Curious

20 4 4
                                    

Koridor sekolah dipenuhi hiruk-pikuk suasana baru dari murid-murid tahun ajaran baru. Seorang remaja berjalan dengan tenang, tak memedulikan tatapan penasaran dari orang-orang di sekitarnya. Suara langkah kakinya berbaur dengan tawa dan obrolan para murid yang bergegas melewati koridor. Pandangannya lurus ke depan, namun sesekali melirik poster-poster dan mading yang tertempel di papan pengumuman. Sesaat, ia berhenti ketika melihat poster yang menarik perhatiannya—poster berisi pengumuman open recruitment untuk tim basket sekolah. Setelah melihatnya sekilas, ia kembali melangkah menuju kelas X MIPA 1.

Di dalam kelas, suasana ramai. Anak-anak baru saling memperkenalkan diri dengan antusias. Dengan tenang, ia masuk ke dalam kelas dan memilih tempat duduk di pojok kanan paling belakang. Setelah meletakkan tasnya, ia mengeluarkan sebuah novel dan mulai membacanya, tenggelam dalam cerita. Tiba-tiba, seorang gadis berdiri di depan mejanya dengan senyum ceria.

"Hai, nama kamu siapa?" sapa gadis itu dengan suara riang.

"Gue?" jawabnya singkat, mengangkat wajah dari novelnya.

"Iya, lu. Nama lu siapa?" gadis itu bertanya lagi, penasaran.

"Cari tahu sendiri." balas anak laki-laki itu dengan dingin, lalu berdiri dan keluar dari kelas.

"Yah, sok banget sih lu." gumam gadis itu, terlihat kesal.

Di ujung kelas, seorang gadis lain berteriak, "RAZENNN..."

"Berisik, lu Rin! Gue lagi kesel nih." jawab Razen sambil menghela napas.

"Kesel kenapa, sih?" tanya Rina penasaran, mencoba meredakan suasana.

"Tadi gue ajak kenalan cowok, eh sok jual mahal banget!" Razen mengeluh sambil mengerutkan kening.

"Sebentar... lu ajak kenalan cowok yang duduk di pojokan itu, ya?" Rina bertanya sambil mengerutkan alis, melihat ke sudut kelas.

"Iya, kenapa emang?"

"Oh, pantes. Dia emang susah berbaur. Ganteng sih, tapi anaknya dingin banget."

"Owalah, pantesan tadi dia cuma bilang, 'nanti tau sendiri' " Razen menjelaskan sambil tertawa kecil, meski masih ada rasa kesal di wajahnya.

Bel sekolah tiba-tiba berbunyi, menandakan pelajaran akan segera dimulai. Anak-anak bergegas duduk di tempat masing-masing. Seorang guru wanita masuk ke kelas dan berdiri di depan papan tulis.

"Selamat datang di SMA Gentara, ya anak-anak. Ibu adalah guru Matematika dan sekaligus wali kelas kalian. Nama ibu Bu Tiwi. Salam kenal ya."

"Iya, Bu Tiwi." jawab seluruh murid serempak.

"Baiklah, pertama-tama ibu akan absen kalian." lanjut Bu Tiwi sambil membuka buku absensinya.

"Baik, Bu." sahut para murid kompak.

Suasana kelas mendadak hening, hanya suara Bu Tiwi yang terdengar memanggil satu per satu nama murid. Ketika giliran namaku dipanggil, "Jonathan Zerin Tartama." aku mengangkat tangan, menarik perhatian Bu Tiwi yang langsung melihat ke arah pojok kanan belakang, tempat aku duduk sendirian.

"Hadir, Bu." jawabku singkat.

Sekilas, aku menangkap tatapan gadis yang tadi mengajakku berkenalan—Razen. Dia menoleh ke arahku lagi, tatapannya masih terasa aneh, seperti mengundang atau mungkin sekadar penasaran. Aku tidak tahu apa maksudnya, tapi tatapan itu membuat perasaanku tidak nyaman, seolah ada sesuatu dalam diriku yang ingin meledak.

"Razen Purnama Dinandita." panggil Bu Tiwi selanjutnya. Gadis itu mengangkat tangannya dengan percaya diri.

"Hadir, Bu." jawabnya dengan suara lantang, masih sambil melirik ke arahku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shadows Behind the MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang