Setelah Maddy meninggalkan mansion Davidson kehidupan Xavier telah berubah sepenuhnya. Tidak ada lagi Xavier anak baik yang dikenal oleh semua orang karena bagi mereka nama XAVIER DAVIDSON adalah sebuah peringatan yang menakutkan.
Sang tirani kejam...
Xavier menatap heran pada istrinya yang sejak kemarin malam tampak murung, bahkan mengabaikannya yang berusaha menarik perhatian.
Xavier mendekati Rosaline dan memeluknya dari belakang,
"Apa yang terjadi? Mengapa terlihat murung?" Tanya Xavier seraya mengeratkan pelukannya dan mengecup pipi Rosaline berulang kali.
Rosaline menggeleng kecil, dan berusaha melepaskan pelukan Xavier di tubuhnya.
"Aku tak akan melepaskannya, sebelum istriku menjelaskan padaku."ujar Xavier kukuh.
Rosaline membuang nafasnya dan tanpa melepaskan pelukan Xavier padanya ia memutar tubuhnya hingga kini berada di pelukan Xavier, Rosaline menyenderkan kepalanya pada dada bidang milik suaminya.
"Ibu bertanya apa aku sudah memiliki tanda-tanda kehamilan." Cerita Rosaline pada akhirnya membuat Xavier mengerti penyebab istrinya murung.
"Apa aku harus menegur ibu untuk tidak menanyakan hal ini?" Tanya Xavier sembari mengecup kening Rosaline pelan.
Rosaline menggelengkan kepalanya dan menatap Xavier.
"Tidak perlu, karena aku mengerti pastinya ibu menantikan cucu pertamanya. Tak apa, kita semua memang menunggu kehadiran penerus Duke Davidson."
Xavier mengangguk dan mengelus pipi Rosaline lembut.
"Tak perlu terlalu dipikirkan, aku tak ingin kau menderita. Kita akan mencari cara, dan cara yang pertama adalah 'berusaha' " Xavier menatap Rosaline dengan tatapan mata yang menggoda membuat Rosaline tertawa dan mengerti apa yang dimaksud 'berusaha' itu.
Entah telah berapa lama keduanya berada di dalam kamar, hingga matahari terbenam pun tak ada satupun salah satu dari mereka membuka mata. Rosaline yang kelelahan pun melanjutkan tidurnya sedangkan Xavier tetap berada diatas ranjang memandang kecantikan istrinya.
Merasa cukup, Xavier pun bangkit dan membersihkan dirinya kemudian pergi menuju ruang kerjanya. Diperjalanan ia bertemu dengan sang ibu yang menanyakan keberadaan Rosaline, melihat Xavier yang salah tingkah membuat Maddy mencubit kecil lengan putranya.
"Jangan memaksa menantuku, kau ini astaga!"
Sedangkan Xavier hanya tertawa malu karena merasa kasihan pada istrinya yang harus kelelahan menurutinya.
"Ibu, apa paman sudah membicarakan tentang kemunduran paman sebagai Kaisar?"
Maddy mengangguk dan menatap Xavier dengan tatapan bertanya.
"Bagaimana dengan ayahmu? Apakah dia sudah memberi tau padamu untuk tak perlu mengantarku kembali?"
"walaupun ayah sendiri yang datang menjemput ibu, tetapi aku tetap akan merasa khawatir. Jadi, aku dan istriku akan mengantar kalian berdua." Ujar Xavier yang ditanggapi senyuman oleh Maddy.
"Aku bahkan belum memikirkan kepulangan kami, bahkan ayahmu kami masih belum ada disini."
Dikarenakan rencana Vernon yang terlalu 'mendadak' dan ditambah dengan keputusan ayahnya yang tiba-tiba datang bersama adiknya mampu membuat Xavier mau tak mau mengadakan pesta kecil-kecilan di mansion Davidson yang akan diadakan esok hari.
Vernon dengan tanpa rasa bersalah, mendesak Xavier agar segera menyiapkan semua kebutuhan pesta dalam waktu satu malam dan hal itu mampu membuat Xavier kalang kabut jika saja tidak dibantu oleh kepala pelayan serta istrinya.
Alasan Vernon sendiri, karena dengan pesta itu dia dapat segera fokus untuk memikirkan Kian dengan cepat membuat Kian naik takhta. Walaupun, Vernon tak kenal dekat dengan putra mendiang saudaranya. Namun, Vernon mengerti bahwa Kian dan Xavier tumbuh bersama di medan perang hingga Vernon tau betul bagaimana keterampilan dari keponakannya itu.
Semenjak Kian ditangkap hingga saat ini, Vernon memberikan masa hukuman pada Kian dengan tidak mengizinkan Kian untuk keluar dan mendatangkan tutor terbaik untuk membantu kian belajar mengenai struktur kekaisaran dalam waktu singkat.
Keesokan harinya, kediaman Davidson tampak di hiasi dengan bunga-bunga yang indah disetiap sudut mansion milik Davidson.
Kini di sana, terdapat Maddy serta Rosaline yang mengenakan gaun dengan sangat cantik dan anggun. Sedangkan disisi lain terdapat seorang pria tampan dan gagah dengan pakaian yang serasi dengan warna gaun milik Maddy tengah duduk berbincang.
Kedua orang yang tak nampak menua itu saling menatap satu sama lain dengan senyuman, Eric menatap Maddy dengan penuh kerinduan.
Maddy tersenyum dan mengusap pipi Eric dan menatap kedua mata indah miliknya, William ikut memeluk tubuh sang ibu yang telah pergi selama berbulan-bulan untuk mengunjungi sang kakak dengan penuh kerinduan, Xavier dan Rosaline menatap keduanya penuh haru.
"Aku sangat bahagia karena akhirnya, ibu benar akhirnya merasakan dicintai dengan tulus." Gumam Xavier yang masih di dengar oleh Rosaline.
Rosaline menggapai tangan Xavier dan menggenggamnya erat seakan mengatakan padanya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Xavier tersenyum dan membalas genggaman tangan milik istrinya.
Eric menoleh dan berjalan mendekati Xavier bersama istrinya.
"Apa kabar nak? Lama tidak berjumpa." Sapa Eric.
Xavier memeluk erat tubuh pria yang menjabat sebagai penyihir agung itu.
"Aku baik ayah. Apakah ayah sehat? Bagaimana dengan penelitian ayah?" Keduanya berbincang dan sesekali Eric bertanya pada menantunya.
Maddy yang melihat itu dari kejauhan hanya mampu tersenyum kecil melihat kedekatan suaminya beserta anak-anaknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.