7

43 10 4
                                    

Setelah bel istirahat terdengar, Lea pun menutup buku-bukunya dan memasukan ke dalam laci mejanya.

Argadana yang sudah selesai memasukan buku-bukunya lebih dulu, kini berjalan ke arah meja kekasihnya.

"Sayang, ayo ke kantin," ajaknya pada Eleanor.

Lea terdiam sejenak untuk berfikir mencari alasan yang pas. Masalahnya dirinya sudah janji akan pergi ke rooftop untuk menemui Aswangga.

"Sayang." Argadana menyentuh lengan bahu sang kekasih dan membuat Lea mendongak melihat padanya.

"Ah iya, kenapa, Beb?" tanya Eleanor.

"Ayo ke kantin," Aswangga pun kembali mengulangi ucapnya.

"Kamu ke kantin duluan gapapa kan?" tanya Eleanor dengan hati-hati.

"Emang kamu mau kemana hm?"

"Aku mau ke toilet dulu," jawab Lea dengan memperlihatkan cengirannya.

"Yaudah aku tungguin," kata Argadana.

"Nggak perlu, Beb," jawab Eleanor.

"Aku lama, soalnya mau make up dulu," bisiknya pada Argadana.

"Kamu kan udah make up, sayang. Ini udah cantik banget," kata Argadana dengan lembut.

"Make up nya udah mulai luntur, aku nggak PD," ungkap Eleanor.

"Kamu ke kantin duluan ya, nanti aku nyusul kok, janji." Eleanor mengangkat jari kelingkingnya.

"Yaudah aku ke kantin duluan. Kamu mau makan apa? Biar aku pesenin," kata Argadana.

"Nasi goreng aja," jawab Eleanor.

Argadana mengangguk pelan. Sebelum keluar dari dalam kelasnya, lelaki itu mengelus lembut pucuk kepala gadisnya itu.

Melihat Argadana yang sudah pergi, Eleanor langsung menghembuskan nafas leganya.

Tidak mau membuang waktu, Eleanor langsung keluar dari dalam kelasnya dan berjalan cepat ke arah rooftop sekolah untuk menemui Aswangga.

Sampai di sana, sudah terlihat Aswangga yang menyender ditembok pembatas rooftop.

"Beby!" Eleanor berlari kecil menghampiri kekasihnya itu.

Aswangga dengan cepat merentangkan kedua tangannya siap memeluk tubuh gadisnya.

Eleanor masuk ke dalam pelukan lelaki itu. "Aku kira kamu belum kesini," ucapnya.

"Udah dong. Setelah bel istirahat berbunyi, aku langsung OTW kesini," jawab Aswangga dengan melepaskan pelukannya.

Lelaki itu kini menyamakan tingginya dengan Eleanor. "Cantik banget sih pacar aku," pujinya sembari mencolek hidung mancung kekasihnya itu.

"Makasih." Eleanor tersipu malu karena mendapatkan pujian dari Aswangga.

"Ayo duduk." Aswangga mengajak gadisnya untuk duduk dibangku panjang yang ada di sana.

"Nanti malam kamu free nggak?" tanya Aswangga pada gadisnya.

"Free," jawab Eleanor. "Memangnya kenapa?" tanyanya pada Aswangga.

"Aku mau ajak kamu makan malam di luar. Gimana? Mau?"

Dengan cepat Eleanor mengangguk. "Mau," jawabnya tanpa ragu.

Aswangga yang mendengar itu jadi tersenyum. Lelaki itu kini merangkul tubuh kekasihnya dan membuat Eleanor menyenderkan kepalanya pada bahu lebarnya.

"Aku seneng deh, bisa kaya gini sama kamu," ungkap Aswangga.

Kesedihannya karena perceraian kedua orang tuanya, kini terobati karena ada sang kekasih di sampingnya.

"Aku juga," balas Eleanor tanpa melihat pada Aswangga.

Ting!

Satu pesan masuk ke handphone Eleanor. Gadis itu pun keluar dari rangkulan Aswangga.

Melihat Aswangga yang sibuk dengan handphonenya, Lea langsung membuka pesan yang masuk ke handphonenya.

Karang Samudra 

(Send foto)

Noh si Argadana nungguin Lo kayanya.

Melihat pesan itu, Eleanor langsung memasukan handphonenya ke dalam saku bajunya. Ia lupa kalau Argadana kini sudah di kantin.

Eleanor baru saja akan mencari alasan untuk pergi, tapi gadis itu tidak jadi karena tiba-tiba saja Aswangga malah merebahkan tubuhnya dan menjadikan pahanya sebagai bantal.

"Aku tidur sebentar ya, ngantuk banget," kata Aswangga.

Lea tersenyum karir, gadis itu bingung saat ini.

Ia tidak mau membuat Argadana menunggu lama di kantin, tapi ia juga tidak bisa meninggalkan Aswangga yang kini mulai memejamkan matanya.

Eleanor Athala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang