Bab 2

159 24 0
                                    

Hari itu, Avaya dan timnya tiba di lokasi proyek yang sedang berjalan. Ini adalah hari yang besar bagi perusahaannya, dan sebagai salah satu anggota tim yang bertanggung jawab, Avaya harus memastikan semuanya berjalan lancar. Matahari bersinar terik, memantulkan cahaya di atas helm proyek yang mereka kenakan. Mereka mulai melakukan pengecekan, berbicara dengan kontraktor dan meninjau cetak biru.

Di tengah perjalanan antara satu site ke site lainnya, pandangan Avaya teralih ke arah sebuah kafe kecil di sudut jalan. Dari balik kaca mobil yang melaju, ia melihat sekilas sosok yang tidak asing baginya—seorang pria tinggi dengan postur tegap, merangkul pinggang seorang wanita berambut panjang. Mereka tampak akrab, tertawa pelan sambil berjalan masuk ke dalam kafe.

“Areksa?” Avaya berbisik pada dirinya sendiri, alisnya mengerut. Dia yakin itu Areksa, tapi pemandangan itu berlalu terlalu cepat untuk dia pastikan.

Dia mencoba mengabaikan apa yang baru saja dilihatnya, berpikir mungkin hanya bayangan yang keliru. Namun, perasaan tidak nyaman mulai merayap di benaknya. Jika benar itu Areksa, apa yang dia lakukan dengan wanita lain? Apakah Mira tahu? Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal itu. Dia punya pekerjaan yang harus diselesaikan dan fokusnya sekarang harus ada di proyek.

Sepanjang hari, Avaya berusaha mengalihkan pikirannya dari sosok yang dilihatnya tadi. Setiap kali bayangan Areksa dan wanita itu kembali di pikirannya, dia mencoba untuk membenamkan diri dalam pekerjaan. Dia tahu Mira benar-benar menyukai Areksa dan dia merasa bertanggung jawab untuk memastikan Mira tidak terluka. Namun, tanpa bukti pasti, dia tidak bisa membuat tuduhan begitu saja.

***

Malamnya, setelah tender besar yang dikerjakannya selama berminggu-minggu berhasil dimenangkan, tim Avaya memutuskan untuk merayakannya di sebuah club malam di pusat kota. Avaya sendiri sebenarnya tidak terlalu suka dengan suasana berisik seperti itu, tapi untuk menghormati rekan-rekan kerjanya, dia ikut serta.

Suara musik keras memenuhi ruangan, lampu-lampu berkilauan dan atmosfer penuh dengan tawa serta perayaan. Avaya duduk bersama timnya, minum anggur merah sambil sesekali ikut berbincang dengan mereka. Namun, ketika dia memandang sekeliling ruangan, hatinya langsung tersentak.

Di sudut ruangan, tidak jauh dari tempatnya duduk, terlihat Areksa. Dia mengenakan kemeja hitam, tampak begitu santai dengan segerombolan teman-temannya. Akan tetapi yang paling menarik perhatian Avaya adalah seorang wanita yang duduk di pangkuan Areksa, tertawa sambil melingkarkan lengannya di leher pria itu. Wanita itu mengenakan gaun merah ketat, tampak sangat nyaman berada di posisi tersebut.

Amarah langsung mengalir di tubuh Avaya. Bagaimana bisa? Hanya beberapa hari yang lalu Areksa ada di rumahnya bersama Mira, terlihat manis dan penuh perhatian. Dan sekarang, di sini dia, di tempat ini, dengan wanita lain seolah-olah Mira tidak ada.

Dia ingin langsung mendatangi Areksa dan mempertanyakan semua ini, tetapi Avaya tahu itu bukan ide yang baik. Jadi, dengan hati-hati, Avaya mengeluarkan ponselnya dan merekam adegan tersebut dari jauh. Dia perlu ini untuk membuktikan pada Mira bahwa Areksa bukanlah pria yang dapat dipercaya.

Sesekali, Avaya melirik Areksa untuk memastikan pria itu tidak menyadari keberadaannya. Namun, di tengah kekacauan musik dan sorotan lampu, Areksa tampaknya menyadari sesuatu. Tatapannya tiba-tiba terarah ke Avaya, dan mata mereka bertemu sejenak. Ada sesuatu dalam cara Areksa menatapnya—senyum miring yang tidak pernah berubah. Seolah-olah dia tahu Avaya sedang mengawasinya.

Jantung Avaya berdebar lebih cepat. Dia segera mengalihkan pandangan, berpura-pura tidak melihatnya. Dengan tenang, dia menyimpan ponselnya kembali di dalam tas, berusaha tetap tenang meskipun perasaannya mulai berkecamuk. Dia merasa Areksa telah membaca niatnya dan entah bagaimana pria itu kini waspada terhadapnya.

Areksa #Love Trap Series 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang