Halo halo, apa kabar?
Masih nunggu Zhie?Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.
###
"Kakak."
"Em." Zoe kembali mengalihkan pandanganya ke arah sang adik lalu bertanya, "Untuk apa dia ke sini?" Ucapan Zoe merujuk ke arah Reo.
"Oh, Kak Reo datang untuk berkunjung."
"Apakah dia untuk menyusahkan Zhie?"
"Tidak." Zhie buru-buru untuk menggelengkan kepalanya. Ia tahu jika saat ini kakaknya tidak memiliki kesan yang baik tentang keluarga Maxim karena dirinya.
"Kak, mereka memperlakukan Zhie dengan baik."
"Tidak sepenuhnya." Zoe menimpali ucapan adiknya dengan cepat.
Zhie hanya bisa menghela napas dalam diam.
"Zhie bisa tinggal bersama dengan Kakak, tidak perlu tinggal di asrama." Zoe kembali membujuk adiknya untuk bisa tinggal bersamanya.
"Kak, Zhie sudah mengungkapkan alasan Zhie pindah ke sini."
"Kakak tidak sepenuhnya percaya. Pasti keluarga Maxim ikut andil dalam kepindahanmu ke sini."
"Kak." Zhie berucap dengan lirih sembari menatap lurus ke arah kakaknya.
"Baiklah. Anggap saja Kakak percaya." Zoe akhirnya mengalah dan tidak lagi bersikeras meminta adiknya untuk tinggal bersamanya.
"Ini akhir pekan. Zhie sudah mengesampingkan semua tugas Zhie untuk bisa pergi dengan Kak Zoe." Zhie mengalihkan topik, guna memutus pembicaraan sebelumnya.
Sebelumnya, keduanya memang sudah berjanji pergi bersama untuk mengunjungi tempat di mana keduanya menghabiskan waktu bersama paling banyak.
***
Zoe dan Zhie pergi ke tempat panti yang pernah menjadi tempat tinggal mereka bersama.
Zoe masih ingat saat pertama kali Zhie datang ke panti. Zhie terlihat kurus dan terlihat pendiam. Di tubuhnya masih terlihat luka-luka lecet yang belum sepenuhnya kering.
Saat itu, Zoe menjadi salah satu anak panti yang cukup lama tinggal di panti, ia memiliki pribadi yang tenang dan ramah tapi ia bukan anak yang ceria. Usianya juga bisa dikatakan bukanlah lagi anak-anak. Ia lebih suka menghabiskan waktu untuk membaca buku ketimbang bermain bersama dengan yang lain. Ini juga yang menjadikan Zoe tidak banyak diminati oleh para calon orang tua. Kebanyakan orang tua menginginkan anak yang ceria dan suka tertawa. Dan kepribadian Zoe yang terlalu pendiam tidak cocok dengan kriteria pada calon orang tua yang datang.
Tapi sejak kedatangan Zhie. Entah apa yang terjadi dan keduanya menjadi dekat. Zoe mulai terlihat lebih banyak memiliki ekspresi. Zhie yang awalnya murung juga secara perlahan menjadi ceria kembali.
Keduanya seperti saudara kandung yang ke manapun selalu bersama. Zoe akan membagikan makanan yang enak dan selalu menjaga Zhie yang sakit.
Pernah suatu kali, ada sepasang orang tua yang ingin mengadopsi Zoe. Tapi Zoe menolak, ia memilih tetap tinggal untuk menemani adiknya-Zhie. Jika ia pergi, siapa yang akan menjaga adiknya. Ia sangat yakin, jika ia pergi, pastinya adiknya akan menangis dan merasa sedih.
Zhie sudah menjadi orang yang sangat berharga bagi Zoe. Ia tidak membutuhkan orang tua. Ia hanya menginginkan adiknya. Lagipula, di umurnya saat itu seharusnya sudah terlalu tua untuk diangkat menjadi anak. Usianya sudah melewati di mana ia menginginkan kehadiran sosok orang tua di sampingnya.
Orang tua yang ditolak tidak terlalu merasa kecewa. Pihak panti pun tidak bisa berbuat banyak. Semuanya keputusan berada pada anak panti yang ingin diadopsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO
Teen FictionBiasakan vote sebelum baca. Tolong hargai karya Inay, oke?, sedih aku tuh banyak yang jadi silent reader. Vote dan komen kalian semangat dan motivasi Inay, jadi, minimal vote, oke? ### Siapa? Zhie sendiri tidak tahu siapa dirinya. Ia lelah dan tidak...