirumah dan di luar. Laki-laki itu cenderung bertindak nakal untuk mencari perhatian orang-orang.
"Panas pak.... Udahan ya atau bapak mau beliin saya es teh di kantin?" ucap Yudha yang baru saja melaksanakan hukuman selama lima menit.
Pak Steven menonyor kepala Yudha marah. Pria itu sudah sangat sabar selama ini menghadapi sikap Yudha yang tidak bisa dilakukan oleh osis sekalipun. "Yudha.... Kamu mau jadi apa setelah lulus nanti kalau seperti ini terus?"
Yudha diam.
"Sebentar lagi kamu lulus jangan suka cari masalah. Bikin orang tua kamu bangga," saran Pak Steven sambil menepuk pundak laki-laki itu sebelum pada akhirnya pergi.
Setelah sekitar tiga puluh menit menyelesaikan hukumannya. Yudha berjalan menunduk lesu sambil kedua tangannya berada didalam saku. Pikirannya terus terngiang dengan perkataan Pak Steven.
Laki-laki itu menghentikan langkahnya dan mengacak-acak rambutnya frustasi. Di satu sisi dia membenci ayahnya tetapi disisi lain dia sangat ingin kedua orang tuanya mengakuinya.
Yudha menghela napas dan kembali melangkahkan kakinya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat ada beberapa siswa sedang menempelkan sesuatu di mading. Laki-laki itu memutuskan untuk melihatnya setelah menunggu mereka pergi.
"Basket?"
🏀🏀🏀🏀🏀Thank you for reading
See you next chapter!
(\_/)
( •.•)
/>🏀
KAMU SEDANG MEMBACA
The Basketball stories
ActionSMA Saturnus adalah SMA yang banyak menghasilkan prestasi baik di akademi maupun non akademik. Itulah yang membuat SMA ini menjadi incaran siswa dan siswi karena sudah menghasilkan banyak talenta berbakat. Tetapi dibalik itu semua terdapat satu hal...