CakaMocha.01

12 4 0
                                    

🍬: Haiii, Mochips apa kabar? Aku UPDATE bab pertama nih, ada yang udah siap baca?
Tolong bantu tandai T Y P O, dan jangan lupa untuk vote serta ramaikan komentar ya <3

Happy Reading
── .✦

"PKN 40, Fisika 35, Biologi 45, Bahasa Inggris 50, Matematika..."Caka memilih untuk tidak melanjutkan membaca nilai yang tertulis pada setiap lembaran kertas ulangan harian milik gadis di depannya. Semua nilai Mocha merah, hanya Bahasa Indonesia yang nilainya paling besar, itupun masuk KKM pas.

Caka menghela nafas panjang, "selama ini gue udah cekokin lo semua materi mata pelajaran, tapi kenapa nilai ulangan lo masih merah kayak gini?"tanyanya pada gadis berbendana merah muda yang memandang ke arah samping seperti enggan membalas tatapannya.

"Mocha!"

Namun seperti tak punya telinga, Mocha tak juga kunjung menoleh membuat Caka kesal, "gue ngomong sama lo Mocha, madep sini!"geramnya seraya menarik dagu Mocha hingga wajah gadis itu menatap tepat matanya.

"Gue tanya sekali lagi, kenapa nilai lo merah semua?"

Mocha menghela nafas kasar, "aku gak tau Caka!"jawabnya. "Udah ah jangan marah-marah terus nanti cepet tua tau rasa!"Gadis itu mengibaskan tangannya lalu kembali menolehkan kepalanya ke arah lain. Entah kenapa objek yang sedang fokus membaca buku di sudut ruangan perpustakaan lebih nyaman di pandang daripada wajah menyeramkan Caka.

"Persetan! Pokoknya setelah ini gak ada lagi jajan telur gulung sebelum lo perbaiki nilai-nilai jelek lo sampai tuntas. Gue bakalan ekstra ajarin lo sampe lo muntah sekalian,"tegas Caka dengan jahatnya.

Mocha mengangguk santai, "ya udah sih, lagian cuma gak boleh telur gulung, berarti ganti cilok juga gak masalah dong?"

"Mocha!"

"Mocha, lihat gue!"

Caka berdecak marah. Apa yang Mocha perhatikan hingga berani mengabaikannya?

Dan saat itu juga kekesalannya semakin memuncak melihat seseorang yang juga berada di satu ruangan ini. Fabian Januarta, laki-laki yang hampir sepantaran dengannya dalam hal apapun. Sebenarnya sampai sejauh ini keduanya belum pernah terlibat konflik, hanya saja Caka tidak menyukai Fabian karena laki-laki itu di sukai sejak lama oleh Mocha.

Caka berdecih, "jadi sekarang lo udah berani mengabaikan gue?"

Mocha menoleh kemudian berdecak, "Caka diem! Aku lagi males sama kamu, mending lihatin kak Bian. Udah pintar, ganteng, baik lagi,"pujaan untuk Fabian sekaligus sindiran untuk Caka.

"Tahu gak Cak? Setiap memandang wajahnya kak Bian aku suka ngerasa kalau ada masa depan di sana, ada aku dan kak Bian terus anak-anak kita,"ungkapnya dengan mesem-mesem tidak jelas.

"Terus ada-"

"Bocah alay!"potong Caka sengit, "lo pikir tuh cowok mau sama cewek o'on kayak lo?"

Mocha memajukan bibirnya beberapa centi, hatinya tersentil mendengar apa yang di ucapkan laki-laki itu barusan. Caka kebiasaan. Kalau bicara suka tidak di saring dulu.

"Kamu kalau gak jahat sama aku sehari aja bisa mati deh kayaknya,"ucap gadis berbendana merah muda itu dengan raut wajah kesal.

"Fakta. Dia gak mungkin suka sama cewek goblok dan gak berguna kayak lo,"tandas Caka lagi.

"Terus aku harus gimana biar disukai sama kak Bian?"

"Belajar lah, biar pintar. Gunain otak lo buat menampung banyak ilmu bukan buat menampung hal-hal yang gak berguna. Gak malu lo cantik-cantik tapi goblok?"

CakaMochaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang