Chapter Tujuh

10 2 0
                                    

Saint Pov

Hari ini aku sendirian menjaga mae di kamar inap rumah sakit dikarenakan phi Billy ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan. Sebenarnya aku malas menjaga mae di rumah sakit ini karena aku tidak mau bertemu dengan phi Peak apalagi hari ini ada jadwal berkunjung untuk memeriksa mae.

"Nak, kamu sendirian saja. Kemana phi kamu?", sahut mae. Semenjak kehadiranku di rumah sakit ini kesehatan mae semakin membaik dan aku berharap sebentar lagi mae bakal keluar dari rumah sakit ini agar aku tidak bertemu lagi dengan phi Peak. Jujur hati aku tidak tenang lama-lama berada di rumah sakit ini karena harus bertemu dengan phi Peak.

"Phi nanti ke sininya mae karena ada urusan dulu", sahutku

"Mae merepotkan kalian berdua ya. Tidak hanya Billy bahkan kamu jauh-jauh dari Inggris datang untuk menemani mae", sahut mae dengan nada dan wajah sedih

"Itu sudah tugas aku dan phi Billy untuk menjaga dan merawat mae di rumah sakit ini. Khan waktu kita sakit saat kecil dulu mae yang selalu menjaga dan merawat mae dan sekarang giliran aku dan phi Billy yang menjaga dan merawat mae saat sakit seperti ini. Mae cepat sembuh ya. Aku tidak bisa melihat mae seperti ini. Pokoknya setelah mae sembuh aku tidak akan mengijinkan mae lagi berjualan. Bukannya uang yang aku kirim setiap bulan untuk mae lebih dari cukup supaya mae tidak perlu lagi berjualan. Aku akan menambahkan lagi uang bulanan untuk mae setiap bulan agar mae tidak usah bekerja lagi", sahutku

"Tidak usah nak. Uang yang kamu kirimkan untuk mae sudah besar dan mae tidak mau merepotkan kamu lagi nak. Mae memilih berjualan karena mae bosan kalau tidak melakukan apapun", sahut mae

"Tapi itu membuat mae capek dan aku tidak mau hal itu terjadi lagi sama mae. Aku tidak mau kehilangan mae seperti aku kehilangan pho saat kecil. Mae adalah segalanya bagiku", sahutku

"Kamu tenang saja nak. Mae tidak akan pernah meninggalkan kamu sama sekali. Sekarang pun mae sudah merasa sehat kok. Semua ini berkat dokter Peak yang sudah merawat mae dengan baik. Seandainya saja kamu belum menikah mae berencana menjodohkan kamu dengan dokter Peak karena mae melihat kalau kamu dan dokter Peak adalah pasangan yang cocok", sahut mae. Memang mae dan phi Billy tidak tahu siapa sebenarnya phi Peak karena saat aku berpacaran dengan phi Peak kami melakukannya secara backstreet karena itu adalah keinginannya phi Peak.

Awalnya aku mengira phi Peak sengaja melakukan itu untuk menjaga aku karena saat itu hubungan sesama jenis masih banyak orang yang tidak menyukainya tetapi ternyata apa yang dilakukan phi Peak sama aku untuk berpacaran hanya sandiwara saja. Phi Peak bertaruh dengan teman-temannya apakah bisa mengajak aku berpacaran atau tidak. Aku hanya dijadikan bahan taruhan sama phi Peak dan teman-temannya dan lebih menyakitkan aku melihat phi Peak berciuman dengan phi Mayda padahal saat itu kata phi Peak kalau sudah putus dengan phi Mayda tetapi ternyata tidak sama sekali dan akulah yang pecundang dijadikan bahan taruhan.

"Selamat pagi, gimana kondisi anda hari ini nyonya Pasiri?", tanya phi Peak masuk ke dalam kamar inap bersama seorang perawat cewek untuk memeriksa mae. Sebelum memeriksa mae phi Peak melirik ke arahku dan aku diam saja. Aku sama sekali tidak peduli dengan keberadaan phi Peak.

