(Chapter 2)Minggu-minggu berlalu tanpa adanya peristiwa besar yang mengubah kehidupan Sakura. Setiap hari, dia menjalani rutinitasnya di sekolah dengan tekun, belajar dengan giat, dan terus berusaha untuk mendekati Sasuke. Meskipun belum ada kemajuan yang signifikan, dia tidak pernah kehilangan harapan.
Suatu pagi, saat Sakura sedang berjalan menuju kelas, dia mendengar desisan daun kering di belakangnya. Dia berbalik dan melihat seseorang berjalan dengan langkah yang tenang. Ternyata, itu adalah Sasuke.
Tanpa sadar, Sakura tersenyum kecil dan berusaha untuk tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang. Sasuke mendekatinya dengan tatapan datar, tanpa sepatah kata pun.
"Sasuke-kun," sapanya pelan, mencoba menembus kesunyian yang mengelilingi mereka.
Sasuke mengangkat sebelah alisnya, menatap Sakura dengan tatapan tajam. "Ada yang bisa aku bantu?" tanyanya singkat.
Sakura terkejut oleh kejelian Sasuke yang peka terhadap keadaannya. Namun, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. "Ehm, aku hanya ingin bertanya apakah kamu ingin bergabung dengan klub literatur sekolah. Mereka sedang mencari anggota baru," ucap Sakura dengan ragu.
Sasuke memandang Sakura dengan tatapan yang sulit untuk dibaca. "Aku akan memikirkannya," jawabnya singkat sebelum melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Meskipun respon Sasuke tidak begitu antusias, Sakura merasa senang karena dia setidaknya telah mencoba untuk berbicara dengannya lagi. Dia berjanji dalam hati untuk terus mencoba, meskipun langkah-langkahnya mungkin lambat.
Hari-hari berikutnya, Sakura terus mencari kesempatan untuk berbicara dengan Sasuke. Kadang-kadang dia berhasil mencuri perhatiannya dengan sebuah pertanyaan atau komentar yang cerdas, tetapi sering kali dia hanya menjadi saksi bisu dari jarak jauh, terlalu takut untuk mendekatinya.
Namun, dia tidak menyerah. Setiap hari, dia bangkit dengan tekad baru untuk mendekati Sasuke. Meskipun terkadang hasilnya tidak sesuai harapan, dia percaya bahwa dengan ketekunan dan kesabaran, dia akan berhasil membuat Sasuke membuka hatinya padanya.
Saat matahari terbenam di ufuk barat, Sakura meninggalkan sekolah dengan langkah yang ringan. Meskipun hari itu tidak membawa perubahan besar, dia merasa optimis tentang masa depannya. Setidaknya dia telah mencoba, dan itu sudah lebih dari cukup baginya.
Dengan senyuman di bibirnya, Sakura melangkah menuju rumah dengan keyakinan bahwa suatu hari nanti, dia akan berhasil mendekati Sasuke dengan lebih dekat lagi. Dan ketika waktunya tiba, dia akan siap untuk menerima apa pun yang mungkin terjadi.
Hari demi hari berlalu, dan Sakura terus berusaha mendekati Sasuke. Terkadang dia merasa frustasi karena tidak bisa memecahkan kebuntuan, tetapi dia tidak pernah menyerah. Setiap kali dia melihat Sasuke, hatinya berdebar-debar.
Pada suatu sore yang cerah, saat Sakura sedang duduk sendirian di bangku taman sekolah, Sasuke tiba-tiba muncul di hadapannya. Sakura menegakkan tubuhnya, mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR ✓
Fiksi PenggemarImpiannya adalah menjadi kaya dan mempunyai suami tampan dan calon suami tampan pun telah depan mata. Dia berpikir untuk mendekatinya perlahan tapi tidak ada respon dari seniornya, dia selalu acuh tak acuh.