#04 - Nenek

42 25 17
                                    

Aneh, padahal Calya tidak mengikuti lima mata pelajaran, tapi dia merasa sangat lelah. Mungkinkah menangis membuatnya lelah?

"Cal, mata lo sembab banget, habis nangis ya?" Tanya Kelvin sembari menyamakan langkahnya dengan Calya.

"Apaan sihh Vin, namanya juga orang bangun tidur," jawab Ayyara yang langsung menarik tangan Calya dan berlari cepat meninggalkan Kelvin dan John begitu saja.

"Dih? Dasar cewe aneh, udah ditolongin malah ngomong ketus gitu," ucap John menatap Ayyara yang semakin jauh dari tempat ia berdiri sekarang.

"Ekhem... Aneh apa aneh?" tanya Kelvin menggoda.

"APAAN SIH VIN, AMIT-AMIT GUE SUKA SAMA DIA!" jawabnya nge-gas.

"Yaudah sih wir, hati-hati kemakan omomgan sendiri ahaha." Kelvin masih terus saja menggoda John.

"Ini kenapa jadi bahas ke sana sih? Perasaan tadi bahas Calya dahh," jawab John berusaha mengalihkan topik.

  - Sementara itu di gerbang sekolah -

"Nih Cal, kompres mata lo biar mendingan tuh bengkak," ucap Ayyara yang baru kembali dari sebuah warung kelontong.

"Thanks ya, Ra" jawabnya sambil mengompres matanya dengan air dingin yang sudah ia lapisi dengan kain terlebih dahulu.

"Pasti rasanya berat banget ya ditinggal orang yang paling kita sayang. Nangis boleh kok, nikmatin aja sampe lo puas, sampe cape. Tapii, habis nangis lo harus bangkit lagii, buktiin ke nenek lo, buat dia bahagia dengan melihat lo disini bahagia dan sukses," jelas Ayyara sambi menodorkan sebatang coklat pada Calya.

"Hehe, thanks ya, Ra. Lo emang besti ter bestt gue dehh," jawabnya dengan senyuman terpaksa.

"Mau ke makam ga nanti sore?" tanya Ayyara.

"Hah?" Calya masih terkejut dengan pertanyaan temannya itu.

"Siap-siap ya, ntar jam lima gue jemput," pintanya sebelum pergi meninggalkan Calya.

             - Setibanya di rumah -

"Calya? Seharian ini ngapain aja? Kok matanya kayak ngantuk gitu?" tanya ibu yang memyambut kedatangannya.

"Sembab kali, ma" batin Calya

"Hehe, iya. Kayaknya Calya kecapean deh ma," jawabnya sambil menggaruk kepalanya meski tak terasa gatal.

"Oh iya, nanti sekitaran jam lima aku keluar ya ma, sama Ayyara," sambung Calya.

"Iya sayang, mau kemana emagnya?"tanya nya antusias melihat senyum yang tercetak jelas pada wajah anaknya itu.

"Ayyara ngajak ke makamnya ibuk," jawabnya

Sontak saja ibunya terkejut. Mengapa Calya malah mengajak orang lain pergi ke makam neneknya? Bukankah biasnya hanya akan kesana jika bersama keluarganya saja? Tidakkah kesibukan ibunya selama ini membuat Calya kesal? Ditambah lagi akhir-akhir ini ia sering cek-cok dengan suaminya itu.

"Ohh, iya hati-hati ya sayang," jawab ibunya singkat.

                         ~~~~~~~~~~

"Buk, maaf ya Calya lama ga kesini hehe. Habisnya sihh, mama sama papa tengkar terus. Jadinya susah deh buat diajak keluar bareng," ucap Calya terkekeh setibanya ia di makam neneknya itu.

Seusai berdoa dan menaburkan bunga pada makam neneknya, Calya tidak langsung pulang, ia masih menikmati berbicara pada neneknya itu, meski lebih terlihat hanya berbicara sendiri.

Sementara Ayyara masih setia menunggu Calya dari kejauhan hingga Calya puas curhat dengan neneknya.

"Udah Cal? Lega?" tanya Ayyara melihat Calya yang sedang berjalan menuju arahnya.

Rumah yang kuRindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang