Tidak tahu, tidak akan ia lihat. Di matanya hanya terdapat hamparan penuh hasrat. Entah kenapa Amerika melakukannya, melakukan ini kepadanya. Bohong, semuanya saja bohong. Darah, rasa marah, dan pengkhianatan seperti sebuah makan malam. Tapi ini adalah makan siang bagi sang pembohong. Amerika dengan ekspresi beringasnya, nafas yang menggebu, dan nafsu.
Alfred. America "Alfred" Kanner. Belahan jiwanya, cintanya yang abadi. Cintanya itu menyerangnya dengan penuh kebengisan. Indonesia seperti ingin muntah lintah dibuatnya. Ia tidak suka pembohong, dan Amerika adalah pembohong. Cintanya itu adalah pembohong bengis dibalik topeng sayang. Apa yang pria ini pikirkan?
"Kamu akan meninggalkanku," bisiknya. Amerika dengan mata merah menyala seperti hewan buas. Ia bukan Amerika yang ia kenal, dengan senyum tampan dan jiwa patriotiknya. "Jangan tinggalkan aku. Aku ingin kamu di sini, bersamaku. Kita akan mati bersama. Hades, Hela, siapapun dewa kematiannya, tidak akan bisa memisahkan kita."
"Pria gila!" ia berani mengeluarkan dua patah kata itu dengan cairan metalik yang bercucuran dari mulutnya. Jangan tinggalkan aku. Bohong. Amerika ingin meninggalkannya dengan segala kebohongannya. Pembohong ulung dengan topeng sayang miliknya. Pria brengsek dari barat. "Otakmu pasti sudah hangus, Ame!"
"Tapi kau mau 'kan bersama denganku, selamanya? Bukankah aku adalah cintamu. Indiës," suara parau miliknya bertutur. Bulu kuduk Indonesia naik seketika. Ia ingin bergerak, tapi dadanya yang telah tertancap belati tidak bisa diabaikan. Lama kelamaan ia akan kehilangan darahnya, dan mati. Jika itu akhirnya, maka ia akan menerimanya.
Jika bukan karena kehabisan darah, mungkin karena hipotermia. Kenapa juga psikopat ini memilih Siberia sebagai tempat kencan mereka? Suhu di bulan Februari membuatnya membeku. Amerika memang sudah tahu dengan kelemahannya. Pria pembohong brengsek. Semuanya sama saja.
"Seperti aku sudi bersama dengan seorang pembohong ulung biadab sepertimu!" ia berteriak dengan sisa-sisa tenaganya. Tapi, di dalam pikirannya ia memang ingin bersama Amerika. Membusuk bersama entah di Underworld maupun di Hellheimr. Ia tidak peduli. Asalkan bersama dengan yang dicintai, ia tidak peduli.
Namun mengingat kondisinya yang ditusuk oleh Amerika, ia mulai naik pitam. Orang ini telah menghancurkan hadapannya. Pria yang sebenarnya adalah cintanya malah berakhir membunuhnya. Lalu, untuk apa pertunangan, pernikahan, dan janji-janji mereka? Ini tidak adil. Indonesia juga ingin sebuah kejujuran.
"Kau, Ame, tidak ada bedanya dengan pria lain. Pembohong. Kau hanyalah pembohong besar yang bersembunyi dibalik kata cinta. Pembunuh," dengan suara serak ia berkata demikian. Ia sudah lelah. Amerika adalah satu-satunya, dan satu-satunya itu malah membunuhnya dengan cara seperti ini. "Aku tidak akan pernah mengaku bersama denganmu lagi, Alfred."
Jika sudah berbicara dengan nama manusia mereka, maka inilah akhir. Indonesia tidak suka dipanggil Kinan, begitu juga dengan Amerika yang tidak suka dipanggil Alfred. Jika membicarakan nama asli, pasti akan berujung dengan argumen. Inilah akhir, inilah takdir. Siapapun dewa yang merasa ini adalah takdir mereka layak mendapatkan apresiasi.
"Kinan. Kau akan meninggalkanku? Setelah semua yang kulakukan? Kinan, kita akan selalu bersama bukan? Jangan mengada-ada." Pria blonde itu mendekatkan wajahnya ke wajah tragedi Indonesia. "Kinan, kita ini pasangan. Kita akan selalu saling melengkapi seperti biasanya. Ya, 'kan? Kinan. Sayangku, hm?"