Ketika phi Peak sedang memeriksa mae tiba-tiba handphone aku berbunyi dan itu berasal dari Creamy istriku. Aku langsung mengangkat telpon dari istriku.

"Halo sayang", sahutku dan langsung phi Peak menoleh ke arahku. Aku langsung memutuskan keluar dari kamar inap.

"Halo sayang, gimana keadaan mae hari ini?", tanya Creamy dengan nada khawatir. Walaupun Creamy belum pernah bertemu dengan mae tetapi Creamy sangat sayang sama mae.

"Sudah mulai membaik sayang. Semoga tidak lama lagi mae bisa keluar dari rumah sakit ya sayang. Kamu menelpon aku ada apa sayang? Apakah Win baik-baik saja sayang?", sahutku

"Win baik-baik saja kok sayang. Aku nelpon mau minta tolong sama kamu sayang belikan susu formula dan bubur bayi untuk Win ya sayang", sahut Creamy

"Tapi susu formula yang biasa Win minum dan bubur bayi yang Win biasa makan tidak ada di sini sayang", sahutku

"Iya aku tahu sayang. Beli saja yang kandungannya sama sayang. Untungnya Win tidak alergi sama apapun sayang", sahut Creamy

"Ya udah, nanti aku belikan ya sayang. Kamu sendiri mau titip sesuatu tidak sayang?", sahutku

"Aku titip belikan makanan khas Thailand saja ya sayang. Aku ingin mencoba makanan khas Thailand yang dijual orang lain ya sayang", sahut Creamy

"Boleh sayang. Apa yang tidak untuk istriku yang paling cantik sedunia", sahutku dengan nada memuji

"Dasar gombal. Ya udah, kamu di sana jangan lupa makan juga sayang. Jangan sampai kamu sakit saat menjaga mae ya sayang", sahut Creamy

"Siap sayangku. Ya udah aku mau jaga mae lagi ya sayang. Ini aku lagi di luar kamar inap karena mae sedang diperiksa sama dokter", sahutku

"Baiklah sayang. I love you", ujar Creamy

"I love you too", sahutku

"Romantis sekali kamu nong", sahut phi Peak yang tiba-tiba sudah berdiri di samping aku tanpa perawat cewek tadi

"Jelas dong dok. Khan sama istri sendiri. Ohya gimana keadaan mae aku dok. Kapan kira-kira mae bisa keluar dari rumah sakit?", ujarku

"Sepertinya kamu ingin sekali mae kamu keluar dari rumah sakit. Pasti kamu ingin supaya tidak bertemu aku lagi khan nong. Gimana caranya kamu bisa memaafkan aku nong?", sahut phi Peak sambil menatap mataku

"Tentu saja aku ingin mae cepat keluar dari rumah sakit karena aku ingin mae cepat sehat bukan karena tidak ingin bertemu dengan dokter. Sudah lama aku memaafkan dokter kok lagipula aku juga sudah melupakan kejadian itu karena kini aku sudah mendapatkan kebahagiaan aku sendiri. Bagi aku kejadian itu sebagai pelajaran yang sangat berharga hingga kini kalau jangan terlalu percaya sama orang lain walaupun orang itu kerabat dekat kita atau pacar sekalipun", sahutku dengan nada dan wajah tenang. Aku memilih tidak emosi dalam menghadapi phi Peak.

"Kamu menyindir aku nong dengan apa yang sudah aku lakukan sama kamu di masa lalu. Itu berarti kamu belum sepenuhnya memaafkan aku nong", sahut phi Peak

"Maaf nih dok pertanyaan aku belum anda jawab. Kapan kira-kira mae bisa pulang dari rumah sakit?", sahutku

"Besok mae kamu sudah bisa pulang nong tapi setiap minggu tetap harus kontrol rawat jalan", sahut phi Peak

"Oh gitu. Kalau begitu aku masuk dulu ya dok karena kasihan sama mae", sahutku yang langsung masuk ke dalam kamar inap tanpa memberikan kesempatan phi Peak untuk ngomong lagi

You're My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang