"I got big reputation, big reputation, oh you and me, we got big reputations, and you heard about me, I've got some big enemies."
Contains: Fluff(?) | DG and reader's love language is bickering | Solo!Idol!LJ(DG)/Group!Idol!F!Reader | Mention of DG's Original Identity | Mention of stalking | Mention of reader being smaller than DG | (I think) OOC Lee Jihoon/Kang Dagyeom
———
Memiliki kekasih seperti Kang Dagyeom dengan profesi yang mirip dengannya itu bukanlah hal yang mudah.
[Name] tetap akan mengatakan hal itu walaupun mungkin itu adalah pengetahuan umum. Ya, [Name] tahu orang-orang di luar sana pasti banyak yang cukup cerdas tentang kesulitan yang para idol lalui hanya demi berkencan, tapi, apa mereka bahkan bisa membayangkan sulitnya berkencan ketika karir kalian berdua sama-sama gemilang?
Berlarian mencari jalan tikus yang bisa mereka gunakan agar tidak ketahuan pers (yang entah bagaimana selalu membawa kamera bersama mereka), berjalan dengan jarak minimal tiga meter ketika berada di tapakan yang sama agar tak menciptakan desas-desus apapun. Berpegangan tangan di depan umum? Jangan bermimpi, mereka bahkan harus mencemaskan apakah siluet mereka nampak dari jendela apartemen.
Lalu, sasaeng.
Tenggorokan [Name] bisa kering ketika ia memiliki tenaga untuk mengeluhkan mereka. Beberapa di antara penggemarnya ada yang begitu delusional hingga mengira semua fan-service yang ia tunjukkan pada layar untuk dilihat semua audiens ditujukan secara spesifik untuk mereka saja.
Untuk rumor kencan sendiri dengan artis lain sendiri, [Name] dan DG atau Dagyeom, atau Lee Jihoon itu sama-sama memutuskan tak peduli, waktu yang mereka habiskan bersama hingga sampai di titik di mana [Name] tahu betul siapa aslinya Kang Dagyeom itu bukan waktu yang sebentar. Memangnya, selain aliansi-aliansi atau musuh-musuh yang pacarnya miliki, siapa lagi yang tahu kalau si Brengsek yang dengan seenaknya menjadikan dadanya bantalan ini adalah kolektor anggota tubuh manusia?
"Kepalamu berat," [Name] berujar singkat, mendorong-dorong kepala lelaki bersurai merah muda yang tengah memainkan ponsel miliknya dengan satu tangan itu dari dadanya, "aku tidak bisa napas."
"Kau masih bisa bicara dengan baik, tuh."
Kekasihnya berujar santai, dengan kurang ajar memperbaiki posisi kepalanya.
[Name] mencintai kekasihnya.
Itu menggelikan untuk didengar, diucapkan, dibaca, atau diketik, tapi itulah kenyataannya. Kenyataan menggelikan itu membuat mereka bisa bertahan hingga sekarang, ada momen di mana [Name] merasa lebih baik mereka berpisah sebelum semuanya terlambat, karir mereka berdua bersinar - terlebih DG, sosok yang menjadi panutan banyak orang di genre lagu yang ia lakoni, di manapun ia berada, semua yang ia dalami akan membuatnya menjadi sosok legendaris.
Tapi ketika argumen tentang itu sekali lagi meledak, ini yang terjadi.
Lee Jihoon akan menempel padanya; rekat bagai tentakel gurita. Perempuan itu lagi-lagi akan ditarik, bahkan ketika ia berusaha menghindar, sosok Lee Jihoon akan terus menempel padanya.
Suara-suara acak yang berasal dari jempol Lee Jihoon memggeser-geser video di layar ponsel milik [Name] itu ia harap bisa meredam suara jantungnya sendiri yang berdetak kencang, bahkan ketika baru saja menawarkan untuk berpisah dengan konyol, jantungnya memompa darah dengan begitu cepat lagi setiap berdekatan dengan Lee Jihoon; menghantarkan rona ke telinga yang ia sembunyikan dengan surai.
"Aku benar-benar risi, Lee Jihoon," [Name] sekali lagi berusaha mendorong pelipis lelaki itu - tak ada yang terjadi, bagai pegas: kepala Jihoon akan kembali pada tempatnya setelah didorong. Dan [Name] hanya bisa menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
dear reader: one shots
Fanfikce『dear, reader, if it feels like a trap, you're already in one.』 One-shot (possibly) character x reader yang aku buat untuk mengeluarkan beberapa ide di kepala yang sumpek ini berdasarkan karakter-karakter yang aku tahu. (Beberapa part ini akan ada...