"Dalam mimpimu, Loki¹." Tubuhnya segera terkapar di lantai dengan darah yang masih segar. Mengalir seperti sungai majestik dalam mimpi. Indonesia mungkin akan mati, tapi dendamnya kepada sang pembohong ulung tidak akan hilang. Ia adalah pendendam, dan biarlah nama itu menyatu dengan dirinya.
Rambut putihnya bersatu dengan darah dan lantai beku di Siberia. Amerika menatapnya dengan mata yang kembali seperti semula, kuning emas. Dan perlahan, pengelihatan Indonesia semakin mengabur. Seolah-olah ia akan bertemu dengan juri-juri akhirat, atau mungkin anjing-anjing neraka.
"Kenapa kamu meninggalkanku, Kinan? Bukankah kita ini pasangan." Hanya itu yang bisa Indonesia dengar dengan setiap indra nya yang mulai meredup. Pasangan dalam mimpimu. Semuanya telah berakhir ketika kamu mengutarakan satu kebohongan. Ia ingin berkata demikian, tapi sepertinya kematian telah datang dengan kereta kudanya di altar.
Ia selalu berpikir bahwa jika ia mati, akan terdapat berbagai hal dahsyat yang menimpa bumi. Seperti tsunami, longsor, gempa, dan gunung yang bergemuruh mengeluarkan lahar. Tapi sepertinya itu semua hanyalah karangan nenek moyang semata. Karena sekarang ia benar-benar menyatu dengan yang dibencinya, musim dingin. Kematian di musim dingin.
-Winter.
Ia berada di altar kematian, membawa sebuket bunga mawar hitam. Di telinganya, terselip bunga lili dan bunga sri pagi. Tidak ada yang tahu siapa dirinya. Ia hanyalah seseorang yang berdiri di altar kematian memakai jas pernikahan putih yang ternodai darah, beserta bunga yang dibawa. Seperti seorang pengantin.
Wajahnya tertutup, tentu saja. Ia mungkin sedang menunggu cintanya yang tidak kunjung berpulang, begitulah pikiran hantu lainnya. Tapi disini ia hanya menunggu, menunggu sapaan dari kematian. Mungkin sebuah balasan saja sudah cukup. Entah satu kata maupun dua kata. Ia tidak pilih-pilih soal jawaban.
"Menungguku?" seseorang yang juga memakai jas pernikahan tapi berwarna hitam bertanya. Kematian. Netherlands "Johann" Alexandria. Pria itu membalas suratnya, surat dari seorang hantu penuh dendam yang 'tak kunjung pergi ke kejaksaan kematian. Dirinya, surat darinya. Dari Indonesia "Kinan" Yudhistira.
"Aku tidak tahu harus berkata apa, Johann." Pria yang dipanggil Johann hanya tersenyum. "Kamu membalas ku, membalas surat tanpa nama dariku. Kamu memang benar-benar kematian yang didambakan. Terimakasih, Johann."
"Tidak masalah, Indiës. Mari, kita pergi." Ia mengulurkan tangannya yang terbalut sarung tangan hitam kepada Indonesia. Beruntung pria ini tidak memanggilnya dengan sebutan Kinan. "Kita akan pergi sebelum semuanya menjadi kacau. Ke tempat dimana kamu akan menemukan kebohongan, tapi juga sebuah cinta dan kejujuran."
"Tempat yang seperti mimpi," ia menyahut setelah menerima uluran tangan Belanda. "Tunjukkan kepadaku mimpi itu, Johann."
Belanda tersenyum sebelum membalas, "Tentu saja. Mimpi itu sudah dipastikan sesuai dengan apa yang kamu harapkan." Ia mencium tangan Indonesia sebelum memasuki sebuah pintu besar dengan dua ksatria Yunani sebagai penjaga pintu. "Percayalah kepada Johann ini, Indiës."
"Percaya. Kata yang rumit."
-
¹; Referensi dari mitologi Nordik yang menyatakan bahwa Loki adalah dewa kejahilan dan kebohongan. Dalam kata lain, Indonesia menyebut Amerika sebagai "Dewa Pembohong".
A/N;
I'm back, baby. Let's see which one is going to be Indiës' love interest.
_HYX
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Lies || CH
Fanfiction"I'm back, with your lies." Bohong. Amerika pergi membawa kebohongannya, bersama dengan dirinya. Berbohong lah, dan ia tidak marah. Ia kesal. Ia merasa dikhianati. Hei, salahkah baginya untuk berharap kepada yang dicinta. Ia pun tidak tahu. Pergilah...