SA-2

261 46 32
                                        

⚠️DISCLAIMER ⚠️
Area 21+ Dark romance, Adult romance.
Semua tempat, kejadian, latar, visual yang di gunakan dalam cerita ini hanya karangan penulis semata.


Pencahayaan lampu yang ada di dalam kamar bernuansa dark elegan itu cukup minim. Sang empu tengah duduk bersandar pada headboard kasur. Tatapannya masih fokus pada laptop berlogo apel tergigit dengan sebelah tangan yang memegang gelas berisikan cairan pekat berwarna merah tua atau kalangan atas menyebutnya ‘Bordeaux'. Sesekali, gelas yang masih berisi wine itu, ia goyangkan dan memutar searah.

Menikmati wine dengan cara itu adalah hal yang sangat wajar dan mungkin memiliki kenikmatan tersendiri kala cairan fermentasi itu diputar searah dalam sebuah gelas mahal. Vero melirik jam pada arloji, beralih pada pintu kamar yang masih tertutup rapat. Kemana dia, batin Vero.

Tak biasanya, Jessy berlama-lama ketika mengantarkan buntalan hidup mereka ke kamar. Ia penasaran tapi enggan beranjak pada posisi nyaman. Sampai pada akhirnya, pintu itu terbuka setelah dua puluh menit Vero berperang pada pikirannya sendiri.

"Kenapa lama sekali? Kau menghindariku?" tuduh Vero. Namun, matanya masih fokus pada benda segi empat itu. Sedangkan Jessy memutar bola matanya jengah. Dingin tapi jika melihatku di goda pria lain, responnya sangat berlebihan. Batin Jessy.

"Siapa pria tadi?" cecar Vero, kini ekor matanya mulai melirik Jessy kala wanita itu sama sekali tak merespon pertanyaan Vero.

"Jangan pura-pura tuli, sayang!" Kali ini suaranya semakin rendah dan berat, membuat Jessy menelan salivanya secara kasar.

"Siapa? Pria tadi!"

Bibirnya mengerucut, dahi yang mengkerut serta bola mata yang memutar ke sana-kemari, seolah mengingat pria yang dimaksud oleh Vero, kemudian bola mata yang bulat itu semakin membulat saat mengingat siapa pria yang dibidik oleh Vero barusan.

Jessy bukan tak mengingat Jeromy, hanya saja jika ia langsung mengingat dan menjawab pertanyaan Vero dengan cepat nan lancar, maka sudah dipastikan olahraga berkeringat itu akan terjadi malam ini dari langit yang masih diselimuti oleh rembulan hingga munculnya mentari pagi hari.

"Aaahhh ... pria tadi, aku tidak kenal," lanjut Jessy.

"Kau yakin? Jangan membohongiku, sayang. Kau lupa siapa suamimu ini!" Kalimat yang dilontarkan dengan nada rendah itu, harusnya terdengar seksi, tapi kali ini bagaikan belati yang kapan saja siap menusuk jantung Jessy jika ia salah menjawab. Sungguh, apa Vero pernah melakukan hal segila itu sampai Jessy sewas-was ini akan jawabannya.

"Aku tidak berbohong. Dia hanya pria asing yang tertarik pada wanitamu ini, babe,” jawab Jessy dengan gerakan tubuh yang begitu seksi di mata Vero.

Ia mulai melepas kacamata baca lalu tersenyum miring pada Jessy dan berkata,  "Ah ... kau mencoba menggoda pria lain. Begitu maksudmu, hm!"

Mati saja aku. Batin Jessy. Kali ini ia benar-benar membangunkan manusia setengah harimau itu.

"Kenapa diam? Ayo jawab, sayang." Vero menutup laptopnya, melipat kedua tangan di atas dada yang sekarang sudah terbuka tiga kancing dari atas.

"Sorry, babe. Aku bukanlah wanita murahan yang kapan saja dapat didekati oleh sembarang pria. Dan kau tau itu!" cetus Jessy kesal.

Melihat respon yang Jessy tunjukkan bukannya membuat Vero menjadi kesal, Justru ia malah melancarkan aksi. Vero memainkan lidah yang cukup panjang miliknya, tak lupa membasahi bibir yang sedikit memerah akibat wine yang ia minum tadi, lalu menggigit kecil bibir bawahnya secara sensual.

HITMAN×SNIPER AGEN  [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang