Menyelamatkan diri

10 3 2
                                    

Feiyu masih dalam suasana hati yang buruk, wajahnya memang terlihat biasa tapi matanya menatap tajam pada jalan didepannya, itu sebenarnya cukup membuat canggung dan aneh, tepatnya kapan terakhir kali Feiyu berekspresi seperti itu?

"Feiyu," panggil Reyhan.

Ini bukan seperti Reyhan belum pernah melihatnya seperti itu tetapi perubahan sikap ini pasti pemicunya adalah ranjau yang muncul.

Awalnya Feiyu diam, ia tidak bicara apapun dan malah terkesan jauh sekali tetapi setelah 15 menit Feiyu menoleh pada Reyhan.

"Kesini," ucapnya.

Reyhan menurut dan kepalanya ia condongkan kedepan, "apa?"

"Pindah kesini dan ambil earphone punya gue dibawah," jawab Feiyu.

"....."

"Kenapa?" tanya Feiyu lebih singkat.

"Oke."

Reyhan harus sedikit merunduk dan bahkan terhimpit selagi mengambilnya. Feiyu tidak begitu memperhatikan jalan dan malah melihat Reyhan, setelah itu tiba tiba saja mobil menabrak sesuatu dengan keras.

BRAKKK!

KRAKK KRAKKK

Duk!

Kepala Reyhan terantuk dashbor dan Feiyu segera mengerem mendadak, itu cukup keras dan mengagetkan, membuat semua orang terbangun dan segera kedepan.

Feiyu membantu Reyhan untuk duduk dengan baik dan melihat ke depan, ternyata mereka menabrak barikade dari pembatas, untungnya mereka menabrak yang pertama atau jika tidak Barikade kedua pasti akan membuat mereka mengalami luka yang serius.

Feiyu melihat bahwa barikade ini untuk mencegah, sepertinya itu dibuat sebelum mengetahui kota A dan B sudah terjangkit. Mereka tidak bisa meneruskan menggunakan mobil walau sebenarnya mereka masih bisa menerobos di celah kecil.

"Kakak Fei, ada apa denganmu? Menabrak begitu keras, kami masih ingin hidup!" Ucap Reyna dengan kesal, ia bahkan terantuk dengan cukup keras tadi.

Feiyu meliriknya dengan malas lalu membuka pintu mobil, "Lo gak liat barikade di depan?"

Mereka diam dan masih terdiam di tempatnya.

"Terserah, gue gak peduli sama nyawa kalian, silahkan ambil pilihan sendiri," ucap Feiyu lagi yang sepertinya memang tidak mau mengurus mereka.

Pertama Reyhan yang turun dengan memegang adiknya, lalu Zavin dan kemudian Jivano. Satu persatu mulai turun dengan enggan karna mereka melihat perbatasan kota ini lebih banyak yang terjangkit, kepulan asap bahkan memancar dari jauh.

Reyhan melihat sekeliling, itu benar benar kawasan Zombie. Ini adalah jembatan yang menghubungkan kota A dan B. Reyhan mencari peluang tetapi siapa yang akan menduga bahwa Zombie mengejar!

Siapapun yang memiliki jiwa berkeinginan hidup yang tinggi, mereka akan langsung lari tetapi sekarang mereka justru terpaku dan bingung akan lari kemana, mereka diam di tengah karna sedikit salah mereka akan menjadi target Zombie di sekitar mereka.

Feiyu melihat kesamping dan mencari peluang. Ia tidak mau terpaku bodoh dan menunggu kematian.

"Lari!" Ucapnya sambil menggertakkan gigi.

Mereka berlari menuju barikade kedua. Tidak ada yang mau menunggu, mereka semua berlari sekuat tenaga, bahkan tanpa memperdulikan sekitar.

Feiyu adalah yang sampai pertama dan situasinya sungguh kacau. Zombie berada dimana-mana. Yang dipikirannya sekarang adalah mereka semua beban tanpa tahu bagaimana menyelamatkan diri sendiri.

VIRUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang