PROLOG: HUTANG

6 1 0
                                    

Langit abu-abu yang mulai menutupi penjuru kota, suara rintik hujan mulai terdengar dari luar rumah milik Bryan. Bryan, singkatnya dia adalah anak laki-laki yang lahir dari keluarga yang tak cukup mampu, untuk biaya sekolah saja ayahnya harus berhutang pada seorang wanita yang memimpin sebuah organisasi yang cukup besar.

Ayah Bryan membuat kesepakatan dengan wanita itu, yaitu adalah "Aku akan memberikan putraku padamu jika hutang ku tidak segera ku lunasi dalam 2 tahun!", dan wanita itu menyepakatinya. (Memberikan:Menikahi/Menjual)

Mari kembali lagi ke Bryan dan kehidupan sehari-hari nya! Jadi karena hari ini hujan mulai turun dengan deras, dia memutuskan untuk masuk saja ke rumah. Yah, rumahnya sangat berantakan dan seperti pondok kayu yang reyot dan jelek. Tapi tak apa setidaknya masih bisa ditempati!

Bryan duduk dengan tenang di ruang tamu yang cukup sempit itu, tak ada TV, tak ada ponsel, hanya ada kesunyian, satu-satunya yang bisa membuat rumah ini bersenang-senang adalah diri mereka sendiri.

~~~

Malam hari, hujan tidak kunjung berhenti. Bryan yang sedang mengerjakan tugas dikamar nya mendapati suara seseorang  yang sedang mengetuk pintu rumahnya. Bryan pun berjalan keluar dari kamarnya dengan ekspresi yang benar-benar kebingungan dengan cepat dia pun membuka pintu depan dan mendongak untuk melihat sosok dibalik pintu.

Betapa terkejutnya Bryan ketika melihat sesosok wanita yang tingginya hampir 2 meter, Bryan hanya diam mematung disana sembari menatap wanita itu dengan tatapan ketakutan.

"..., apakah ayahmu ada di sini?"

Wanita itu memulai percakapan dan membawa helm miliknya di tangannya. Bryan pun mengangguk dengan badannya yang bergetar dan dengan perasaan gugup.

"Izinkan aku memperkenalkan diriku. Perkenalkan namaku Aiky Valerian, panggil Iky atau Ai"

Aiky pun menundukkan kepala untuk menatap Bryan dengan ekspresi datar. Aiky berdehem dan melihat bagian dalam rumah Bryan.

"Siapa namamu, nak?"

"A-aku Bryan Haendrian, b-biasanya dipanggil Ryan atau Bry..."

"Namamu bagus, hampir seperti dirimu..."

Keduanya menjadi diam, sebelum ayah Bryan pun muncul ditengah keheningan itu.

"Woah! N-nona Ai! Ma-maaf jika putraku berbicara dengan lancang!"

Jawab ayah Bryan yang terlihat sangat panik ketika ia mengetahui bahwa putranya baru saja mengobrol dengan Aiky.

"Itu tak apa lagipula tak ada salahnya berkenalan dengan putramu ini..."


"Jadi seperti ini pak Haendrian, ini sudah hampir akhir tahun ke 2...dan hutang anda belum terlunaskan semuanya"

Ucap Aiky tanpa mendongak dari kertas catatannya, ia berdiri sejenak sebelum berbalik badan.

"Jadi, kesepakatannya akan berlanjut?"

"Ugh, kesepakatannya, ya? Baiklah, akan ku bicarakan dengan putraku dan setelah itu akan kita bicarakan bersama-sama."

Jawab ayah Bryan dengan wajah antara sedih dan kesal, sayang sekali saat ini tak ada yang menyemangatinya dikarenakan...istrinya yang sudah meninggal 2 tahun lalu.

Keesokan Harinya

Bryan membuka matanya karena mendengar ayam liar berkokok ribut karena dikejar oleh kadal liar yang cukup...liar? Abaikan saja.

Bryan berjalan kekamar mandi dengan handung yang menempel pada pundaknya, sebelum ia membuka pintu kamar mandi ia dapat melihat bagaimana ayahnya terlihat sedih sepanjang dia menatapnya.

Sementara Itu Setelah Bryan di Sekolah

Bryan datang paling awal, pastinya! Karena dia anak rajin. Gak sih, itu karena dia ada jadwal piket. Dia mengambil sapu di pojok kelas dengan senyuman tipis yang manis, kata ibunya: "Awali harimu dengan senyuman, pasti akan lebih baik".

Bryan mulai menyapu dengan penuh semangat agar anggota piket yang lain piketnya nanti pulang sekolah. Terkadang menurut Bryan jadi anak SMA itu cukup melelahkan, ya karena yang lain ada yang sibuk pacaran, cari jodoh, mengejar impian mereka, dan lain-lain.

To be Continued



Halo-halo! Jadi ini Wattpad pertama aku! Kalau ada yang typo tolong dikoreksi di komentar~

Jangan lupa di vote ya guys.

Serigala dan LampuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang