BAB XV

566 71 6
                                    

Ramaikan vote dan komentarnya ya, teman-teman.. biar aku semangat nulisnya🤗

Happy reading!✨
---o0o---

Lelaki berkemeja navy dengan dua kancing teratas sudah terbuka itu menipiskan bibirnya. Di hadapannya duduk seorang pria paruh baya yang rambutnya mulai terlihat memutih di beberapa bagian. Kedua tangan Rony saling mengepal dengan rahang mengeras, menahan gejolak emosi di dalam dadanya karena tak kunjung mendapat jawaban dari lawan bicara.

"Pah, abang tau kalau bukan papa pelakunya. Ina yang pinjam mobil papa, Ina juga yang nabrak orang tua Paul sampai meninggal, tapi kenapa Papa diam aja?" Entah sudah berapa kali Rony melayangkan pertanyaan yang sama. Namun sebanyak itu juga papa Faris memilih bungkam. 

Rony benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran sang papa. Papa Faris tidak bersalah sama sekali, ia tahu betul itu. Tapi mengapa saat dimintai keterangan oleh polisi dirinya diam saja tanpa penyangkalan? Bahkan membenarkan segala tuduhan yang mengarah padanya hanya karena CCTV lalu lintas menangkap gambar mobilnya.

Awalnya Rony memang ikut mendukung saat beberapa rekan kerja papa Theo memberi saran kepada keluarga Anggis untuk mengusut pelaku tabrak lari yang dilakukan kepada orang tua Paul. Tapi Rony sama sekali tidak menyangka kalau ayahnya sendiri yang akan menjadi tersangka utama. Walaupun Rony yakin bahwa papanya tidak bersalah dan bahkan tidak tahu apa-apa.

Beberapa hari setelah pemakaman kedua orang tua Paul, papa Anggis akhirnya melaporkan kejadian tabrak lari yang merenggut nyawa orang tua keponakannya ke polisi. Proses itu bisa dibilang sangat cepat hingga tidak sampai seminggu kemudian polisi sudah bisa menemukan pemilik mobil berwarna hitam yang melakukan tabrak lari, melacak nomor polisinya, hingga langsung mengeluarkan surat penangkapan untuk papa Faris yang saat itu masih berada di kantor.

Mobil milik papa Faris juga turut disita oleh pihak kepolisian untuk dijadikan bukti. Pada saat itu Rony baru menyadari bahwa terdapat kerusakan pada mobil milik papanya. Tidak banyak dan bukan merupakan kerusakan yang besar, namun itu justru yang membuat Rony sama sekali tidak menyadarinya.

Sebagai langkah awal, Rony akan mengecek cctv yang berada di teras rumah keluarganya lalu menyerahkan bukti video cctv tersebut kepada polisi. Rony akan mengambil video saat papa Faris berangkat ke Singapura membawa koper, juga rekaman saat Ina meminjam mobil sang papa di hari yang sama saat kecelakaan naas itu terjadi. Ia yakin sekali cctv itu akan menjadi bukti kuat untuk membebaskan papa Faris dari tuduhan ini.

"Abang akan pastikan papa bebas dan Ina yang dipenjara!" ucap Rony final. Ia tidak rela papanya dihukum atas kesalahan orang lain. Ia tidak peduli bahwa Ina adalah sepupu perempuannya. Rony hanya ingin papanya bebas dan yang bersalah yang seharusnya dihukum.

"Jangan!"

Langkah Rony terhenti, ia berbalik menatap papa Faris yang juga menatapnya penuh keseriusan.

"Tugas abang sekarang cuma jaga mama sama adik selama papa di sini. Urusan kantor nanti kamu dibantu sama Om Lukman" Papa Faris bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri Rony yang masih berdiam diri. "Tolong jangan lakukan apapun selain itu. Apalagi mencoba membebaskan papa." Papa Faris menepuk pundak anak sulungnya, tersenyum meyakinkan lalu menghampiri sipir untuk kembali masuk ke dalam sel, menyisakan Rony yang kini bimbang harus melakukan apa.

---o0o---

"Gue emang minjem mobil om Faris, tapi bukan gue yang nabrak om Theo sama Tante Sri!"

"Ya terus siapa yang nabrak? Kucing garong?!" Rony mengacak rambutnya frustasi. Ia tidak menyangka bahwa dirinya dan Ina akan beradu argumen seperti ini. Mengapa wanita itu tidak mengaku saja agar semuanya berjalan dengan cepat? Dan mengapa juga Ina selalu menyangkal tuduhan yang jelas-jelas hanya dia yang memiliki kemungkinan paling besar melakukannya?

SEMESTA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang