Bukan Zombie?

58 6 3
                                    

Tut. Tut. Tut.

Suara panggilan terputus terdengar, Rey Na yang mendengar umpatan Kakaknya masih merasa terkejut, ia tidak menyangka akan dijawab seperti itu.

"Gimana? Dijawab?" tanya Feiyu.

"Huaaa... Kak Rey marahin aku..." Ucap Rey Na dan menangis.

"Udah dibilangin kan, kakak lo itu sikapnya buruk! Lebih buruk dari babi kalo makan."

Feiyu langsung mengambil ponselnya lagi dan menelpon Reyhan, dua kali panggilan ditolak dan yang ketiga kali ketika sambungan tersambung Feiyu langsung berbicara.

[Ap---]

'REY NA BARENG GUE BANGSAT!'

[.....]

[KENAPA LO GAK BILANG DARI TADI SIALAN!]

'LO YANG GA MAU JAWAB PANGGILAN DAN SAAT DIANGKAT LO MALAH NGUMPAT, SIALAN!'

[LO KAN BISA KIRIM PESAN!]

'PULSA GUE UDAH DIPAKE BUAT KIRIM KE ORANG LAIN.'

[MANGKANYA GANTI SIM CARD LO BEGO!]

'BERISIK.'

[Dimana posisi lo?'

'Di Mall lantai atas ruang manager. Buru kesini.'

Tut!

Panggilan dimatikan. Reyhan tidak segera pergi, ia menghela nafas lega karna adiknya selamat dan setidaknya dia bersama sepupu bangsatnya. Reyhan dan Zavin menunggu Jivano siuman.

30 menit kemudian akhirnya Jivano bangun, Zavin langsung memukul punggungnya, "akhirnya lo bangun juga!"

"Aw! Jangan dipukul bangsat, gue masih sakit, seluruh tubuh gue rasanya remuk!" Protes Jivano.

"Harusnya lo berterima kasih, gue udah gendong lo sampe sini," ucap Zavin. Jivano menghela nafas, ada saatnya Zavin terlihat menyebalkan.

"Kita gak tau situasinya jadi kita tunggu sebentar setelah itu kita pergi," ucap Reyhan. Mereka mengangguk dan memutuskan untuk bersantai sejenak.

"Menurut lo apa di seluruh kota udah terjangkit Zombie?" tanya Jivano sambil menutup mata, ia masih merasa pusing.

"Menurut lo kita bakal mati?" tanya Zavin tiba-tiba. Ia tidak memikirkan keluarganya karna bagaimanapun dia disini tinggal sendiri, jadi rasa empati untuk orang lain sedikit tidak dirasakan olehnya.

"Berhenti seolah-olah lo bakal mati hari ini, walau ada kemungkinan kecil mati tapi jangan terbebani! Selagi kita bisa lawan, kita harus lawan mereka sekuat tenaga," ucap Reyhan dengan penuh tekad tapi walau begitu tangannya sedikit gemetar, jika dia mati karna ini, Reyhan hanya bisa berharap Feiyu, sepupu paling sus dan paling bangsat itu bisa menjaga adiknya.

"Dari pada buang waktu, mending 30 menit kemudian kita pergi ke atas dan cepet panggil bantuan, kita gak tau berapa lama bisa bertahan," ucap Jivano.

Reyhan dan Zavin mengangguk dan mulai istirahat untuk memulihkan energi. 30 menit kemudian mereka sudah siap, Zavin yang pertama keluar.

Sejauh ini masih cukup aman, mereka bertiga berjalan menuju mall yang bahkan sangat berantakan, jika ini bukan sedang ada bencana, mereka pasti akan dengan senang hati memungut banyak barang.

Ternyata tidak terlihat zombie disini, mungkinkah mereka berkumpul di suatu tempat?

Reyhan langsung pergi ke lantai 2, disini bahkan lebih berantakan, banyak darah berceceran dan itu sedikit membuatnya mual. Hingga ketika mereka berbelok sekumpulan mereka mulai menyerbu, Reyhan yang berada di depan langsung berhenti dan menyuruh untuk sembunyi tetapi sialnya Jivano menginjak kaleng dan itu menarik perhatian mereka.

VIRUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang