❇ Pertemuan

17 3 3
                                    

Langit masih gelap, bintang masih berjajar apik di angkasa, saat dering ponsel terdengar di sebuah kamar hotel, yang bahkan sang pemilik masih terlelap di dalam selimutnya. Dia adalah Biru, pemuda 27 tahun yang sedang ingin berlibur untuk beristirahat dari penatnya kehidupan.

Dering pertama masih dia abaikan, namun dering kedua mulai membuatnya terbangun, akibat kesal. Dengan sewot dia mengambil ponsel di atas nakas samping ranjang, menatap sekilas nama yang tertera di layar,

" Apaan sih, jim? Masih malem juga. "

" Loe dimana? "

" Gue? Ya di hotel lah. Di mana lagi? "

" Hotel mana? Gue sekarang di kamar hotel loe, dan loe gak ada. "

" Loe ke jakarta? "

" Berkat loe. Kenapa loe gak bilang kalau mau ke jakarta? Loe bilang cuma mau refreshing, gue pikir cuma akan ke kuta atau tanah lot, ngapa malah jadi ke jakarta? "

Biru terdiam,

" Gue ngantuk Jim. " Ucap Biru pelan.

" Loe ketemu wanita itu? "

Biru kembali terdiam, tangannya mencengkeram erat selimut.

" Bi, please kasih tahu gue, loe ada di mana? Gue khawatir. "

" Jimmy sayang, honey my lovely. Dua hari, kasih gue dua hari. Habis itu, gue janji balik ke hotel di jakarta, oke. "

" Bi,,, "

" Percaya sama gue, please. "

" Oke, dua hari. Jika gak ada kabar sedetik aja, gue bakal cari loe, kalau perlu gue bakal minta temen gue di kepolisian buat nyari loe. "

" Deal. "

Setelah mengatakan hal itu, biru menutup panggilan. Sejenak biru terdiam menatap ponsel di genggaman,

" Sialan si jimmy. Hobi banget bikin orang bad mood. "

Biru melempar ponsel miliknya ke dinding, yang tentu saja membuat ponsel itu rusak, namun biru tidak peduli akan hal itu, dia lebih memilih menarik kembali selimutnya dan mencoba kembali tertidur, walau pun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk terlelap.
.
.
.
.

Biru kembali terbangun di pagi hari nya, dia meraba nakas, mencari ponsel, dia bangkit saat tak menemukan benda yang dia cari,

" Ah iya, gara-gara Jimmy. "

Biru menatap ponselnya yang kini telah pecah berkeping-keping.

" Bodo amatlah. "

Biru bangkit dari ranjang, menuju kamar mandi untuk bersiap pergi.

Dengan motor yang telah dia sewa kemarin, biru mulai menyusuri jalanan pedesaan yang masih sepi. Angin jalanan yang masih terasa sejuk, udara yang sangat memanjakan paru-parunya, serta cahaya kekuningan yang kini nampak di ufuk timur, benar-benar membuat biru tenang dan nyaman.

Tujuan dia kali ini adalah air terjun atau curug yang berada di daerah itu, destinasi populer di sebuah desa terpencil di daerah purwokerto.

" Astaga, setinggi ini tanjakannya. "

Biru menatap jalanan yang berada di depan matanya, sepanjang mata memandang hanya ada tanjakan, biru menepikan motornya, dan sejenak terdiam.

" Sialan, gue gak nyangka bakal setinggi ini jalannya, lanjut atau balik aja? " Gumam biru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DimashBiru (𝘒𝘪𝘯𝘥𝘢 🔞) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang