Bab 5

148 16 0
                                    

Mira duduk di sofa mewah apartemen Areksa, tangannya bermain-main dengan ujung rambutnya yang ikal. Wajahnya yang biasanya ceria kini sedikit cemberut, memancarkan kekecewaan. Di sebelahnya, Areksa duduk dengan santai, satu tangan meraih remote TV, sementara tangan lainnya bermain di ponselnya. Mereka telah menghabiskan beberapa jam bersama, namun suasana hati Mira tampak tidak setenang biasanya.

"Aku bener-bener nggak habis pikir sama Kak Ava," keluh Mira, menggigit bibirnya kesal. "Sekarang dia bikin aturan baru, aku nggak boleh pulang lebih dari jam tujuh malam. Ini gila, kan? Aku kayak anak kecil yang dikekang!"

Areksa menurunkan ponselnya, lalu menoleh ke arah Mira dengan senyum tipis. "Oh ya? Kenapa tiba-tiba?"

Mira mendesah keras, menyandarkan tubuhnya ke sofa dan memeluk bantal. "Dia bilang itu untuk keamanan, tapi aku tau dia nggak suka sama hubungan kita. Kak Ava selalu bikin alasan buat mempersulit aku ketemu sama kamu."

Areksa mengangkat alis, senyumnya masih terpatri di wajahnya. "Mungkin dia cuma peduli sama kamu, Mira. Nggak mau kamu ketemu cowok yang salah."

Mira langsung menoleh ke arahnya, matanya berbinar marah. "Tapi, kan, kamu bukan cowok yang salah! Kamu baik, kamu selalu jagain aku. Kak Ava cuma nggak ngerti. Kalau dia mau lebih kenal sama kamu, dia pasti nggak mikir yang aneh-aneh lagi tentang kamu."

Areksa tertawa kecil, menurunkan remote TV-nya dan menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Sayangnya, dia nggak gampang percaya sama orang kayak aku, Mira."

Mira terdiam sejenak, merenung. Matanya berputar ke langit-langit apartemen Areksa, lalu tiba-tiba dia tersenyum lebar seolah mendapatkan ide brilian. Dia berbalik menghadap Areksa, kedua matanya berbinar penuh antusiasme.

"Aku punya ide!" ujarnya penuh semangat, melompat duduk lebih dekat ke Areksa. "Kayaknya kamu harus cari cara buat bikin Kak Ava percaya kalau kamu itu cowok yang baik. Kamu harus berusaha ambil hati Kak Ava, biar hubungan kita direstui."

Areksa tertawa lebih keras kali ini, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Ambil hati dia? Serius? Kamu tau dia benci sama aku, kan?"

Mira menggeleng cepat. "Nggak, Kak Ava nggak benci sama kamu. Dia cuma nggak kenal kamu dengan baik. Kalau kamu bisa nunjukin sisi lain dari diri kamu yang dia belum tau, aku yakin Kak Ava bakal berubah pikiran."

Areksa memandang Mira dengan penuh keingintahuan. Gagasan itu terdengar konyol baginya pada awalnya, namun makin ia memikirkannya, makin masuk akal. Jika dia bisa mendapatkan kepercayaan Avaya, itu akan menjadi langkah besar untuk memperkuat posisinya dengan Mira. Selain itu, ada sesuatu dalam cara Avaya memandangnya-tatapan dingin penuh kebencian itu justru memicu tantangan dalam dirinya.

"Dan gimana caranya menurut kamu aku bisa ambil hati dia?" Areksa bertanya, lebih tertarik dengan ide tersebut daripada yang dia akui.

Mira tersenyum, seolah sudah memikirkan rencananya dengan matang. "Aku kenal Kak Ava lebih baik dari siapa pun. Dia nggak suka cowok yang arogan atau suka pamer. Jadi, kamu harus lebih sopan kalau ketemu sama dia, tunjukkan kalau kamu peduli sama aku dengan cara yang lembut. Bawa sesuatu buat Kak Ava, kayak makanan kesukaannya atau bantuin dia kalau dia lagi butuh sesuatu."

Areksa mendengarkan dengan seksama, menimbang-nimbang saran dari Mira. Meskipun terdengar sederhana, rencana itu punya potensi besar. Dengan memainkan peran sebagai pria yang baik di depan Avaya, Areksa bisa membalikkan persepsi Avaya tentang dirinya. Dan, tentu saja, itu akan membuat Mira makin tergantung padanya.

"Jadi, kamu mau aku pura-pura baik di depan Kak Ava, ya?" Areksa mengangkat sebelah alis, seolah ingin memastikan apakah ini benar-benar rencana yang Mira maksudkan.

Mira mengangguk dengan antusias. "Nggak pura-pura juga sih maksudnya! Kamu cuma perlu jadi diri kamu yang sebenernya... tapi dengan lebih kalem." Mira tertawa kecil, menyenggol Areksa dengan bahu. "Kak Ava suka orang yang bisa diandelin, yang nggak banyak gaya."

Areksa mengusap dagunya sambil tersenyum sinis. "Menarik. Jadi, aku harus tunjukin kalau aku bisa jadi cowok yang baik, sopan dan penuh perhatian... di depan dia."

"Persis!" Mira bersorak senang, merasa ide briliannya akan berhasil. "Aku yakin begitu dia lihat kamu serius sama aku, dia bakal setuju sama hubungan kita."

Areksa menatap Mira beberapa detik, lalu akhirnya dia tertawa kecil. "Oke, kalau gitu. Aku akan coba. Tapi jangan salahin aku kalau hasilnya nggak seperti yang kamu harepin."

Mira menggeleng yakin, tatapan matanya penuh keyakinan. "Aku tau kamu bisa ngelakuinnya. Dan aku yakin Kak Ava akan melihat sisi baik kamu, kalau kamu ngasih dia kesempatan."

Areksa tersenyum, tapi dalam pikirannya, dia sudah menyusun rencana yang lebih dalam. Dia tidak hanya akan membuat Avaya percaya kalau dia adalah pria yang baik, tapi dia akan memanfaatkan situasi ini untuk mendekati Avaya lebih jauh. Wanita itu mungkin keras kepala, tapi Areksa tahu bahwa dia punya daya tarik yang bisa membuat wanita manapun jatuh dalam perangkapnya, termasuk Avaya.

Setelah beberapa saat terdiam, Areksa akhirnya berkata, "Oke, aku akan mulai dari hal kecil. Kita lihat gimana reaksinya nanti."

Mira tersenyum lebar, merasa menang dengan rencana barunya. Dia yakin Avaya akan menyadari bahwa Areksa adalah pria yang baik dan dengan itu, semua masalah akan selesai. "Aku yakin Kak Ava akan berubah pikiran secepat itu!"

Malam itu, Mira pulang dengan senyuman di wajahnya, puas karena Areksa setuju untuk mencoba mengambil hati Avaya. Dia merasa seolah masalah mereka akan segera selesai dan hubungan dengan Areksa akan mendapat restu yang diharapkannya. Namun, dia tidak menyadari bahwa di balik senyum lembut Areksa, ada rencana lain yang jauh lebih kompleks.

Di apartemennya, Areksa duduk sendirian di sofa, memikirkan langkah berikutnya. Rencana yang dibuat Mira memang masuk akal, tetapi bagi Areksa, ini lebih dari sekadar mendapatkan restu Avaya. Dia tertarik pada tantangan yang diberikan Avaya-tatapan dingin, ketidakpercayaan dan sikap waspada wanita itu membuatnya makin ingin menaklukkannya. Bila dia bisa mendapatkan Avaya di bawah kendalinya, bukan hanya Mira yang akan tunduk padanya, tetapi seluruh situasi ini akan berpihak padanya.

Areksa tersenyum sinis dalam kesunyian malam itu. Ini akan menjadi permainan yang menarik, dan dia sudah tidak sabar untuk melihat bagaimana semuanya akan berakhir.

To be continued...

Si Mira, kucing malah dikasih ikan, yakali nggak langsung dia hap!

Areksa be like: gak dapet adeknya, kakaknya pun jadi, buahaha.

Baca Part selanjutnya di Karyakarsa ya, lihat gimana brutalnya si brondong ini.

Baca Part selanjutnya di Karyakarsa ya, lihat gimana brutalnya si brondong ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Areksa #Love Trap Series 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang