BAB 3 : A Step Beyond Reality

1 0 0
                                    

Dalam sebuah pondok kecil yang remang-remang, cahaya bulan memancar samar melalui celah-celah jendela kayu. Di atas kasur sederhana yang tampak usang, Azure Moon terbaring sendirian. Gaun biru elegannya masih tampak indah, meski noda darah yang mengering di bagian perut kiri menunjukkan bekas luka yang pernah ia alami. Anehnya, rasa sakit itu tak lagi ada.

Azure membuka matanya perlahan, menatap langit-langit pondok dengan kebingungan. Perutnya, yang semestinya terasa nyeri akibat tusukan, kini terasa normal, seperti tidak pernah terluka. Dia memeriksa bekas darah di gaunnya, mengusap perutnya, dan yang mengejutkan—luka itu sudah sembuh sepenuhnya.

"Apa... bagaimana mungkin?" gumam Azure, bingung dengan situasi ini. Dia masih bisa mengingat dengan jelas saat-saat terakhir sebelum kesadarannya hilang—Angel, pria misterius yang menutupi wajahnya, dan tusukan yang hampir membuatnya tak sadarkan diri. Tetapi sekarang, di tempat yang asing ini, lukanya sudah sembuh total.

Pondok itu sunyi. Tidak ada suara lain selain desahan lembut angin yang menerobos melalui celah dinding kayu. Di sekitarnya, tidak ada tanda-tanda kehidupan, hanya perabotan kayu sederhana dan dinding yang tampak tua. Meja kayu kecil dan kursi yang sudah usang berada di sudut ruangan, semuanya tampak seperti berasal dari masa lalu.

Azure mencoba duduk, meskipun tubuhnya masih terasa lemah. "Di mana aku?" pikirnya, memandang ke sekeliling pondok yang asing. Tidak ada cermin, tidak ada alat-alat modern. Bahkan benda-benda di dalam ruangan itu terasa begitu berbeda dan kuno.

Kalung permata biru yang selalu dia kenakan memancarkan sinar redup di tengah kegelapan ruangan, seolah berusaha mengingatkannya akan sesuatu. Azure menggenggam kalung itu, mengingat kembali momen ketika cahaya kalung tersebut bersinar terang sebelum dia kehilangan kesadaran.

Tiba-tiba, suara yang sudah familiar terdengar di kepalanya, seperti bisikan halus yang sudah sering ia dengar.

"Tenanglah, Azure. Kamu sudah selamat... untuk saat ini."

Azure menutup matanya, berusaha mengendalikan pikirannya. Suara itu, meskipun misterius, sudah menjadi bagian dari hidupnya. "Selamat?" pikir Azure. "Dari apa? Dan di mana aku sekarang?"

"Kamu telah berpindah dunia, Azure," jawab suara itu dengan tenang. "Ini bukan lagi dunia yang kau kenal. Ini adalah dimensi lain, dan kau harus segera bangkit. Waktu tak berpihak padamu."

Azure mengerutkan alisnya, merasa semakin bingung. Dimensi lain? Suara itu terdengar masuk akal, tapi sulit baginya untuk memproses semuanya. Meski begitu, dia tahu dia tak punya pilihan selain mendengarkan.

Azure mencoba berbicara dengan suara itu melalui pikirannya, bertanya-tanya apa yang harus dia lakukan. Namun, di tengah kebingungan, dia mendengar derap langkah kaki mendekat. Suara itu seolah membungkam setiap percakapan di dalam kepalanya, dan Azure langsung siaga.

Langkah kaki itu semakin mendekat, bergema di udara malam yang sunyi. Azure menahan napas, mencoba menenangkan detak jantungnya yang mulai berdetak lebih cepat. Pintu pondok terbuka perlahan, dan muncullah seorang pria di ambang pintu.

Dia tampak tinggi dan tegap, sosoknya hampir menyatu dengan kegelapan malam. Rambut panjangnya berantakan, sebagian menutupi wajahnya. Namun, yang paling mencolok adalah mata merah menyala yang tampak bersinar di balik helai rambutnya. Mata itu menatap langsung ke arah Azure, dengan ekspresi yang tidak sepenuhnya bisa ditebak.

Pria itu tampak ragu, seolah sedang berjuang untuk berkata sesuatu. Suaranya terdengar gugup ketika akhirnya dia membuka mulut. "Apa... apa kau baik-baik saja?" tanyanya dengan nada gelisah, namun terlihat ada kekhawatiran di balik pertanyaannya.

Azure tetap waspada, tak langsung menjawab. Pria di depannya tampak asing dan mengintimidasi, meski ada sesuatu yang membuatnya tidak sepenuhnya merasa terancam. Dia memandang pria itu dengan cermat, masih menggenggam kalung birunya yang terasa hangat di telapak tangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Azure Moon : The Veil of ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang